Skywalker
Sejak jubah gurun tersingkap, ia mulai bisa mengingat semua hal,
Dan tak ada lagi masa remaja yang riang dan menyenangkan.
Ia mulai sadar, dari paman gila yang tinggal di ceruk gua,
Bahwa ia tak bisa lagi diam di balik bukit-bukit Tatooine.
Ia harus segera meninggalkan masa lalu dan pergi merajut
masa depan di Yavin, ikut mengangkat senjata tinggi-tinggi.
Dan ia terus berkelana: Alderaan, bulan besi, dan padang salju,
Hingga sesentak suara menyerunya: “Dagobah, Dagobah.”
Berapa lagi jarak yang harus ditempuh menuju harapan,
Ia bertanya-tanya kala memandang daratan dari kokpit X-Wing.
Ketika X-Wing-nya tersungkur di hutan rawa, ia mulai bisa
Menebak jawabannya lewat petuah seorang petapa tua.
Darinya ia belajar cara meraba dan menyatu dengan force,
seperti mega merah yang membaur dengan senja di horizon.
Kematian petapa tua itu sebenarnya menyisakan lubang di hatinya,
Namun, perjuangan harus berlanjut dan tak ada waktu bagi duka.
Sementara ia menghunuskan lightsaber di hadapan gempuran laser,
Di tengah perang, orang-orang di penjuru galaksi akan bergumam:
“Kita akan menjejaki langit, sekali lagi, dan memulai semuanya dari awal.”
Jyn Erso
Memang, di Cardiff
fajar tak lagi terbit.
Hanya ada abuku dan abumu yang
sama-sama berserakan di kehampaan.
Sesudah pelukan terakhir
serta tujuh mozaik ombak,
seluruhnya musnah,
dan kita mati
untuk sebuah harapan baru.
Beberapa waktu semenjak itu,
seorang pemberontak yang menyusul kita
mengabari:
“Sumbu telah disulut,
dan bintang lebur berkeping-keping.”
Aku coba menerka
apa yang lalu terjadi di dunia sana:
Anak-anak yang berlarian girang
dan Republik yang terbangun.
Hijau ilalang kembali tumbuh
dan biru menumpahkan lagi dirinya
pada langit.
Panji-panji penjajah rubuh
di sekujur negeri,
dan orang-orang berpesta di jalanan
sambil menenggak minuman keras.
Apakah benar terkaanku begitu?
Apakah kematian kita
benar-benar berhasil?
Apakah benar-benar tak harus ada lagi
sumpah-serapah?
Bila semua ini benar berakhir,
aku ingin kau tak lagi
menanyaiku:
“Adakah air mata yang perlu
kuseka dari pipimu?”
sebab duka tak akan lagi
menyerta kita:
Hanya keabadian
Hanya keabadian
Sebab Kita Tak Pernah Tahu Bom Apa yang Akan Meledakkan Tubuh Kita Jadi Puing-puing
—The Rebellion
Aku merindukan langit yang
tenang, Kapten, bermekaran
di atas wajah kita.
Aku benci laser dan ketakutan
yang menghinggapi pelipis,
derap kaki prajurit,
atau bising pesawat
yang terbakar lalu
meledak.
Kita salah.
Kita salah tentang hari-hari.
Hari-hari senantiasa mengkhianati
kita dan menyimpan untuk
dirinya sendiri.
Aku selalu berharap
hari-hari berhenti dan waktu
menyerahkan diri pada kita,
pada akhirnya.
Puing-puing tubuh kita
tenggelam pada baris
pantai putih. Bom-bom terbang
meluluh-lantahkan teka-teki
yang selama ini kita
tanyakan.
Waktu tak pernah datang.
Waktu telah menghabisi kita.
Kita sekarat
pada kenangan-kenangan
masa lampau yang beku
di jenggala dan lazuardi
yang lebur, berbaring
pada linangan air mata
sendiri yang kita ciptakan
untuk membasahi
artefak tubuh kita.
Pemberontakan, pemberontakan!
kapan pula tegukan litani
kita tiap pagi menepati janji
abadi?
Ah,
semangkuk susu biru
dan satu kemenangan lagi!
Berikan aku setengah gelas
harapan lain agar kita bisa
bersulang sebelum
kematian.
Semoga Force Menyertaimu
—Order 66
Galaksi kita sudah lama tak tidur,
ia menanti buku dongengnya yang
dirampas keserakahan.
*
Tak ada yang tersisa di antara kita,
kecuali beberapa bongkah kepala
yang kehilangan janji.
*
Yang sebetulnya abadi adalah
harum darah kalian, selepas perintah,
dan jubah yang hangus.
*
Kesepian ini, aku coba memahatnya
sendiri di monumen tubuhku.
*
Aku sering berpikir:
apakah yang lebih indah
sebuah aurora tak pernah padam
atau debu-debu yang sesekali hinggap
di lightsaber kita?
*
Kedamaian, ternyata, lebih asing
daripada selusin orang Mandalore
yang terusir, ya?
*
Aku sering bermimpi force menjumpaiku
lalu mengecup kalbuku yang patah,
memelukku sebelum kembali
terperosok ke jurang jauh.
*
“Semoga force menyertaimu,”
sebuah hening suci,
kata-kata lama yang diburu.
*
Asmaraloka kita sudah habis
dilalap obituari musim gelap,
sesudah Naboo,
sehabis kabar-kabar burung.
*
Kekaisaran sudah
mencengkram seluruhnya,
setiap detak jantung planet,
di antara rawa dan bentangan gurun,
bertitah atas abu
yang juga tak menahu arah.
*
Tapi aku tak ingin
terus menerus tenggelam
dalam genangan kenangan?
*
Puisi ini, barangkali,
tak pernah ada.
Ia hilang bersama tenggak nadi kita
di balik lanskap-lanskap
yang meledakkan diri.
*
Ajari aku, ajari aku
cara mencintai dunia sekali lagi,
mencintai api sekali lagi?
Ada dada-dada jahat
yang harus dipenggal.
Ada siasat yang harus segera mati.
ika
a star wars poem… IN INDONESIAN?!?!?!?! menarik sekali
Amara
Menarik puisinya