Syaikh Abu Al-Husin al-Warraq

Beliau adalah Muhammad bin Sa’d Abu al-Husin al-Warraq. Termasuk sufi agung dan terdepan di Nisapur pada masanya. Salah seorang sahabat dari Abu ‘Utsman al-Hiri. Beliau wafat sebelum tahun 320 Hijriah.

Beliau memiliki kecemerlangan intelektual di berbagai bidang ilmu keislaman. Beliau sangat detail ketika menjelaskan tentang berbagai renik-renik keilmuan, utamanya yang berkaitan dengan aneka ragam “konsepsi” keilmuan di dalam Islam.

Di dalam bermuamalah, di dalam berbagai macam interaksi dengan sesama, beliau betul-betul berhati-hati. Beliau tahu persis secara detail, lewat celah mana saja kemungkinan interaksi sosial itu bisa rusak secara spiritual. Faktor-faktor yang menjadi penyebab bagi munculnya cacat di dalam perbuatan dan tindakan, baik secara vertikal maupun secara horizontal, telah dikuasai oleh beliau dengan sempurna.

Dengan adanya kewaskitaan spiritual yang sangat mumpuni di dalam kehidupan beliau, rohani beliau menjadi senantiasa segar-bugar, sehat walafiat, tidak terkulai oleh berbagai macam rayuan dan terkaman taring-taring kehidupan. Betapa sangat lihai beliau mengelola hatinya, menata pikirannya, mengkalkulasi langkah-langkah yang akan diambil di dalam hidupnya.

Karena itu, dengan tegas beliau menyatakan bahwa hidupnya hati seseorang itu mutlak berada di dalam kukuhnya keterhubungan rohani dengan Tuhan Yang Mahahidup dan tidak mungkin tersentuh oleh kematian. Artinya adalah bahwa hanya ketika hati seseorang dibekingi oleh hadiratNya maka ia akan menjadi sangat tangguh, bahkan jauh lebih tangguh dibandingkan dengan gunung-gunung yang tidak lain merupakan pasak-pasak bumi.

Itulah hati seseorang yang tidak saja telah sanggup menampung keluasan langit dan bumi beserta seluruh yang dikandung oleh keduanya, tapi lebih dari itu juga bahkan sanggup menampung tajalli Allah Ta’ala. Sungguh, betapa sangat menakjubkan.

Hati yang sangat tangguh seperti itu jelas merupakan hati yang sedemikian tenang, sedemikian tenteram, sedemikian terlampau gagah untuk dirobohkan atau apalagi hanya sekadar digoyang oleh berbagai aneka ragam problem kehidupan. Hati yang seperti itu adalah hati yang telah memenuhi syarat untuk tidak terusik oleh berbagai peristiwa segala yang fana di dunia ini.

Hati yang gagah sekaligus tangguh secara spiritual itu dapat dipastikan merupakan hati yang telah sepenuhnya jatuh cinta kepada Allah Ta’ala. Dan indikasi paling gamblang dari seseorang yang hatinya telah jatuh cinta kepada hadiratNya tidak lain adalah totalitas orang itu di dalam mengikuti ketauladanan Rasulullah Saw, baik secara lahiriah maupun secara batiniah.

Orang-orang yang seperti itu adalah paku-paku kehidupan. Disebabkan oleh mereka, roda-roda kehidupan ini berjalan dengan normal dan semestinya. Disebabkan oleh mereka pula, perjalanan hidup ini dijauhkan dari berbagai bencana dan malapetaka.

Disebabkan oleh mereka, rahmat-rahmat Allah Ta’ala tetap bertebaran di muka bumi. Dan disebabkan oleh mereka juga, hadiratNya menahan murka dan siksa agar tidak menimpa umat manusia di medan-medan kehidupan ini. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!