melodramatik
terkadang secangkir kopi
jauh lebih mengerti daripada puisi
dalam hal memberi sepi padaku
memang sedari kecil sepi sudah aku kenakan
tetapi sepi macam apakah yang aku butuhkan?
mungkin kau belum sepenuhnya percaya
bahwa bagiku sepi adalah rezeki
barangkali bagimu sepi adalah makhluk terkutuk tak berbentuk
tapi bagiku sepi sama seperti matamu mengenal kantuk
dan bagiku kantuk adalah musuh paling abadi dalam hidup
sekarang dan beberapa saat sebelum menjadi sekarang
aku bernapas bersama mereka-meraka
yang lebih peduli meluangkan waktunya
dengan hal-hal yang berkaitan dengan perut
aku hidup bersama mereka-mereka
yang lebih banyak memikirkan hidup orang lain
daripada bagaimana menyusun hidupnya sendiri
dan aku masih berusaha keras menikmati hidup sendiri;
hidup bersama secangkir kopi
dan segerombolan makhluk bernama sepi
yang aku kira itulah puisi.
Senin malam, 04 September 2017, Yogyakarta
di kafe basabasi
di kafe basabasi aku mengenakan malam minggu
langit terasa segar bintang-bintang terlihat berpijar
aku datang tidak tepat waktu barangkali itu bagian
dari efek terlalu sering bermain-main dengan rindu
aku melihat sapardi lupa membikin hujan selain
hujan bulan juni, sementara telepon genggam jokpin
bordering nyaring mencoba menghardik; bawa sepi
dilarang keras memasuki seluruh ruangan kafe ini
“ini acara sastra mas, maka minumlah segala macam
petaka, minumlah segala macam sengsara, sebab kalau
dua hal tersebut mampu kau minum, maka segala sia-sia
dalam hidup tak akan pernah tercipta” katamu.
kemudian malam disuguhi riwayat-riwayat
pengarang hebat yang ditolak takdir hidup enak
kamu tertawa lebar padaku dan di matamu
kulihat doa-doa berlayar menjemput masa depanku
Rabu malam, 11 Oktober 2017, Yogyakarta
episode kutub 1
aku mau menjadi asing bagi matamu
sambil mengubah sisa hari dari seluruh hidupku
menjadi hari minggu, dua tahun sudah kita menjadi satu
bersama buku-buku dalam joglo itu
mungkin aku belum terlalu lama mengenalmu
kamu juga mungkin belum begitu dalam mengenalku
: aku pintu bagi semua ragu, kamu kunci bagi semua pintu
episode kutub 6
setelah kepergian itu, aku makin betah menjadi penghuni sepi
sambil mengatai-ngatai mimpi yang tercebur dalam secangkir kopi
sementara merokok masih menjadi upacara menyalakan imaji
maka berkatilah seluruh jarak antara aku dan kamu
antara ruang lalu dan ruang tunggu, antara raung ragu dan raung pilu
bahwa semua itu; jalan menuai rindu membawa segalanya menyatu
episode kutub 7
aku masih ingat tempat kebiasaanku merangkai kata
tempat luka meminta rupa, tempat lara menuang makna
pikiranku masih mampu menangkap ingatan itu semuanya
di daun-daun mangga, di genting bocor, di pakaian kumal,
di kamar pojok serampangan, juga di saat menyibak nyamuk nakal,
di semua itulah kata-kata biasanya kurangkai penuh pukau
Kamis siang, 05 Oktober 2017, Yogyakarta
- Sajak-Sajak Sengat Ibrahim; Melodramatik - 6 February 2018