SEPASANG YANG BERJANJI SEHIDUP SEMATI

Jose dan Maya sama-sama berusia empat puluh tahun dan mereka telah hidup bersama selama hampir sepuluh tahun—tepatnya sembilan tahun lebih delapan bulan—ketika Maut mendatangi Jose. Maya menangis dengan meratap dan memanggil-manggil Jose dan mengatakan betapa hidup tanpa Jose lebih mengerikan daripada kematian dan mengingatkan bahwa mereka telah berjanji untuk terus berdua selamanya sehidup semati dan dalam keputusasaan yang sarat itu mendadak Jose membuka mata dan berkata pada Maya, “Jangan takut, aku sudah bersepakat dengan Maut.”

Maya tidak tahu apa sesungguhnya yang sedang dibicarakan Jose, tapi dia tidak peduli untuk tahu. Dia tidak membutuhkan penjelasan apa pun karena kelegaan yang teramat sangat. Mereka saling memeluk dan gairah mereka membakar seperti percik api menemukan genangan bensin dan mereka seolah hendak merayakannya dengan percintaan tak bertepi, seolah pula merayakan kebahagiaan-kebahagiaan yang akan mereka jelang kemudian sebagaimana impian-impian yang telah mereka rajut bersama.

“Kita akan selalu bersama, Sayang….”

“Ya, Jose….”

“Apa pun yang terjadi?”

“Apa pun yang terjadi.”

“Meskipun kesepakatanku dengan Maut berarti usiaku tak akan bertambah melainkan berkurang?”

“Apa pun, Jose, asal bersamamu….”

Semenjak pernikahan mereka belum juga dikaruniai keturunan tapi itu bukan masalah karena bagi mereka berdua selamanya sehidup semati adalah anugerah tak terperi. Saat itu Maya tidak menyadari bahwa kebahagiaan yang ditakdirkan untuknya telah mencapai batas dan kesepakatan Jose dengan Maut demi mereka terus bersama adalah awal petaka.

***

Lima tahun setelah kematian Jose yang seharusnya itu, Maya baru menyadari bahwa arti kesepakatan Jose dengan Maut adalah usianya benar-benar berkurang, dalam arti pertumbuhan yang mundur. Maya sekarang berusia empat puluh lima tahun sebagaimana seharusnya, tapi Jose justru berusia tiga puluh lima tahun.

“Aku merasa semakin muda, Sayang,” kata Jose.

Maya menyahuti, “Kau memang semakin muda, Jose.”

Percintaan mereka semakin menggelora.

Lima tahun kemudian orang-orang mulai merasai ada keganjilan sehingga Maya dan Jose meninggalkan kota itu secara diam-diam. Mereka pindah ke kota A.

***

Di kota A, mereka adalah sepasang laki-laki tampan, bugar, muda, dan penuh vitalitas dengan seorang perempuan yang jauh lebih tua di mana fisiknya telah mengalami kekenduran, kekeriputan, kekusaman dan semua tanda penuaan. Baik Jose maupun Maya menyadari hal itu tapi janji berdua selamanya adalah ikatan yang mereka yakini tidak akan terlerai oleh apa pun; bahkan Maut pun tidak. Dan Maya masih meyakini bahwa kebahagiaannya adalah bersama Jose; tanpanya lebih mengerikan dari kematian yang panjang.

Kau tahu, sekarang Jose adalah laki-laki tiga puluh tahun dan Maya perempuan lima puluh tahun dan Jose dikelilingi perempuan-perempuan muda yang menawan dan kesetiaan dalam kondisi semacam itu bagaikan kayu lapuk dirongrong rayap. Meskipun Maya berkali-kali mengatakan bahwa hidup Jose hanya untuk bersamanya, itu tidak menjamin Jose tidak akan terpikat pada gadis-gadis menawan yang mekar bagai bebungaan yang menyimpan madu dalam putik-putiknya.

