
SUWUNG
: sedekat-dekat angkara, sejauh-jauh kembara
aku masih mencari-mu di antara
barisan kidung
yang disematkan para pertapa
semenjak ia turun
dari lereng gunung.
kau berusaha melarikan diri
dari ingatan
yang kulumuri perhitungan
ganjil,
ketika,
aku mengajak-mu berkelana
ke dusun-dusun setua nganga.
lantas,
pun aku mencari-mu dari balik
tingkap nurani
yang melegam dibubung
seringai jelaga.
namun,
sampai di tahun-tahun terakhir,
di musim perak meranggas
gugurkan dua belas rasi bintang.
dua ekor angsa betina menjadah
dan kulimbungkan sepi padanya.
dua – tiga jawaban menghampiri
tapi enggan menjelaskan
tentang-mu.
lelah kumencari sahaja di antara
seribu kata para jemawa.
kelana yang enggan berpangku
di tangan nasib fana
berbisik ke telingaku,
“teruslah melangkah, sampai
kau temukan tirta perwita
di tengah pusara samudera”
kutanggalkan masa silam agar
membias bersama malam.
kutinggalkan seluruh kelam
agar dapat membaca kalam.
pun kau,
berhasil mengantarkanku
ke persimpangan-persimpangan
di mana aku harus memilih
jalan menuju-mu.
SALAM BUNGA SEPASANG
sebelum fort de kock dibasahi ribuan
tetes darah meliwis,
sebelum kawanan bangau merajai
langit kacau,
sebelum garuda bertengger di puncak
kepongahan,
sebelum auman harimau menandai
kebijaksanaan di tengah kesangsian,
sebelum ular-ular menjelma naga-naga
yang gusar merenungi dosa-dosa
terbesar,
sebelum kesatria menenggak darah
peperangan atau memilih jalan
pengembaraan,
sebelum pendeta menginjakkan kaki
ke tanah – menyudahi pertapaan
maha panjang,
sebelum putri kerajaan awang-awung
menciptakan gelanggang pertarungan
di tengah gelisah yang gandrung,
dan sebelum nafsu menyulut api
di benak risaumu.
gelisah mengepung nyala matamu,
menerka tubuh dan kebisuan.
kemudian,
sukmamu menjelma sepasang
mahkota bunga yang lindap
di altar keheningan.
MADAKARIPURA
setelah perang Bubat usai
menjadi peristiwa berdarah
merebah tubuh nusantara;
ia menerima segala alpa.
amuk serapah Hayam Wuruk
menghempas
seperti beliung yang linglung,
Majapahit terlunta – Mahapatih
berdosa.
lalu,
ia kuburkan amuktia palapa
di tanah paling sunyi.
sebagai kesatria bangsa arya,
ia tebus dosa-dosa
dengan melepas tahta
kepatihan.
pergi mengembara menjinjing
duka,
mencari kebijaksanaan
Sang Hyang Pencipta.
Sang Panglima Amangkhubumi
moksa,
meninggalkan napas cemara
dan anyir kembara.
di balik percakapan jutaan butir
air yang memenuhi kubangan,
di ceruk tebing selingkar lintang;
ia bersemadi.
menempuh jalan keheningan,
membangun surga dalam
kalut kalbunya,
hingga usia menentukan
usainya.
WUKU WATUGUNUNG
di hari suci saraswati, burung gogik
bertengger di piyak dahan
wijayakusuma.
purnama mengindah di atas candi
sang hyang widhi.
nagagini – nagasesa meramu perjamuan
batin paling bening.
mereka layang-layangkan sukma di atas
tungku keheningan.
demi tinggalkan bayang-bayang keinginan
dan tanggalkan kekosongan.
meskipun doa berujung kesungsangan
– meskipun sesal berakar kefanaan.
- Puisi-Puisi Yusril Ihza F. A. - 17 December 2019
Anonymous
Sukses terus yus.. aku bangga
Opang
Teruslah Haus Kakak Tertua
Anonymous
terus menggeliat bagai cacing kepanasan dan menjadi ular buas sebesar anaconda
Endah woe
Teruslah berkarya dan jgnlah berhenti hingga namamu mengharumkan sluruh dunia serta mwmpersembahkan pd bangsamu akan karya karyamu.. Aq mendoakanmu
Dewi f.lailiyah
Terus smgt dan membumi,dek.
Kesatria Pena
Puisi yang luar biasa. jadi pengen berguru.:)
Kesatria Pena
Sangat menggugah.. enak dibaca walaupun tak banyak mengerti makna dari beberapa kata.. jadi pengen berguru.