
Ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa “aku ingin melihat dengan ketajaman penglihatanku apakah Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili itu betul-betul memiliki karamah atau tidak?” Beliau kemudian mengatakan: “Pandanglah dengan katajaman penglihatanmu bahwa apakah ini bukan merupakan karamah?
Seorang anak al-Qashshab duduk di bagian terdepan majelis ulama, sementara tidak ada bumi mana pun yang longsor karena itu, tidak ada tembok yang ambruk yang menimpa dirinya, juga tampa kuasa dan kekuasaan yang menguasai negeri ini, tapi beliau memberikan makanan kepada banyak orang, bukankah ini karamah?”
Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair mengatakan bahwa dia berada di Amil, daerah Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili, ketika seseorang datang dari Mesir kepada beliau. Orang itu adalah tukang fitnah, juga memiliki daya rusak yang sangat kuat sekali. Tapi dia menampakkan bahwa dirinya adalah seorang sufi.
Dia menampakkan diri seperti itu semata-mata ingin merubah pandangan Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili bahwa dirinya merupakan orang baik-baik saja. Setelah dia datang dan tak mengucap salam kepada siapa pun, bahkan dia memecahkan wadah-wadah air, dia malah bilang kepada orang-orang di situ:
“Bilang kepada guru kalian untuk memberikan kendi kepadaku.” Dia berharap sekali untuk mendapatkan kendi dari Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili. “Berilah dia kendi,” kata beliau kepada mereka. “Sama sekali tidak ada kendi,” jawab mereka dengan jujur. “Belilah di pasar terdekat,” perintah guru mereka.
Ada seorang khadim yang baru saja keluar dari tempat “persembunyiannya.” Dia mengiyakan perkataan gurunya untuk pergi ke pasar membeli ceret. Dia berkata: “Jika di pasar tidak ada ceret, katakan pada guru kita, berikan jenggotmu untuk bersih-bersih kami.”
Setelah Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili mendengarkan perkataan itu, beliau segera berdiri. Beliau memiliki jenggot yang panjang dan putih. Beliau memegang jenggot itu dan berkata: “Mahasuci Allah. Anak al-Qashshab telah sampai jenggotnya jadi seperti ini.” Orang dari Mesir itu, tukang fitnah itu, tiba-tiba tergetar hatinya dan mencium kaki beliau.
Pada suatu hari, seorang bayi memegang tali kekang unta yang sedang membawa muatan. Unta itu berjalan di pasar Amil. Di pasar, banyak sekali lumpur. Unta itu tergelincir. Patah kakinya. Orang-orang bermaksud untuk menurunkan muatannya. Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili lewat dan bertanya: “Ada apa ini?”
Sambil menunjuk kepada unta itu, mereka menyebutkan kronologinya. Sembari memegang tali kekang unta itu, beliau mengangkat kepalanya ke langit dan berucap: “Ya Allah, sembuhkanlah kaki unta itu. Jika Kau tak menyembuhkannya, kenapa Kau membakar hati anak al-Qashshab dengan tangisan seorang bayi?” Seketika unta itu bangun.
Ya Allah, kekasih-kekasihmu penuh sayang kepada seluruh makhluk. Cinta mereka kepada hadiratMu, tumpah pula kepada seluruh makhluk. Ya Allah, jadikanlah hati kami sebagaimana hati mereka, amal kami sebagaimana amal mereka. Semakin dekat kepadaMu dan semakin berguna bagi sesama. Amin. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Ahmad bin Nashr - 16 May 2025
- SYAIKH ABU AL-‘ABBAS AL-AMILI #4 - 2 May 2025
- Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili #3 - 25 April 2025