Baru Kenal, Anak Muda
Waktu bikin janji,
kamu tidak mau kalau sendiri.
Wajar sih. Namanya juga baru kenal.
Perlu ada basa-basi. Perlu caper sedikit.
Pas ketemu, ternyata kamu gengsi.
Tahu begitu aku tidak jadi.
Warung Nasi Depan Kuburan
Nasi dua centong
ditambah ikan asin
ditambah tempe goreng
ditambah sayur asem
sama dengan Rawamangun.
Aku biasa makan di situ,
di warung nasi depan kuburan.
Misalkan nantinya terjadi
sesuatu yang luar biasa,
Rawamangun biasa-biasa saja.
Adu Jotos
Tadi malam, aku menonton
prediksi antara Alvarez dan Bivol.
Selama merem, Mayweather nongol
mengobrak-abrik mimpiku.
Bangun-bangun, aku cengengesan
teringat bacot orang-orang.
Mayweather itu banyak bacot,
lawan Pacquiao banyak curangnya.
Alvarez dulu bukanlah yang sekarang
dan aku tidak suka Mayweather.
Mayweather mana berani taruhan
tanding ulang sama Alvarez.
Aku ikuti semua drama itu,
paling banter supaya tidak fanatik.
Sebab mereka yang doyan adu jotos,
belum tentu mengerti tinju.
Kelewat Mabuk, Bablas Curhat
Kenapa harus sampai mumet
dan cemberut?
Dibawa santai dong.
Jangan kelewat mabuk.
Setiap bablas mabuk, kamu curhat.
Kamu curhat soal mantan.
Kamu curhat soal puisi.
Kamu curhat soal masa lalu.
Kamu curhat soal mantan
yang baca puisimu di masa lalu.
Kamu curhat soal nasib penyair.
Kamu curhat soal kesepian.
Kamu curhat soal hiburan.
Kamu curhat soal nasib penyair
yang kesepian butuh hiburan.
Jangan-jangan, tidak solutif
mabuk bablas curhat.
Tapi curhat kan wajar.
Oke. Mau sampai kapan
uring-uringan?
Ampun Bang Jago
Jadi begini ceritanya.
Setelah kontan bayar pulsa token listrik,
aku melangkah keluar Indomaret.
Tiba-tiba ada tukang parkir
muncul di belakang jok motorku.
Aku menoleh sambil putar setang.
Mukanya beler, kurang tidur.
Di tengtop perut buncitnya tertulis:
PULANG MALU, TAK PULANG RINDU.
Selagi ia cuek mengulur tangannya,
kelihatan tato gambar ayam.
Maaf, cuma bisa kasih Rp2000.
Pasti nombok kalau buat ongkos mudik.
Dalam hati, laparmu bukan urusanku.
Sejumlah Alay Nongkrong di Taman
Di pengkolan seberang Atelir,
sering ada kecelakaan.
Memang belokan itu curam,
apalagi lampu jalannya agak remang.
Tapi di tengahnya ada taman.
Beberapa alay nongkrong di sana.
Beberapa lainnya merangkap pak ogah,
berganti terus siang dan malam.
Di hadapan taman itu, tidak satu pun
yang suka menabrak dari belakang.
Dalam Lagu The Upstairs
Dalam lagu The Upstairs:
para abg saling tawuran
persis di seberang kantor polisi.
Di Jakarta tidak ada kerajaan.
Malah yang berlaku hukum jalanan.
Kamu tidak lagi pantas disebut abg.
Dan gayamu terlalu Mataram,
bagi aku yang Matraman.
Di Mataram, para raja sudah lama mati.
Tidak ada gunanya ke kantor polisi.
- Puisi-Puisi Hamzah Muhammad - 22 March 2022
dimas
Bahkan dengan diksi yang ringan dari “Warung Nasi Depan Kuburan” pun saya masih tidak bisa memahami tulisan puisi. Apa betul puisi itu harus memiliki makna? Kalau iya, bagaimana cara tahunya? 🙂
Kal
Ini puisi?