Pada akhirnya apa yang dicemaskan Maya terjadi: Jose selingkuh. Maya tahu, tapi dia pura-pura tidak tahu; sangat mudah bagi perempuan matang untuk membaca gelagat, tapi Maya tidak ingin ada pertengkaran di antara mereka untuk sebab apa pun. Meskipun Maya merasa sakit hati, namun setiap kali Jose bersamanya dan setiap kali percintaan mereka menggelora, Maya berusaha menganggap bahwa perselingkuhan bukanlah sesuatu yang sedemikian buruk. Ya, itu bukan sesuatu yang baik, tapi apa yang lebih buruk selain Jose meninggalkannya?

Pada akhirnya Maya memergoki Jose sedang bercumbu dengan seorang gadis muda yang ranum namun Jose hanya memamerkan cengirannya dan gadis itu dengan malu-malu menyalami Maya dan memanggilnya ‘Mbak’.

Itulah yang diketahui orang sekitar: Maya dan Jose adalah sepasang kakak beradik. Maya bisa bersandiwara saat itu, tapi setelah hanya dia dan Jose berhadapan, Maya bertanya dengan sedih kenapa Jose melakukan itu.

“Sayang,” kata Jose, “Orang-orang menganggap kita kakak-beradik, dan alangkah anehnya seorang pemuda semacamku tidak mempunyai pacar.”

“Tapi kau suamiku, Jose,” kata Maya.

“Aku tahu, percayalah, aku akan selalu bersamamu.”

“Janji?”

“Janji.”

Mereka kemudian harus pindah lagi ke kota lain sepuluh tahun kemudian karena keanehan yang kian kentara, tapi Jose sudah menanamkan benih di lima rahim gadis-gadis yang diperdayanya. “Aku pikir diriku mandul, Sayang…,” kilah Jose.

Maya tidak menyukai perkataan Jose, tapi dia tak ingin berdebat. Dan mereka pindah ke kota B.

(Kelak, kau mendapati berita tentang gadis yang menggugurkan janinnya, ada pula yang membuang orok yang baru dilahirkannya atau yang melahirkan bayi tanpa suami, dan mungkin di antara mereka adalah korban bujuk rayu Jose.)

***

Di kota B, mereka menyewa rumah papan di sebuah kampung karena Jose sekarang adalah remaja dua puluh tahun dan Maya perempuan enam puluh tahun, dan dengan kondisi demikian, pekerjaan yang mereka dapatkan untuk hidup hanyalah pekerjaan kasar dengan upah sedikit. Tapi itu bukan masalah karena mereka tetap bersama sebagaimana janji dulu. Mereka adalah sepasang ibu dan anak. Maya belum pernah menjadi seorang ibu, namun sekarang dia harus memperlakukan Jose selayaknya anak, dan Jose pula membawakan peran dengan sempurna.

Maya tahu bahwa pada akhirnya Jose akan berpacaran dengan gadis-gadis muda, tapi dia berpesan, “Jangan sampai ada yang hamil lagi, Jose.”

“Tentu saja tidak, Sayang,” sahut Jose. “Aku hanya sedikit bersenang-senang.”

Di dalam rumah, mereka tetaplah sepasang suami istri dan tentu saja libido Jose sebagai remaja sangatlah tinggi dan mereka bercinta dengan penuh gelora; percintaan yang kemudian menjadi petaka.

Seorang tetangga yang berjalan mengendap-endap demi menghindari hujan di malam itu merasa ganjil oleh suara-suara mengerang yang tidak layak dari sepasang ibu dan anak di rumah papan itu. Dia lalu menceritakannya pada orang-orang di pos ronda. Dan, demikianlah, mereka kemudian menggerebek rumah itu dan mengusir Maya dan Jose dari kampung mereka.

(Kau tahu, kelak kau mendengar cerita atau membaca berita tentang seorang ibu yang melampiaskan nafsu pada anak kandungnya, dan kau menganggap betapa bejatnya sang ibu, tanpa kau tahu betapa sesungguhnya mereka adalah suami istri yang berjanji selalu bersama sehidup semati).

