Burung-burung Pantai (8)
bayi-bayi beburungan ingin sekali tamasya ke pulau seberang
dibujuknya sang induk sepulang pertempuran memperebutkan kerang
udara akhir-akhir ini tak bersahabat, kerap sungsang
sungai nun di balik bukit menyemburkan remah jamban
bayi-bayi burung ingat, suatu kali dijanjikan mainan oleh nabi
kala itu udara mewangi, matahari secuil permata
angsa-angsa langit bercinta serupa rama-rama andromeda
dedaunan berselimut hijau paling muda
induk burung hanya menawarkan layar berisi sandiwara
buatan aplikasi terbaru yang berkoar sehabis-habis leher di siang ramai
ia yakinkan bayi, masa depan adalah drama terganas
sebelum semesta dilipat dalam lemari
suatu waktu pemilik segala akan memaksa sesiapa bertamasya
di unggun timbun api sesak perangai lama
bayi-bayi burung lupa, tamasya akan semakin lengkap dan berwarna
setelah dibumbui lupa atas nubuat pesuruh Tuhan
tentang rute paling indah menuju pulau seberang
2023
Burung-burung Pantai (12)
burung-burung tergurajai di ufuk sore
kala pertempuran baru dimulai
bintang mengernyitkan dahi agar seksama mencatat
sudah waktunya memeriksa segala kesumat
burung-burung menghela awan secercah demi sebongkah
menjauh dari kerusuhan bintang
rimbun komet lewat berpacu menerkam
menyenggol segala saluran pesan
dari surga menuju bumi rawan
burung-burung mengeja yang tak teraba dalam
puisi lama yang pernah mati di dada pujangga
huruf-huruf dari mayat zaman yang lama terkubur
bangkit di akhir waktu tempat segala terurai mengabu
burung-burung tak pulang ke pantai, hikayat baru diungkai
alam yang pernah tercipta demi janji pada debu
meruah di angkasa, tumpah jadi limbah melumuri dinding maha
tak bertiang-jendela
menyumpal pandang bayi burung yang rindu meneropong warna
melengkapkan isak tercecer sepanjang masa
galau mengepak rusuk induknya
merangkak terbata demi jejak belum bermakna
2023
Burung-burung Pantai (14)
burung-burung pantai bercakap di kerisik malam
kepak sayap menepi, meranggasi udara kering
cerita menggumpal, membuihkan kecemasan
tak rampung meriap di teluk, bandar dan lorong kelam
malaikat mengurai catatan buram
di hamparan pusara, kisah para perawan
serupa riwayat kawan yang pernah berjanji
mengukir mata yang mulai bosan meneropong hari
kaldu dan keju jadi sajian malam
mendaratkan perompak, menjungkirkan kapal
di bawah gunung dan awan, meteor jatuh, memekatkan ludah asam
seperti menoreh ranji berduri
kitab suci terbaring sepi, mengelindankan cerita sampah
bau nanah bangkit, memerahkan mimpi
pusara mengajak berkawan
Tuhan berlalu, mengungkit peperangan
malam merapat, burung-burung melayang gagap
memadatkan amis pantai, sisa kaldu merapal
sayap-sayap memuai, bulu-bulu meringis
mengusai cerita dalam lubang istirah
mendengkur di guyuran hujan batu
2024
Burung-burung Pantai (15)
malam mempesiang rintik rindu di langit kelam, burung-burung saban pagi mengikis kesumat, memamerkan ginjal terbaru. Tuhan, dengan cara tak biasa, mengirim syair lembut
seperti mengiris doa yang tertahan dalam isak kesunyian
ampas ombak tertambat di sarang bayi burung, menghantar sezarah jarum pada paruh rapuh, menembak segala sesat yang menyala, namun lengannya melamban, bagai mengayuh sungai paling deras sepanjang masa
kunci menuju surga pun tercecer di liang kesat, hujan mengurung keinginan, tersekat di jurang rencana, rusuh menjahit cedera jantung, meraung memupur ranjau malam
di perahu tiris, burung-burung melabuhkan resah, menatap seksama riuh gelombang yang tak hendak reda, malam terus mempesiang rintik rindu, mendamparkan kesal pengembara selepas memanah luka
2024
- Puisi Mohammad Isa Gautama - 17 September 2024
- Sajak-Sajak Mohammad Isa Gautama; Mata Pancing - 7 August 2018