Konklusi Kitab Suci

pinterest.com

Tidak ada satu pun kitab suci atau mushaf yang pernah diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada para nabi dan para rasul terdahulu kecuali semua itu tersimpan rapi di dalam diri Nabi Muhammad Saw. Alasannya jelas bahwa secara ontologis seluruh kitab suci dan mushaf tersebut merupakan bagian dari kandungan Qur’an. Sebagaimana spiritualitas para nabi dan para rasul yang tidak lain merupakan pancaran dari keutuhan spiritualitas beliau.

Tentang gambaran dan perumpamaan mengenai hal tersebut, salah satu bait dalam kitab al-Burdah karya Imam al-Bushiri mengungkapkan dengan kalimat yang cukup indah, “Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. adalah matahari keutamaan. Sedang para nabi yang lain adalah bintang-gemintang yang menyinari manusia dalam kekelaman.”

Sebagaimana Qur’an yang menempati derajat tertinggi di antara seluruh kitab suci yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada para nabi dan para rasul, begitu pun Nabi Muhammad Saw., beliau adalah orang yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan orang-orang pilihan yang lain tersebut. Beliau adalah kitab suci yang hidup yang difungsikan oleh hadiratNya sebagai petunjuk bagi umat manusia, juga sebagai pembabar yang paling otoritatif mengenai ungkapan-ungkapan Qur’an yang mujmal.

Andai beliau tidak mengamalkan perintah shalat sebagaimana yang didedahkan di dalam Qur’an, maka tidak akan pernah ada siapa pun yang sanggup mengamalkannya secara konkret seperti yang telah dicontohkan oleh beliau. Demikian pula dengan ibadah haji dan ibadah-ibadah mahdhah yang lain. Artinya adalah bahwa hanya beliau semata yang dianugerahi kemampuan paling mumpuni oleh Allah Ta’ala untuk menyelami dan memahami secara detail apa yang dikehendaki dengan firman-firmanNya dalam Qur’an itu.

Hal itu menunjukkan kepada kita semua, secara langsung maupun tidak, bahwa kesucian Nabi Pamungkas Saw. itu betul-betul setara dengan kesucian kalam-kalam hadiratNya. Kalau tidak demikian, tidak mungkin Qur’an itu dapat dipahami dan diamalkan sebagaimana semestinya seperti yang kita saksikan hari ini. Dapat dipahami kemudian kalau diungkapkan bahwa ketika Qur’an diturunkan kepada beliau, itulah sebenarnya yang disebut dengan pertemuan dua Qur’an. Yang satu adalah firman yang merdeka dari keterbatasan huruf dan suara, sedang yang satunya lagi merupakan wadah hidup yang mengejawantahkannya dalam penghayatan dan tindakan. Jadilah kemudian Qur’an itu sebagai realitas sejarah yang tak terbantahkan.

Betapa siapa pun dari kalangan orang-orang beriman sungguh telah berutang jasa yang sangat agung kepada beliau. Itulah sebabnya kenapa penghormatan kita kepada beliau itu mesti lebih tinggi kadar dan tingkatannya dibandingkan dengan penghormatan kita kepada siapa pun yang lain, termasuk kepada guru, ibu, dan bapak kita. Dengan menggunakan paradigma spiritual, kita bisa dengan gamblang memandang bahwa beliau adalah satu-satunya Sayyid al-Wujud atau tuan dari seluruh alam raya. Karena beliau juga merupakan as-Sabab al-A’zham li kull al-Mawjud, sebab utama bagi munculnya segala yang ada setelah sebelumnya mendekam dalam lumbung raksasa ketiadaan.

Sebagai Qur’an yang hidup, beliau merupakan realitas kesucian diri yang tidak tertandingi oleh seluruh makhluk yang ada. Bahkan seandainya semua kesucian makhluk yang lain dikumpulkan menjadi satu, dari awal mula penciptaan sampai makhluk yang terakhir diproduksi, itu pun tidak akan bisa menjejeri, apalagi sampai mengungguli, kesucian yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada beliau.

“Tidaklah menyentuh terhadap Qur’an itu kecuali orang-orang yang disucikan,” demikianlah firmanNya dalam Qur’an surat al-Waqi’ah ayat 79. Dalam konteks kosmologi kaum sufi, ayat itu bisa dipahami secara filosofis bahwa hanya orang-orang yang memiliki kesiapan hati untuk suci saja yang akan sanggup menerima Nabi Muhammad Saw. sebagai petunjuk sekaligus sebagai kenikmatan terbesar di dalam kehidupan ini.

Moga kita semua diakui oleh beliau sebagai makmumnya yang hakiki sehingga baik di dunia ini maupun di akhirat nanti kita mendapatkan kepastian jatah syafa’at dari beliau. Amin. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!