“Nothing compares to the simple pleasure of riding a bike.”
–John F Kennedy
Kepengin gowes sekaligus menikmati panorama alam dari puncak bukit? Coba, datanglah ke Karang Para, Desa Kebon Manggu, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Berjarak sekitar 12,5 kilometer dari pusat Kota Sukabumi. Jalurnya layak dijajal oleh para penggemar sepeda, khususnya yang doyan blusukan menyusuri trek menanjak.
Akses utama menuju kawasan Karang Para adalah Jalan Palabuan II yang mengarah ke Palabuan Ratu, Pantai Selatan. Apabila gowes dari pusat Kota Sukabumi, Anda akan melewati Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan Arief Rahman Hakim-Jalan Lettu Bakri-Jalan Nyomplong-Jalan Pabuaran-Jalan Dayeuh Luhur-Jalan Palabuan II-Jalan Kebon Manggu, dan berakhir di Karang Para.
Apabila mengayuh sepeda dari arah Cianjur, Anda sama sekali tidak perlu masuk kota. Cukup ikuti saja rute bus Jurusan Bandung-Sukabumi hingga depan terminal. Nah, dari depan terminal, tinggal gowes ngibrit ke Jalan Palabuan II menuju Jalan Kebon Manggu.
Beberapa waktu lalu, saya gowes sendirian (solo riding) ke Karang Para dari arah Cianjur. Kendati sudah membawa peta dadakan, hasil orat-oret di selembar kertas HVS ukuran A4, saya sempat nyasar ke daerah Baros hingga akhirnya menemukan Jalan Palabuan II. Saya harus beberapa kali bertanya kepada warga setempat untuk memastikan belokan yang tepat. Belokan menuju Kebon Manggu berada di sisi kanan jalan yang saya lewati. Lokasinya tidak terlalu jauh dari terminal angkot Lembur Situ, pertigaan Simli. Di ujung Jalan Kebon Manggu, terdapat pangkalan ojek. Jalan Kebon Manggu lumayan mulus. Namun, di ujung jalan yang mengarah ke lokasi Karang Para—kurang lebih 1,5 kilometer—kondisi berubah drastis. Selain terus menanjak, jalur yang harus dilewati berupa jalan makadam alias berbatu-batu. Menunggang sepeda lipat ban 16 inci, membuat saya seperti sedang bermain kuda lumping, megal-megol dan ajrut-ajrutan plus napas yang megap-megap seperti ikan mujair kehabisan oksigen. Ujung-ujungnya, terpaksa TTB alias tuntun bike.
Sekitar 200 meter menjelang gerbang masuk Karang Para, struktur jalan didominasi tanah. Dalam kondisi basah akibat hujan, tanah menjadi sangat lengket bak ketan dan menempel erat-erat di roda serta rantai. Buntutnya, gowes pun menjadi lebih berat.
Membopong Sepeda
Selintas, atmosfer Karang Para mirip dengan Taman Batu Citatah, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Aneka jenis dan bentuk batu gamping bisa kita temui di sana. Karang Para baru dibuka tahun 2015, pengelolaannya dilakukan oleh penduduk desa setempat. Tiket masuknya Rp3.000 per orang. Para goweser tidak usah sungkan untuk membawa sepeda masing-masing ke puncak. Tidak kena biaya sepeser pun. Di ketinggian Karang Para, Anda dapat menggowes sepeda di antara batu-batu gamping raksasa sembari menikmati panorama alam nun jauh di bawah sana.
Goweser dapat membopong sepedanya ke atas Jembatan Cinta untuk melakukan swafoto. Jembatan Cinta merupakan salah satu ikon Karang Para. Konstruksinya terbuat dari bambu berbentuk hati, simbol dari cinta.
Nah, Anda penasaran bagaimana rasanya gowes di ketinggian Karang Para sekaligus menikmati sensasi membopong sepeda untuk nyelfie di atas Jembatan Cinta? Tunggu apa lagi, segera saja jadwalkan untuk acara gowes bareng ke sini.
- Beatles, al-Qur’an, dan Prosesi Kematian - 11 October 2017
- Gowes Blusukan ke Puncak Bukit Karang Para di Sukabumi - 13 September 2017