
Bismillah Bunga Sorga
Dengan bismillah bunga di sudut-sudut sorga
Kutulis puisi ini dari hati membara
Dengan wangi ‘ruf-huruf di puncak cakrawala
Berharap pintu-pintu ke tamanmu terbuka
Dengan tajam bismillah di pahat-pahat waktu
Aku nyanyikan rindu dari hati yang syahdu
Rindu mengukir sepi di relung-relung kalbu
Rindu memahat doa di dinding-dinding batu
Terimalah kiranya nyanyi puisiku ini
Tetesan airmata di reruntuhan sunyi
Sebab tak sanggup lagi rohku menahan nyeri
Hangus terlunta-lunta di bawah matahari
Dipanggang api sepi
Padam menyala lagi
Ditindih bara api
Hangus terbakar lagi
Aku pun mencium bumi
Menghirup bau ragi
Mengais remah sunyi
Di reruntuhan hati
Duhai cinta yang memar
Di puing-puing senja
Mekarlah duhai mekar
Dalam nadi usia.
2017
Bismillah Langit Biru
Bismillah langit biru Cahaya pun memancar
Dan bergetarlah rohku Menggigil dan gemetar
Percik cah’ya semesta Nyala berkilau-kilau
Pijar piala cinta Menimbang-nimbang kalau
Ketika waktu diam Mendengar suara hening
Di dalam kau yang dalam Di dalam roh yang bening
Menjelma Nur Muhammad Percikan cah’ya cinta
Membuka gerbang abad Dan semua pun bermula
Bismillah langit biru Aroma wangi rah’sia
Cah’ya hari alastu Bertiup angin savana
Adalah roh yang tenang Menjelma kunang-kunang
Nyala-nyala ilalang Menjadi bayang-bayang
Nyala dalam tubuhku Kerlap-kerlip membentang
Menggaris jalan baru s’panjang jalan ilalang
Duhai rohku yang tenang Duhai mari ke mari
Kunang-kunangku sayang Fajar kan seg’ra pagi
Ini jalan ilalang Tak ada lagi waktu
Tiada gang tiada ruang Yang waw cuma alastu
Lupakan bayang-bayang Capailah puncak rah’sia
Tinggalkan kunang-kunang Agar kau jadi cah’ya
Jadilah burung nuri Di langit manusia
Mencapai puncak sepi Lebur dalam cahaya
Bismillah langit biru Dan langit pun terbelah
Hingga waktu membeku Di kelopak bismillah.
2017
Bismillah Laut Biru
Bismillah laut biru Dan lahirlah samudra
Dinding rahim jiwaku Cah’ya kemilau senja
Bismillah batu-batu Air pun menggemuruh
Dengar wahai jiwaku Rahasia langit runtuh
Menjelmalah gelombang Berdebur menggelora
Bangkit-lenyap dan tumbang Sampai kilau mutiara
Jadilah pucuk ombak Bangkit-lenyap dan fana
Sampai laut tersibak Hingga mencapai baka
Menyelamlah segera Duhai sari cah’yaku
Pecahkan sunyi usia Temukan rah’sia biru
Temukan rah’sia ombak Pecahkan rah’sia maut
Selagi tik berdetak Sampai kau jadi laut
Bismillah laut biru Dan laut pun terbelah
Sampai waktu membeku Di kelopak bismillah.
2017
Mahacah’ya Bertahta
Duhai engkau yang lelah oleh perang dan cinta
Merintih-rintih pedih menahan tangis dunia
Menggelepar-gelepar dibakar merah bara
Terlunta-lunta sepi di padang-padang doa
Duhai engkau yang kalah dalam perang dan cinta
Kaulihat gelap dunia gelap malam semata
Tapi di mana g’rangan batas gelap dunia
Di batas gelap dunia cah’ya bersinggasana
Duhai kau yang menyerah dalam perang dan cinta
Tapi engkau menyerah hanya kepada sukma
Sebab sukma menangga ke puncak airmata
Di puncak airmata mahacah’ya bertahta.
