Mata Pancing
ikan yang bermain riang di lubuk halaman rumah orang paling kaya sedunia merasa bosan berenang di tengah deru cuaca karena mata pancing yang mengejarnya kini tak lagi menawarkan gairah untuk bergelut, untuk memagut ceruk terdalam kolam
ikan yang menganga kepanasan di kuali gubuk paling reyot di muka bumi terpaksa menerima kenyataan bahwa hari ini manusia berhak mengutuk manisnya daging, bahwa setiap kolam yang menyandera ikan akan disulap jadi telaga air mata tempat orang-orang sial menumpahkan kesedihannya
ikan yang selalu bermimpi bisa membunuh para pemburu di tengah lautan suatu saat bernyanyi tentang badai yang entah kenapa kini tak lagi menenggelamkan, mungkin karena dunia berubah menjadi ayunan tempat anak-anak ikan dibesarkan, berdamai dengan mata pancing yang sesungguhnya memelihara rindu sekaligus dendamnya pada ikan
Padang, Desember 2017
Pemugar Malam
hari yang paling ia cari adalah dua puluh empat jam yang sarat kecelakaan sengaja
karena setelah segalanya remuk ia akan menyusun doa paling tulus dan memilukan
tak seperti malam yang memendam kelam demi mimpi-mimpi yang kelihatannya indah
atau pagi yang mencuri cahaya mentari demi terbentangnya jalan menuju kepura-puraan
hari yang paling ia benci adalah malam yang di dalamnya penuh erangan kucing kehilangan karena suara itu amat mirip dengan kerinduan paling berdarah saat kekasihnya pergi, masih terbaca bekas ciuman belum mengering, mengikutinya ke mana pun ia pergi, seperti jarum jam menyimak irama hujan laksana menggali tak henti
hari yang paling ia tunggu adalah senja yang terkikis oleh bayang pepohonan yang tumbuh di balik lubang dirinya, merimbun menutup penglihatannya akan pendakian yang jauh dan terjal. dilipatnya seluruh ruang tempat ia biasa mengukur dalamnya buih-buih hasil percumbuannya dengan kenyataan karena malam ini ia cemas apakah esok cahaya paling benderang akan tetap meredup pelan-pelan dalam catatan kecil Tuhan
Padang, Desember 2017
Burung-Burung Pantai (3)
burung-burung tak bisa melupakan kekesalannya pada Nabi dan Nabi tak pernah merasa mengecewakan burung-burung, hari-harinya disibukkan dengan pikiran bagaimana menyenangkan hati Tuhan dan memenangkan peperangan
Tuhan sibuk merencanakan segala sesuatu karena Ia yakin burung-burung kali ini akan patuh sebagaimana malaikat yang tak ingin terlelap karena dalam tidurnya yang gelap ia selalu bertemu dengan kegusaran para burung pada Nabi
kegusaran demi kegusaran itu lama kelamaan menjadi lukisan paling mahal yang dipajang para malaikat di muka bumi, melalui kegusaran itu kitab-kitab laku dan dibaca dalam haru, melalui pajangan itu seniman paling jumawa tak ingin lagi mengaduk cat karena cat yang paling berwarna meleleh menjadi hitam dan putih
ombak di lautan bahagia berada dalam jagat raya yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tak tuntas, termasuk pertanyaan tentang kenapa para burung selalu memikirkan kesedihannya yang tak sempat menyelamatkan orang-orang yang ingin disimpan selamanya dalam kotak mainan Tuhan
Padang, Desember 2017
Berpencar dalam Cemasmu
tak pernah kau sadari, akulah semut merah yang menguliti rasa amanmu
sebelum sejarah yang kau rekam mengisi ruang tempat kau berselancar
mengarungi dunia yang penuh dengan tanya dan pilihan-pilihan usang
akulah yang menunggui angin berembus tanpa tujuan dalam ngilu tulang
menjelma gerombolan kecemasan yang patah bingkainya
kau basuh wajah sebelum menyetubuhi tidur yang itu ke itu juga
mengasah pisau untuk kuburan seringaimu
jurang penuh api pengenyah jalan wangimu
penuh sengau aku melata mencemari ususmu
setiap pagi penuh sarapan pecahan kaca meremukkan rencana menyepuh emasmu
akulah onak yang kau tanam setiap hari berkecambah menyusuri detakmu
meledakkan jantung dan paru, bom demi bom rekah
di persembunyianmu
Padang, Desember 2017
- Puisi Mohammad Isa Gautama - 17 September 2024
- Sajak-Sajak Mohammad Isa Gautama; Mata Pancing - 7 August 2018
Leni Marlina
Keren-keren puisi Bang Isa. Kami menikmati membaca puisinya.