Sama seperti banyak siswa SMA lain, saya tertarik untuk melanjutkan pendidikan di kota pelajar. Di kota Jogja, kamu bukan hanya akan mendapat pendidikan formal di tempat kamu menuntut ilmu, tapi juga pelajaran sosial. Bertemu banyak orang dari berbagai macam budaya berbeda memberi banyak pengaruh dalam pola pikir saya dalam bersosialisasi.
Padahal, saya berasal dari Lampung, salah satu daerah destinasi transmigrasi terbesar sejak program transmigrasi dicanangkan. Jadi, di Lampung pun banyak orang dari Jawa. Meskipun demikian, ternyata saya tetap mengalami hal-hal di bawah ini.
Buat kamu yang mau merantau ke Jogja, ini beberapa kisah saya saat masih awal menginjakkan kaki di Jogjakarta.
1. Sapaan yang digunakan: aku-kamu.
Bagi kalian, ini hal wajar, kan? Tapi, di daerah asal saya, Lampung, sapaan yang lazim digunakan untuk yang seumuran adalah: gua-elu. Kalau ada anak muda seumuran yang pake kata ganti aku-kamu, justru akan menjadi pusat perhatian sekitar. Karena itu artinya sudah ada “cie-cie” di antara mereka.
2. Beda makna.
Saya : “Mbak, beli obat mutung.”
Mbak Penjaga Warung : “Hah?”
Saya : “Duh, Mbak, cepet. Panas ini. Obat mutung.”
Mbak Penjaga Warung : “Hah? Obat mutung?”
Saya : “Ish, iya, Mbak. Ini, lho, saya kena knalpot.”
Mbak Penjaga Warung : “Oalah, gosong, tho. Mosok mutung, ono-ono wae.”
Kalau diartikan kira-kira: “Oalah, luka bakar, to. Masak bilangnya ngambek, ada-ada aja.”
Ternyata, mutung di Jogja artinya ngambek. Dan saya pun seakan baru sadar kalo lagi menjejak bumi Jogja.
3. Kalau muka kamu Jawa banget, padahal nggak ada darah Jawa, jelaskan kenapa kamu ngomongnya nggak pake bahasa Jawa, terutama ketika beli makan di angkringan
Hal ini sudah 3 kali saya alami.
Yang dua kali masih ditanya dulu asalnya, baru mereka memaklumi dan nggak menatap saya dengan raut aneh lagi. Yang ketiga kali, langsung dibilang, “Mbok pake boso Jowo. Melestarikan budaya sendiri.”
Tapi, Pak, saya bukan orang Jawa. Walau saya hitam manis *uhuk* tapi mata saya sipit. Cuma ketutup kacamata aja. Jadi, mata saya yang indah *uhuk lagi* nggak terlalu kentara.
Kalimat itu hanya dalam imajinasi. Kenyataannya, setelah ditegur begitu, saya sempat melongo beberapa detik, sebelum akhirnya mulai menjelaskan.
Lagian, kalo sok pake bahasa Jawa bisa-bisa malah berabe kayak pas kuliah dulu.
4. Nggak usah sok pede nyeletuk pake bahasa Jawa di depan orang yang lebih tua—apalagi dosen—apalagi dosen killer.
Dosen absen : “A?”
A : “Hadir, Pak.”
Dosen absen : “B?” *hening* “Si B ora mlebu tho?”
Saya : *semangat jawab* “Ora….”
Dilirik dosen, dibekap temen, hampir dijejelin ke bawah bangku.
Saya dibisikin dengan nada penuh penekanan sama teman bangku sebelah, “Laen kali nggak usah sok nyeletuk pake bahasa Jawa kalo nggak bisa. Kalo dosennya bad mood, sekelas yang kena imbas!”
Setelah satu setengah jam yang horor, saya baru dapet kuliah singkat bahwa bahasa Jawa ada tingkatannya. Harusnya saya pake kata mboten. Oh, okesip.
5. Berlega hatilah; belum banyak orang yang tau kekayaan daerah kamu.
Pengajar Unyu : “Jadi, yang punya aksara sendiri cuma Jawa dan Bali.”
Saya : “Lampung ada, Pak.”
Pengajar Unyu : “Daerah lain nggak punya.”
Saya : *sengaja dikacangin atau memang nggak denger, nih? Pasang muka sewot sementara temen-temen mulai senyum-senyum kesian.* “Pak, Lampung….”
Pengajar Unyu : “Kalian harus bangga. Bla bla bla….”
Saya : *Okesip. Kayaknya si Bapak semangat banget ngejelasinnya. Abaikan saya, Pak, abaikannn…. Huks.
6. Turunin nada suara kamu, nanti dikira lagi berantem.
Percaya, deh, walaupun sudah bertahun-tahun di Jogja dan sering dibilang makin mirip dengan orang Jawa karena ngomongnya dianggep halus, itu bukan jaminan cara ngomong kamu sudah benar-benar halus di mata orang Jawa. Ho oh. Saya contohnya. Sudah 11 tahun dan kadang masih dikira ngebentak, padahal lagi ngomong biasa.
Itu pengalaman saya, mana pengalamanmu?! (T-T”)
- Penting Tak Penting Perihal Teenlit - 26 October 2016
- Membaca Karya Fiksi Memang (Kadang) Tidak Berguna - 28 September 2016
- Imajinasi dalam Rungkup Teknik Berkisah dan Pesan yang Ingin Disampaikan - 12 June 2016
masmas cakep
Haha. Lampung…
Jangan bilang “baseng” sama org jogja.
Kholid
Memangnya baseng bahasa jawa artinya apa ya?😸
Kholid
Pengalaman saya, ada bbrapa bhsa yg 1 kata beda arti,salah satunya pas saya d tanya mw bayar pajak kapan, saya menjawab” baru mau” mkshud saya akan bayar pajak, eh saya dikira baru slsai bayar pajak… Sama2 bengong dlu sih, tpi akhirnya sama2 trtawa…
Heru Prasetyo
Wkwkwkwkwk, kata “mutung” ternyata beda arti ya. Bisa dibuat cerita lucu nih hehehehehehe 😀 .
Alim Hajar
memangnya mutung dalam bahasa lampung artinya apa? (beneran gak tau)
Bebinutri CateringBayi Jogja
Ayah Bunda, bentar lg liburan panjang ya..
Yg pada mau ke Jogja….bawa
baby, balita…gak perlu khawatir soal makannya…Bingung cari
MPASI/Menu sehat, halal, praktis tapi non instan untuk si kecil??
Gampang Bunda…Langsung aja hubungi @bebinutri_cateringbayi. Bebinutri
siap antar sampai tujuan. Ke rumah…ke hotel…ke apartment…siaapp!!!
Bebinutri— Nutritious Baby & Toddler Food