
Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair mendapatkan pertanyaan dari Syaikh Muhammad al-Habibi bahwa apakah makhluk-makhluk itu memiliki jejak-jejak atau tidak? Kita mengatakan bahwa makhluk-makhluk itu memiliki jejak-jejak, sementara mereka sepenuhnya tidak ada, bagaimana mungkin bisa?
Sedangkan kalau kita mengatakan bahwa makhluk-makhluk itu tidak memiliki jejak-jejak, kenyataannya memiliki. Jejak-jejak manusia di dunia ini sangat banyak, bahkan sampai tidak terhitung dari saking banyaknya. Begini saja jawabannya: Allahlah yang memiliki jejak-jejak itu, manusia hanyalah perantara.
Baiklah. Kalau memang Allah Ta’ala yang memiliki jejak-jejak itu, kenapa jejak-jejak itu banyak yang buruk? Baik dan buruk itu memang kebanyakan untuk manusia, bukan untuk hadiratNya. Di dalam agama pun demikian. Betapa kita kalau mengerjakan kebaikan sepenuhnya kita bekerja untuk kita.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair tidak bisa menjawabnya. “Tulis saja pertanyaan seperti itu di secarik kertas dan serahkan kepadaku”, kata beliau kepada Syaikh Muhammad al-Habibi. Perintah dilaksanakan dengan seksama dan diserahkan kepada beliau.
Khujah Abubakar al-Khathib mengatakan bahwa setelah beliau masuk ke Nisapur dan beliau berhenti di perbenhentian orang awam, ada dua orang sufi yang bertanya kepada manusia tentang beliau: “Turun di mana?” Keduanya lantas dipanggil oleh beliau dan mereka berdua berkata kepada beliau:
“Sesungguhnya Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair mengucap salam kepada engkau. Beliau berkata bahwa beliau bukanlah mayat sehingga tidak perlu turun di ribath. Engkau pantas untuk datang di sisiku.” Khujah Abubakar al-Khathib berkata: “Aku mau masuk kamar mandi dan aku akan datang untuk berkhidmat kepadamu.”
Dari pembicaraan ini, diperoleh oleh Khujah Abubakar al-Khathib kondisi rohani yang sangat agung. Karena beliau tidak mendapatkan pembicaraan apa pun selain dari Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair. Pengaruh beliau sangat nyata di dalam diri Khujah Abubakar al-Khathib.
Beliau kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Setelah beliau keluar dari kamar mandi, beliau menyaksikan dua orang sufi bertelekan pada kayu gaharu dan air mawar. Mereka berdua berkata: “Kami datang ke sini untuk berkhidmat kepadamu dengan perintah Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair.”
Setelah Khujah Abubakar al-Khathib masuk kepada Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair, Syaikh Abu Sa’id kemudian menyaksikan beliau dan berkata: “Selamat datang wahai kegembiraanku. Betapa gembira aku menyaksikan “wajah” yang mengutusmu yang terpancar lewat wajahmu.”
Khujah Abubakar al-Khathib mengucapkan salam kepada beliau, kepada Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair. Syaikh Abu Sa’id menjawab salamnya dan mengatakan: “Kalau menurutmu pertanyaan seorang Syaikh itu hina-dina, menurutku justru sangat agung, sangat terhormat.” Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair #6 - 10 October 2025
- Syaikh Abu Sa’id bin Abi Al-Khair #5 - 3 October 2025
- SYAIKH ABU SA’ID BIN ABI AL-KHAIR #4 - 26 September 2025