Kitab Integritas

Pinterest

Manusia sempurna atau insan kamil yang merupakan personifikasi kehadiran Allah Ta’ala yang paling holistik di antara seluruh makhluk yang ada di alam raya sesungguhnya adalah nama lain dari kitab suci paling utuh yang mengandung semua kitab keilahian yang pernah diturunkan kepada para nabi dan rasul di zaman-zaman yang silam.

Sesosok manusia yang secara jasmani hanyalah merupakan bagian sangat kecil dari keseluruhan anasir alam semesta itu ternyata secara ontologis-spiritual jauh lebih luas dan lebih tangguh dibandingkan dengan apa pun dari kalangan makhluk-makhlukNya secara keseluruhan. Sungguh merupakan “sesuatu” yang sangat menakjubkan dan terlampau agung untuk bisa dijelajahi dan dikhatamkan oleh keterbatasan potensi akal dan roh yang dikandung oleh manusia. Hanya Allah Ta’ala semata yang bisa membacanya secara keseluruhan dengan detail.

Bayangkan saja. Menurut asy-Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibn ‘Arabi (1165-1240) di dalam kitab Tanbihat ‘ala ‘Uluww al-Haqiqah al-Muhammadiyyah, roh dan akal seorang insan kamil itu tak lain merupakan kitab “rasional” yang juga dikenal dengan sebutan Umm al-Kitab atau induk dari seluruh kitab suci.

Roh dalam konteks paradigma sufistik ini tentu saja bukan hanya merupakan daya hidup yang bersemayam dalam diri seseorang, tapi menunjuk kepada potensi sakral rohani yang sanggup mendeteksi dan menyaksikan kehadiranNya pada segala sesuatu. Sedang akal di sini mengacu kepada akal universal yang mampu menyelami dan memahami segala sesuatu secara hakiki.

Seorang insan kamil, dengan demikian, merupakan kitab suci yang hidup. Tidak saja dapat dibaca sebagai himpunan huruf-huruf yang sakral dan bernuansa transendental, tapi juga sebagai kitab suci dia bisa menjelaskan dengan sangat fasih tentang siapa hakikat dirinya, juga tentang alam semesta, tentang dunia dan akhirat sekaligus.

Penjelasan tentang hakikat segala sesuatu itu, termasuk tentang dirinya, tidak saja disampaikan secara verbal dengan ungkapan-ungkapan lisan, tapi lebih dari itu juga didedahkan dengan berbagai macam tindakan dan perilaku yang diproyeksikan sebagai tauladan yang bersih, cemerlang, dan terpuji.

Tentu saja setiap insan kamil yang dikomandani oleh Nabi Muhammad Saw. itu secara lahiriah tidak jauh berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Mereka makan, minum, tidur, berpakaian, bepergian, berkeluarga, dan lain sebagainya sebagaimana manusia pada umumnya. Akan tetapi secara ontologis-spiritual, mereka adalah raja-raja rohani yang jauh bertahta di atas kedudukan raja-raja dunia. Mereka tidak pernah merunduk-runduk kepada makhluk untuk mengharapkan sesuatu. Mereka murni bergantung kepada hadiratNya.

Dan karena mereka merupakan kitab-kitab suci yang senantiasa dijaga oleh Allah Ta’ala dari tersentuh oleh tangan-tangan yang durja dan nista, maka tidak setiap orang bisa memahami dan merasakan bahwa mereka itu sebenarnya merupakan hidangan-hidangan rohani yang atas nama kasih-sayang dan kemurahan dihidangkan oleh hadiratNya kepada kehidupan. Bahkan banyak di antara umat terdahulu yang sengaja dan penuh kebencian menabuh genderang pengingkaran kepada mereka. Jiwa-jiwa yang kotor dan lalai, mana mungkin sanggup membaca mereka sebagai kitab-kitab integritas rohani yang penuh dengan teks-teks keagungan dan keindahan hadiratNya. Tentu saja, kecuali mendapatkan petunjuk dari Allah Ta’ala. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!