2017
Nyanyian Cinta Tarian Rindu
Duhai engkau yang lara Duhai engkau yang pilu
Dalam gelora cinta Dalam gelora rindu
Kau coba pendam cinta Kau coba pendam rindu
Dalam diam air mata Di relung-relung kalbu
Tapi dalam air mata Tapi di balik kalbu
Cinta masih menggema Rindu masih menderu
Kau pendam api cinta Kau pendam api rindu
Dalam gugusan mega Dalam gugusan bayu
Di sela langit jingga Di sela gugur salju
Cinta tetap membara Rindu tetap membiru
Duhai g’rangan di mana
Harus kupendam cinta
Di aroma kenanga
Atau di wangi s’roja?
Katakanlah padaku
Tempat memendam rindu
Adakah di melati
Atau di wangi s’runi?
Duhai g’rangan di mana
Harus kupendam cinta
Dalam binar purnama
Atau palung samudra?
Katakanlah padaku
Tempat memendam rindu
Adakah di gemintang
Atau debur gelombang?
Duhai engkau yang lara Duhai engkau yang kelu
Dalam gemuruh cinta Dalam gemuruh rindu
Kau sembunyikan kata Kau sembunyikan pilu
Dalam istana doa Dalam menara waktu
Cinta kian menyala Rindu kian menderu
Membakar-bakar dada Menggebu-gebu kalbu
Kau pun tak sanggup lagi Kau pun tak mampu lagi
Menyembunyikan cinta Menyembunyikan rindu
Duhai hati yang lara Duhai hati yang kelu
Dalam api membara Dalam api membiru
Menangislah ya rohku Menangislah, Jiwaku
Di dalam pelukanku Di dalam dekapanku
Untukmu yang tersiksa kunyanyikan puisi
: Matahari selalu baru setiap pagi*)
Cinta adalah wangi hembusan bunga-bunga
Engkau adalah mawar merekah merah saga
Bagaimana kau bisa menyembunyikan wangi
Dari mawar yang merah merekah pagi hari
Rindu adalah hijau daun-daun pohonan
Engkau adalah daun di reranting dedahan
Bagaimanakah bisa hijau kau sembunyikan
Dari selembar daun di rerimbun dedahan
Cobalah engkau dengar
Burung nuri bernyanyi
Suara denyar-denyar
Di sela dahan pagi
Cobalah engkau dengar
Suara merdu gerimis
‘Nyanyikan siluet fajar
Semburat tipis-tipis
Cobalah engkau pandang
Kupu-kupu menari
Mengepak-ngepak kembang
Antara mawar-m’lati
Cobalah engkau lihat
Daun-daun kelapa
Menari berkelebat
Mengipas-ngipas senja
Itu nyanyian cinta
Yang engkau sembunyikan
Itu tarian rindu
Yang engkau coba simpan
Menyanyilah menyanyi Menarilah menari
Bintang dan matahari Awan, bulan, dan bumi
Menyanyilah menyanyi Menarilah menari
Angin dan burung-burung Hujan, mega, dan mendung
Menyanyilah menyanyi Menarilah menari
Air di sungai-sungai Ombak di pantai-pantai
Menyanyilah menyanyi Menarilah menari
Bunga t’ratai dan krisan Bunga-bunga flamboyan
Menyanyilah menyanyi Menarilah menari
Bunga-bunga kenanga Bebunga alamanda
Menyanyilah menyanyi Menarilah menari
Bunga-bunga iksora Bebunga mandavila
Menyanyilah ya rohku
Di dalam puisiku
Menarilah, Jiwaku
Dalam doa-doaku.
2017
*) Matahari selalu baru, setiap pagi —Herakleitos.
- Puisi-Puisi Jamal D. Rahman;Mahacah’ya Bertahta - 30 May 2017