Saut Situmorang
Kek di atas itu pun dianggap Puisi?! Pantaslah kalok diliat siapa Tim Kurator situsnya! :p
Duwiky alfiyanta
Banyak orang malu bersuara lantang di sosial media
Hanya sedikit bersuara mengunakan lidah
Kebanyakan dari kita bersuara dari ketikan jempol kita
Tapi hanyalah bacotan yg tidak dibarengi dengan realita.
Banyak yg malau menulis puisi hanya bisah bersuara melalui jari, kalau bisah berkomentar disah juga berkarya, dapat kan cuwa itu jalan nya.
Novita
Lucu puisinya ,bisa di nikmati,keren trus berkarya
Saut Situmorang
Malu-maluin Bukowski ajah :p
Sae AB
Kok saya malah pusing?
Birru birru
Selepas nonton mayweather di warung depan kuburan
Kau mengajak aku kenalan
Bukan aku tak mau
Tapi lihat tatomu aku jadi takut
Apalagi baru kenal
Kau sudah ceritakan tentang mantan2mu
Tentang masa lalumu,
Yang sering nongkrong di taman dan tawuran
Sambil dengarkan lagu upstairs
Sruput dulu kopinya…biar tidak dingin dicumbui lalat2 ..
Ibnu sya'nah
Mungkin karena di situ basabasi-nya disebut kali.
Maap. Puisi sendiri itu gimana ya?
Belajar puisi susah-susah mencari majas dan segala macam, dan ini disebut puisi? Entah.
Anonim
Urat malu Bukowski diputus mati
Petinju
Banyak bacot, polisi tua bangka.
DENI OKTORA PASARIBU
Kalau gak salah si penyair emang terinspirasi menulis puisi ala Bukowski. Buku sebelumnya adalah terjemahan puisi Bukowski
Bagus Sigit Setiawan
😂
Bagus Sigit Setiawan
Pantas saja saut muring2.
ida
Apa ini puisi?? Kalok cumak begini dibilang puisi, Aku jugak bisa bikin. Tapi Aku malu mau bikin puisi macam ini. Kuatir malu maluin. 😜
Nona
Agak kuciwa dengan pilihan kurator kali ini..
sisiput
Puisi macam apa ini?!?!?!
Muhammad Yasir
Redakturnya benar-benar Sampah!
Provokator
Komennya benar-benar sopan. Hehe
Bukan Provokator
Emang redakturnya sampah makanya puisi sampah begitu dipilih buat dimuat
Provokator
Kalo saya redaktur, . . . ?
Endah
keren keren
Zayn Seno Gaudiumo
Mungkin ini yg disebut dgn kawan penyairku, katanya puisi tidak harus estetik selagi ia bermakna
Alam
niat hati jadi gak niat
sadam
saya sadar bahwa puisi-puisi yang saya tulis itu masih di taraf jelek saja belum, hanya saja saya sungguh tidak menyangka jika puisi model kayak begini ternyata bakal dimuat, wkwkwkwk.
herman
ini yang dikomentarin bang saut? gilak kalok kayak gini dibilang puisi. puisi pertama malah macam coretan toilet
Preman Cikampek
Tolol
Ujang Saepudin
Goblok… puisinya lucu hahaha
sukanda KM
Aku justru coba belajar menikmati puisi puisi Hamzah Muhammad,ada juga beberapa yg menarik tapi banyak juga yang bikin pusing .Tapi aku hormati keputusan kurator.Terus semangat membuat puisi yg bagus lagi untuk HM.
Bhramastya
Proses kreatif yang dilalui penyair beda-beda dalam sebuah pertarungan kata. Kalau untuk menghakimi puisi dengan kategori “baik-buruk” agaknya sulit karena ranahnya subjektivitas. Mungkin kategorisasi yg patut disematkan untuk penyair di atas ialah “kekhasan”. Ya, khas dalam memilih diksi-diksi dalam puisinya.