***

Demikianlah, mereka hidup berpindah-pindah hingga sampai di kotamu. Kau tahu, di kotamu mereka adalah seorang nenek tujuh puluh tahun yang pemarah, menutup diri dan tinggal bersama seorang cucu yang tampan menggemaskan berusia sepuluh tahun dan mereka mengemis. Kalian membiarkan mereka menempati rumah kosong di ujung jalan yang sebagian bangunannya rusak dan selama ini kalian anggap berhantu. Cucunya yang tampan dan menggemaskan ini membuat orang-orang di kampungmu menyukainya dan merasa kasihan padanya, tapi kalian tidak tahu dia bukanlah bocah pada umumnya. Jose adalah bocah dengan libido tinggi karena hidup yang dijalani telah menumbuhkan berahinya sebagai laki-laki.

Kalian membiarkannya bermain bersama anak-anak kalian—anak-anak perempuan kalian—dan tidak tahu apa yang Jose lakukan pada mereka. Maya tahu, karena dia telah mengenal Jose sedemikian dalam dan itu membuatnya marah-marah dan melarang Jose bermain-main dengan anak-anak sebayanya. Kau—kalian—menganggap nenek Jose tak manusiawi dan karenanya kalian semakin bersimpati pada bocah laki-laki tampan menggemaskan itu.

Hingga suatu sore yang berinai gerimis, Maya merasa tubuhnya meriang dan dia pulang lebih cepat dari biasanya. Di rumah, dia menemukan Jose sedang menyetubuhi bocah sepantarannya, dan dada Maya bergolak serupa magma. Kemarahannya meledak mengguncang kesadaran dan mengarahkan kakinya ke belakang, mengambil pisau, mencocok-cocok tubuh Jose sambil menangis meraung-raung. Raungan perempuan tua dan jeritan-jeritan sekarat bocah di rumah hantu itu membawa kalian melongok dan menemukan sepasang nenek dan cucu bersimbah darah. Kengerian merayapi tengkuk kalian dan bisik-bisik perihal hantu penunggu rumah suwung itu sedemikian menggentarkan sehingga tak satu pun dari kalian berkehendak mendekat.

Polisi yang datang kemudian membawa mereka pergi. Dan kabar tentang seorang nenek gelandangan yang tega menghabisi nyawa cucunya itu sempat menjadi kabar hangat sebelum kemudian basi oleh rupa-rupa berita yang bersilih berganti.

***

Aveus Har
Latest posts by Aveus Har (see all)

Comments

  1. sa Reply

    Wah … beneran kaget baca akhirnya :”

  2. Diksi berbisik Reply

    Wah, fiksi yang menarik dengan mengembangkan realita yang sekarang terjadi.
    Nice author!

    • Nurul Islami Reply

      gilee banget alurnyaa ….

  3. Vha Reply

    Akhir yang diduga namun tak terduga🤔🙂

  4. Arie ika Reply

    Fiksi tapi kadang bisa terjadi di dunia nyata untuk saat ini apapun bisa terjadi walaupun aneh

  5. rae Reply

    Wow….

  6. Puspita Reply

    Keren

  7. Tifany Reply

    Luar biasa kakaakk

  8. dewangga Reply

    keren

  9. op Reply

    awalnya kya nonton benjamin botton, tapi ditengah2 sampe ending kya lg nonton berita. good job!

  10. Indana ilmi Reply

    Keren banget… Alurnya tak tertebak

  11. may Reply

    amazing *.*

    • Ramdani Reply

      Kirain mirip kisah Francis scoth fiezgerald 😂

      • Laksmita Reply

        endingnya di luar perkiraan

  12. Elsa Reply

    Meringis bacanya, seketika cinta jadi awal muka malapetaka

  13. Hotma D.L. Tobing Reply

    Hebat. Cinta sehidup semati itu berakhir menggemaskan

  14. Lia Reply

    Ngeri ya

  15. Y Reply

    Seru.
    Keren banget!

  16. putri utami Reply

    ngeri, ngeri, woaahh, keren bannget!!!! sjdgsjk

  17. Dita amanda Reply

    Wawww

  18. Zezee Reply

    Plot twistnyaas huhuhuu

  19. Devinara Reply

    Keren banget sih udah lama ga baca tulisan berkelas seperti ini.

Leave a Reply to sa Cancel Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!