Perempuan Gerhana

kumpulan puisi terbaik suatu permulaan
Via: wikiart.org

Suatu Permulaan

 

Maka pada suatu permulaannya,

gunung-gunung berbicara mengeluarkan asap dari kawahnya

Maka darisana ia berbahasa

kepada langit, yang menganga menunggu dermaga mendarat kepada darat yang memandangnya lewat pasir, karang, dan batu

Maka pada suatu permulaannya,

Pohon-pohon pinus menjatuhkan buahnya, yang kering mengapar di sela-sela ranting

dan rumput

Maka darisana ia berbahasa

mungkin kepada angin, rupa-rupa udara dan kicau sanak burung gereja

Maka pada suatu permulaannya,

suatu jika datangnya

umur, rezeki, dan jalan setapak bergerigi tertulis pada larik-larik semesta yang memeta dalam nadi urat kita

Maka pada suatu permulaannya,

Kita adalah pengeja

 

Tretes, 5 April 2015

 


 

Prolog

 

Buat Mas Wahyu

Wajah kekasih, datang dari matahari jatuh

Siapa yang berani mengajaknya dansa?

Badannya beranak pinak, jadi udara pagi

Senyumnya bagai candu, anak kecil dengan gula kapas

Jadi aku buatkan dia sepotong bulan

Sepotong kugantungkan di langit, ketika kita sedang berbincang

Jadi aku kasih dia segelas hujan

Sisanya kupanggil awan biar tenang, ketika kita sedang berbincang

Rumah-rumah tak berpenghuni berteriak nyaring

Pada manusia setengah bunga;

Engkau lelakiku

Mari berdansa denganku, hingga jiwa kita melayang satu per satu

Aku cinta kamu

kamu cinta aku

 

Surabaya, 31 Maret 2015

 


 

Pita Merah Jambu di Bulan Mei

 

Pita merah jambu mengintip di hari menuju Mei

Apa yang dia tunggu?

Selain kudapan rindu yang siap santap

Ketika rasa angkuh mengecap sang waktu, dalam bait-bait rindu

Aksara jadi pilu, campur haru,

Sebab Mei hampir tiba

Kepada pita merah jambu,

Mei hampir tiba

 

Di ambang pintu,

lilin-lilin siap menyala, menyangga api di kepala mereka

kotak-kotak berserakan menyangga roti-roti dan sekeping biskuit

 

Oh sial,

Ini Mei hampir tiba..

Sementara pita merah jambu belum jadi raga..

 

 

Perempuan Gerhana

Oleh Puan

 

Nenek bercerita hal perempuan di ruang gerhana

Nyala tembaga, merah, jadi atap, katanya

Perempuan di ruang gerhana

amat-amat malu pada langit senjakala

Ia pernah menunggu, begitu lama, dengan sepi dan formasi udara

Maka kata nenek, ia keluar dengan nyala

Hampir-hampir ia marah,

kepada kabut yang mengumpat dan menikung cahayanya,

tak sampai hati ia menangis, sejadinya.

Perempuan gerhana,

datang dengan jiwa pengembara, kalut aku dibuatnya,

penantiannya berbuah keindahan yang mewah,

setangkai bahasa, ia jadi primadona

Perempuan gerhana,

kemudian pergi, dan kembali menunggu,

esok jika semesta mengizinkan,

ia kembali,

lagi..

 

 

Ada Ikan di Matamu

 

Ada ikan di matamu, dinda

Ia berenang di bawah teduhan kelopakmu,

Siripnya melenggong mengibas urat pupilmu,

air yang kau surut rupanya terlalu meluap

hingga membentuk telaga

yang saban hari rupa menguap

Ada ikan di matamu, dinda

riak-riak tumbuh dan mengintip di sela ketika kau tak sengaja memandangku

dulu, setalah perpisahan itu,

semisal pagi datang lagi,

dan waktu dapat berkonspirasi

akankah ikan itu kau bawa kembali?

Christine Ayu Nurchayanti
Latest posts by Christine Ayu Nurchayanti (see all)

Comments

  1. Ahmad Farid Reply

    Pacarin aku Dek, pacarin.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!