Wassayang.
Semangat menulis.
Polisi Sastra Hiski
Maaf, Saut. Sastra Indonesia lebih membutuhkan web basabasi dan penerbitnya yg telah memberi ruang (dan honor) untuk banyak penulis sastra Indonesia, ketimbang bacotmu yang sember.
Upil kering
Ada baiknya saut dkk bikin media sastra baru yg nerima tulisan. Jgn lupa kasih honor. Bisa gak???
Colonel Aureliano Buendia
Persoalannya bukan pada basabasi memberi ruang (dan honor) untuk penulis yang kirim tulisannya. Tapi di puisi-puisi sampah yang dipilih buat dimuat pada tanggal 22 Maret. Cobak kau tengok tulisan yang lain, ada nggak yang komentar aneh-aneh? Nggak ada kan? Karena tulisannya jauh lebih baik dari puisi-puisi sampah ini.
Akpol Sastra Hiski
Coba juga kau tengok tulisan nabi kau itu, “pantaslah kalok liat siapa tim kurator situsnya”. Artinya menurut nabi kau yang paling benar itu, situs ini kuratornya sampah juga. Padahal kalo merujuk komentarmu, puisi di sini bagus-bagus kan? gitu. Artinya ada yang salah sama otak nabi kau itu. Coba siapapun yang puisinya kau anggap bagus, terus adu jotos sama si saut itu. Otomatis karya kalian akan jadi sampah. goblok kali kau pilih nabi.
Btw, ini nama tokoh Gabo yang benar, Aureliano KW: Colonel Aureliano Buendía
bolo bolo
puisi saut bagus?
Distraksi
puisi ini terlampau bagus bagi saya, sekalipun yang nyinyir juga luarbiasa banyaknya
Boboi boy
Terus tulis pak, puisinya udah engga kayak puisi Bukowski kok wkwk, tetep keren dan semoga jadi lebih keren 👍
Y.B Tiar
nah ini, puisi-puisi norak ala Hamzah Muhammad. itu. 😛😛😛
Muhammad Azzam Khairel Fauzan
Ku fikir karya seperti puisi dibuat untuk dinikmati, sekarang aku mencoba setuju karya seperti puisi dibuat untuk dihakimi
Ku fikir menjadi “anak sastra” wajib mengapresiasi karya seperti puisi, sekarang aku bahagia melihat “anak sastra” tak perlu capek capek mengapresiasi seni
Ku fikir jadi penyair itu susah setengah mati, sekarang aku yakin yang susah setengah mati itu jadi penikmat karya para penyair
HM penyair pinggiran, salah target pasar kalau jualan ke elit sastra
Coba geser sedikit, misal ke pinggiran bekasi
Kalo orang pinggiran gak ahli menghakimi, tau nya cuma mengkonsumsi
alphaomega
jadi sebenarnya siapa yang berhak memberikan makna terhadap sebuah tulisan? apakah sebuah penghakiman lebih baik daripada beribu2 pujian atau sebaliknya? mungkin sebuah tulisan bisa jadi bukan untuk hari ini ataupun untuk hari berikutnya tapi setidaknya dia sudah cukup untuk seseorang ataupun beberapa yang percaya
ALPHAOMEGA
hiduplah seperti bukowski…bergaulah seluas mungkin hingga ke gang – gang sempit dan sudut gelap kota…”malu” itu bkn frasa yang tepat untuk menggambarkan bukowski atau kegusarannya….dan mungkin zaman juga telah merubah nilainya pak tua…
Sampean
Gak tahu, kok baca puisi hamzah saya terhibur.
Preditya
Puisi???🤣🤣🤣
Puisi yang dipertanyakan
Rachmansyah
q besok mau kirim ah
Hanum
Jujur diantara yang lain aku paling suka yang ini
Angin Malam
Menarik penulisannya