Perempuan Maumere
Siapa perempuan yang mengubur tubuhnya setiap sore
Wajahnya terang mulutnya terbuka
Kelopak matanya hilang bagai laut di Maumere
Luas, biru, indah namun hancur oleh puaka
Siapa perempuan yang berenang dengan rambut terurai
Tangannya terikat kakinya dibelenggu
Minumnya beracun rumahnya berkecai
Hidupnya hanya menarik napas selebihnya gagu
Di tanah Flores, Di laut Maumere
Jika ia perempuan, adakah yang peduli
Seandainya ia perempuan, adakah yang mau peduli
Di Depan Komputer, 2016
Pelacur di Pinggir Kota
Cepat datang sebelum kamarnya dipalang
Sang pelacur menunggu mengangkang
Lelaki mana yang beruntung malam ini
Mengecap jepitan belukar legit yang membuat melayang
Besoknya mata pelacur terbuka
Ranjang kosong dan embun menyapa
Dari kemaluannya mengalir emas
Emas dimakan manusia pinggiran kota
Ustaz geram memukul sang pelacur
Tanah disiram darah, hati ustaz berbunga
Pelacur gugur jasadnya dikubur
Di pemakaman manusia berhambur
Ratusan berteriak, ribuan menangis
Tak ada lagi emas di setiap pagi
Ustaz mati, rakyat tak peduli
Mayatnya ditelan bumi, kuburannya sepi
Di Depan Komputer, 2016
Mawar Tak Bersua
Sebut saja Mawar
Ke mana dia pergi sebut saja Mawar
Jangan tanya kisahnya cukuplah tahu namanya
Biar dia melenggang menghapus air mata
Kemarin dia masih tersenyum
Ke mana dia pergi selalu tersenyum
Jangan cari sebabnya cukuplah tahu masa lalunya
Biar dia lupa, dewasa dan bahagia
Mawar, sudah lama tak bersua
Di Depan Komputer, 2016
Matahari Hati-Hati
Matahari, ibuku sedang sakit
Siang ini beri aku rezeki
Mungkin di jalan nanti ada ayah menghampiri
Nyawaku nyala hariku sepi
Ibu, matahari sedang sakit
Malam ini tak ada santapan yang bisa kuberi
Ayah ke mana, sudah sepuluh tahun tak kembali
Tubuhku besar tapi hatiku mati
Kata ibu, ayah hanya keluar siang hari
Matahari hati-hati
Kusimpan kesumat buat nanti
Matahari hati-hati
Di Depan Komputer, 2016
Aku Tuhan
Aku tuhan dan kalian manusia
Yang melawan kusakal hingga terpental
Aku pencipta dunia dan kalian hanya penghuni
Sekali kubuncang, kalian mati tanpa bahana
Di mana jariku berada, di sanalah nasib kalian
Huruf bercerita yang melarat dan yang senang
Jangan memuji agar kukasihi
Karena hidup kalian tak pernah berarti
Lupakan doa lupakan ibadah
Aku tuhan, aku berkuasa
Teruslah berjiwa hingga waktunya
Kukirim kalian semua ke dunia
Di Depan Komputer, 2016
Bisikan
Di luar berisik sekali
Mesin mengaum bagai penguasa
Kami menonton sambil dikuliti
Kelaparan pun sudah hal yang biasa
Katanya kami punya presiden baru
Tapi hidup kami masih saja begitu
Satu per satu hilang jadi batu
Keluarga yang tertinggal menangis sampai bisu
Sering kami didatangi orang berdasi
Membisikkan surga tapi mulutnya bau terasi
Sudah jelas bohong dan hanya ilusi
Tapi yang dapat uang memaksa berdiskusi
Lalu kami menandatangani lembaran yang harusnya surgawi
Tapi sampai sekarang limbahnya menenggelamkan rumah kami
Mesin-mesin masih menggaung tanpa henti
Mungkin tanah ini sudah mengutuk kami
- Puisi-Puisi Ersa Yusfiandi; Perempuan Maumere - 21 June 2016