Puisi-Puisi Puput Amiranti; Setelah Sihir Semuanya Luka

pinimg.com

Pengakuan Dosa

 

aku menebar istirah

dalam kotak mesiu

kiamat sepanjang waktu

 

malaikat itu rapuh

dalam bibirnya bersemu rabu—

lamar lamar hitam, kautangkap cahayanya

katup daunan, menggigit segala kubu

kalbu, cumbu bayanganmu, mikhaela yang menghadang

dalam gagap dan rentang, burung burung merkuri

pecah anggur menggarit bibirmu, merah divana

menuju lebam

air matamu—tangis sepanjang jalan

ranum ranum pengakuan—

sakristi yang terlambat dini hari

 

2017

 


 

Mutiara-Mutiara Gabriel

 

dari yang pernah hilang

dan datang kembali

sulur sulur tua

merpati merpati vincentia

dalam panjangnya kemeja—

balutan balutan sepuh, akar malaikat

disapuh basah, dalam dedaun tenggelam

kalam—bersihnya kaca, muara

meluluh lantakkanmu—vicentia

 

2017

 


 

Kepadamu, Langit  Senja

; abad

kudatangi perahu, untuk menjemputku

ketika masaku sudah usai

dan peri peri itu menari  dalam hutan bersama ibu

bumi,  deri yang tergetar berulang kali

dalam lanturan lanturan senja

yang tak cukup cakap, untuk melangunkanmu

ular ular bimbang

dan helai helai tipis panjang langit,

balutan balutan yang mengawang

yang melambai lambaikan bibir, angan,

dan anggukanku

paling seroja—membuncah angin

terik yang mendera, turun sekali lagi

sebagai kungkungan

ia menarikku untuk ke kedalaman

peri peri waktu

perih perih yang tersusun batu, hantu

dalam pasir lamat lamat alamatmu kelam

 

aku tak tahu mengada, pun senja berulir lesap

sayatan sayatanmu biru menguning hilang

 

ia yang menjemputku,

peri peri waktu—dalam perahu senja, lama

tatatan tatapan diam yang dalam

yang kan selalu menggenang, mengenaiku

mengenalmu sekali lagi,

berpulang pada langit yang dalam

 

2017

 


 

Setelah Sihir Semuanya Luka

; my mystical friend

 

setelah sihir semuanya luka

ritme ritme air jalanan, angin bundar

kawruh langit, bunga bunga licin bertebar

matahari matahari ungu

jarak dalam pendam—angan

dalam pagar pagar namamu

sihir semuanya luka

langit menderma

tangan tangan panjang usiamu

dalam batas batas napas

hitungan gerhana

air asap tuhan yang perih

peri langit dalam tetes tetesnya gaib

akan terus memudar

meninggalkan sampan dan laut mati

 

kemanakah segera berlari?

 

arah cahayamu sendiri

 

2017

 


 

Rumah di Atas Bukit

; JBS

 

menyisap rindumu, bukan bayangan  berpesiar

pada tangkai tangkai krisan, matahari laut

pelayaran hari hari terkepung, menuju rumahmu

dan dada ini gelap

 

berujung bukit matamu

 

pada sepucuk renta, mata yang hendak kuderma

pada penghayatan yang kesekian kali

dan pencarian menggelepar dalam kutuk dan rapuh

 

menetes alur yang sulit kukenali

 

2017

Puput Amiranti
Latest posts by Puput Amiranti (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!