Puisi-Puisi Madno Wanakuncoro (Mojokerto); Perempuan yang Berdoa

girl-in-fantasy-world-wide
ilovehdwallpapers.com

Tak Tentu

asal-usul senyumanmu, yang kulihat

adalah saat kau temukan

tapak kaki burung

di pundak awan

sebab bahagia tak melulu

soal kaki yang harus memijak tanah

 

sedangkan asal-usul air mata kita, nanti

adalah saat mimosa pudica lelah

enggan memejamkan tubuh

di semerbak harum debu

sebab sedih tak melulu

soal kesetiaan putri pada malunya

 

juga, sebab hidup tak melulu menentu

biarkan aku senyum dan menangis semati-matinya

Gigir Manglayang, 2016

 

 

Permohonan

selundupkan aku di genggaman hujan

agar mampu kutusuk duri

dengan kapas randu

berkediaman alas salju

 

lalu, mohon izinkan kemarau

mencecap julur lidah awan

biar kering hapus galau

bersama keheningan waktu

Air-Biru, 2016

 

Perempuan yang Berdoa

…tepat sewaktu fajar menepi di cerah keningmu, kau asah kata setajam anak panah untuk menerabas tujuh lapis langit yang sesak antrian. Meski pada akhirnya ufuk memerahkan pipimu yang basah. Sedang hidungmu menyiulkan kidung senandung kasih, tanpa semanusia pun tahu bahwa dianyamnya senyum pada batu nisan sendiri: seindah-indah hHiasan esok hari…

Air-Biru, 2016

 

 

Benih

genggam hanya sejenak

satu butir kerinduan ini

tak perlu kau tanam di hati

cukup pejamkan mata

untuk lalu buanglah

ke mana pun maumu

 

aku tak berharap kau sedia menanamnya

diamkan ia menggeliat

di bumi cinta ini

agar mampu membenihkan

jutaan kerinduan lain

 

lantas berkecambah

bercumbu dengan matahari

leluasa menghijaukan sanubari

yang setiap pagi

tersiram embun suci

Air-Biru, 2016

 

Di Ladang Tanya

berkaca dalam-dalam ke mata

seorang bayi yang merangkaki detik

memikul beban langit

digiringnya aku ke ladang perantauan

 

benarkah seperti terpajang di catatan kaki alam,

bahwa kita adalah pengungsi yang singgah meneguk air secawan

serupa petani, di ladang tanya menyemai kemampuan

menuai keterbatasan

 

tentang aku yang sejak lahir buta,

bagaimana sanggup kenali warna

bila hanya dengan meraba dan telinga

SaungAksara, 2016

Madno Wanakuncoro
Latest posts by Madno Wanakuncoro (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!