Perang Bekerja Begitu Keras
Alangkah megah peperangan
Penuh daya
Dan gairah
Pagi-pagi buta
Ia telah membangunkan sirene
Memberangkatkan ambulans
Ke berbagai wilayah
Mengayunkan tentara di udara
Melilitkan utas tandu pada tubuh penuh luka
Menyeru hujan dari mata setiap ibu
Menggali jauh ke dalam kerak bumi
Mengeluarkan bermacam benda
Dari bawah reruntuhan
Beberapa tidak bernyawa
Namun berkilauan
Yang lain pucat
Dan masih berdenyut …
Perang memenuhi benak para bocah
Menghibur para dewa
Dengan menembakkan kembang api
Dan rudal
Ke langit
Menandur ranjau di ladang
Lalu mengunduh tubuh-tubuh
Yang tertusuk
Dan melepuh
Mendesak setiap keluarga bermigrasi
Berdiri di sisi pendeta
Saat mengutuk iblis
(Iblis yang malang, satu tangannya
Tetap terbakar dalam kobaran api)
Perang terus bekerja
Siang dan malam
Menginspirasi para tiran
Menyampaikan pidato panjang
Menganugerahi para jenderal dengan medali
Dan memantik imajinasi dalam benak penyair
Perang begitu berjasa
Pada rekayasa organ tubuh
Memasok makanan untuk lalat
Menambah halaman buku-buku sejarah
Menyetarakan para pembunuh dan terbunuh
Perang mengajari para pencinta
Menulis surat
Membiasakan wanita muda menunggu
Perang memenuhi surat kabar
Dengan tulisan dan gambar
Mendirikan rumah baru untuk anak yatim
Menafkahi pembuat peti mati
Menepuk punggung penggali kubur
Dan mengurai senyum di wajah pemimpin
Perang bekerja begitu tekun
Dan tak tertandingi
Namun tak sesiapa pun
Menghaturkan terima kasih
Kehidupan Kedua
Kita butuh kehidupan kedua
Untuk menerapkan segala
Yang telah kita pelajari
Dalam hidup ini
Satu demi satu kesalahan tercipta
Dan kita membutuhkan kehidupan lain
Untuk melupakannya
Kita terus bersenandung
Hingga ajal menjemput:
Kita butuh kehidupan baru
Dan menyempurnakan satu lagu utuh
Kita memasuki medan perang
Demi menjalankan siasat Simon:
Kita butuh kehidupan yang berbeda
Untuk mencinta
Kita mesti menghabiskan waktu
Menjalani hukuman
Untuk merdeka
Di kehidupan selanjutnya
Kita telah menguasai seluruh bahasa
Namun perlu kehidupan lain
Untuk menerapkannya
Kita menulis puisi
Lantas mati
Butuh kehidupan kedua
Mendengar penilaian para kritikus
Kita telah mengunjungi semua tempat
Namun membutuhkan kehidupan lain
Yang lebih senggang
Untuk istirah dan mengambil gambar
Penderitaan telah menghabiskan usia kita
Hingga perlu kehidupan kedua
Untuk belajar hidup
Tanpa rasa sakit
Warna Perang
Peta digital di dinding
Menampilkan peperangan Amerika
Dalam warna:
Irak berwarna ungu
Syria berwarna kuning
Kuwait berwarna biru
Afghanistan berwarna merah
Vietnam berwarna hijau.
Di atas peta
Perang begitu indah
Begitu elok
Dan penuh semangat
Di dalam Akuarium
Seekor ikan
Mendekati ikan lain
Dan bertelur
Siripnya memberi isyarat
Kepada lumut
Satu demi satu
Janin terbentuk
Gelembungnya adalah kata-kata
Ditujukan kepada siapa saja
Dunia terus runtuh
Dan bangkit
Dalam mata
Seekor ikan
Kata Ganti
Sang lelaki bermain kereta api
Sang wanita meniup peluit
Mereka memulai petualangan
Sang lelaki memegang tali
Sang wanita memanjat pohon
Mereka berayun
Sang lelaki bermimpi
Sang wanita menyulam bulu
Mereka terbang
Sang lelaki berperan sebagai jenderal
Sang wanita berperan sebagai rakyat
Mereka mendeklarasikan perang
Tentang Penerjemah
Muhammad Aswar merupakan penulis puisi dan esai, serta menjadi penerjemah dan editor paruh waktu di beberapa penerbitan buku dan media daring. Bekerja sebagai dosen dan menjaga sebuah pesantren.
- Puisi-Puisi Dunya Mikhail; Perang Bekerja Begitu Keras - 14 April 2020