Puisi-Puisi Dunya Mikhail; Perang Bekerja Begitu Keras

Abstract city painting skyline urban cityscape waterdront original palette knife handmade colorful rainbow by Tatiana Iliina

 

 

Perang Bekerja Begitu Keras

 

Alangkah megah peperangan

Penuh daya

Dan gairah

Pagi-pagi buta

Ia telah membangunkan sirene

Memberangkatkan ambulans

Ke berbagai wilayah

Mengayunkan tentara di udara

Melilitkan utas tandu pada tubuh penuh luka

Menyeru hujan dari mata setiap ibu

Menggali jauh ke dalam kerak bumi

Mengeluarkan bermacam benda

Dari bawah reruntuhan

Beberapa tidak bernyawa

Namun berkilauan

Yang lain pucat

Dan masih berdenyut …

Perang memenuhi benak para bocah

Menghibur para dewa

Dengan menembakkan kembang api

Dan rudal

Ke langit

Menandur ranjau di ladang

Lalu mengunduh tubuh-tubuh

Yang tertusuk

Dan melepuh

Mendesak setiap keluarga bermigrasi

Berdiri di sisi pendeta

Saat mengutuk iblis

(Iblis yang malang, satu tangannya

Tetap terbakar dalam kobaran api)

Perang terus bekerja

Siang dan malam

Menginspirasi para tiran

Menyampaikan pidato panjang

Menganugerahi para jenderal dengan medali

Dan memantik imajinasi dalam benak penyair

Perang begitu berjasa

Pada rekayasa organ tubuh

Memasok makanan untuk lalat

Menambah halaman buku-buku sejarah

Menyetarakan para pembunuh dan terbunuh

Perang mengajari para pencinta

Menulis surat

Membiasakan wanita muda menunggu

Perang memenuhi surat kabar

Dengan tulisan dan gambar

Mendirikan rumah baru untuk anak yatim

Menafkahi pembuat peti mati

Menepuk punggung penggali kubur

Dan mengurai senyum di wajah pemimpin

Perang bekerja begitu tekun

Dan tak tertandingi

Namun tak sesiapa pun

Menghaturkan terima kasih

 

 

Kehidupan Kedua

 

 

Kita butuh kehidupan kedua

Untuk menerapkan segala

Yang telah kita pelajari

Dalam hidup ini

 

Satu demi satu kesalahan tercipta

Dan kita membutuhkan kehidupan lain

Untuk melupakannya

 

Kita terus bersenandung

Hingga ajal menjemput:

Kita butuh kehidupan baru

Dan menyempurnakan satu lagu utuh

 

Kita memasuki medan perang

Demi menjalankan siasat Simon:

Kita butuh kehidupan yang berbeda

Untuk mencinta

 

Kita mesti menghabiskan waktu

Menjalani hukuman

Untuk merdeka

Di kehidupan selanjutnya

 

Kita telah menguasai seluruh bahasa

Namun perlu kehidupan lain

Untuk menerapkannya

 

Kita menulis puisi

Lantas mati

Butuh kehidupan kedua

Mendengar penilaian para kritikus

 

Kita telah mengunjungi semua tempat

Namun membutuhkan kehidupan lain

Yang lebih senggang

Untuk istirah dan mengambil gambar

 

Penderitaan telah menghabiskan usia kita

Hingga perlu kehidupan kedua

Untuk belajar hidup

Tanpa rasa sakit

 

 

Warna Perang

 

 

Peta digital di dinding

Menampilkan peperangan Amerika

Dalam warna:

Irak berwarna ungu

Syria berwarna kuning

Kuwait berwarna biru

Afghanistan berwarna merah

Vietnam berwarna hijau.

Di atas peta

Perang begitu indah

Begitu elok

Dan penuh semangat

 

 

Di dalam Akuarium

 

Seekor ikan

Mendekati ikan lain

Dan bertelur

 

Siripnya memberi isyarat

Kepada lumut

Satu demi satu

Janin terbentuk

 

Gelembungnya adalah kata-kata

Ditujukan kepada siapa saja

 

Dunia terus runtuh

Dan bangkit

Dalam mata

Seekor ikan

 

 

Kata Ganti

 

Sang lelaki bermain kereta api

Sang wanita meniup peluit

Mereka memulai petualangan

 

Sang lelaki memegang tali

Sang wanita memanjat pohon

Mereka berayun

 

Sang lelaki bermimpi

Sang wanita menyulam bulu

Mereka terbang

 

Sang lelaki berperan sebagai jenderal

Sang wanita berperan sebagai rakyat

Mereka mendeklarasikan perang

 

 

 

Tentang Penerjemah

Muhammad Aswar merupakan penulis puisi dan esai, serta menjadi penerjemah dan editor paruh waktu di beberapa penerbitan buku dan media daring. Bekerja sebagai dosen dan menjaga sebuah pesantren.

Dunya Mikhail
Latest posts by Dunya Mikhail (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!