
Tersesat di Jalan yang Sudah Biasa Dilalui
1.
Ingat aku ketika kau melihat
seorang anak buta yang berjalan
di atas kedua matanya dan belas kasih orang-orang.
2.
Atau ketika kau merintih
di atas kalimat-kalimat yang tunduk
pada gramatikal bahasa yang menyesatkan.
3.
Bunga-bunga yang bertahan untuk mekar
pada musim dingin karena mencintaimu.
Atau rintihan anjing sekarat di tengah jalan
yang diabaikan pelintas. Isi perutnya menyebar
tapi kameramu terlalu takut untuk mengingat.
4.
Pada persimpangan A dan L
ambil kembali apa yang tak pernah
jadi milikmu. Atau buang semua kerisauan abu-abu itu.
5.
Pada segala yang bernomor lima.
Ibadah. Rukun Islam. Pukul lima lebih lima menit
waktu sore Kairo ketika matahari terbenam.
6.
Mahasiswa dan mahasiswi yang
buang pengetahuan sembarangan atas nama
“adab di atas ilmu.” Sampah yang
menumpuk di depan pintu kamarmu.
7.
Ingat aku pada mata redup yang
menatapmu di cermin. Atau seorang tua
yang duduk siang-malam di depan
jalan berpasir. Menunggu giliran untuk menyusul
kekasihnya di ujung jalan sana.
Kairo, 2025
Memutar Waktu ke Titik Pertama
-sepenggal kisah dari bab pertama Life is Strange
sebuah Mercusuar
memanggil kekasihnya
dalam redup lampu sorot
kekasihnya adalah badai
dan angin laut
membawa pesan Mercusuar
kepada awan hitam:
“hancurkan kapal-kapal itu.”
di teluk Arkadia
seorang penjelajah waktu
memulai dari akhir
tangannya memegang kupu-kupu
“mari bercinta,
di kursi panjang tepi tebing
di pangkuan Max Caulfield
biar gravitasi menyeret kita jatuh.”
ia membunuh ingatan dengan
jepretan kamera polaroid
atau dengan rewind
melewati deru hujan
Through The Cellar Door berputar
di lorong dan taman sekolah
berkali-kali
bersaing dengan bisik anak-anak
sampaikan salam
kepada teman yang berkhianat
dan yang hilang ditelan ingatan
karena itu, berhentilah bersedih
dan musibah yang mendekat
dipanggil oleh Mercusuar:
“tak ada waktu untuk memilih,
diam atau lakukan sesuatu sekarang.”
Kairo, 2025
Anjing-Anjing Beradab
berhenti berjalan di atas pasir yang tidak menerima jejak kaki
dan menggonggong kepada majikan yang tak pernah bertelinga.
di luar jendela, tangan-tangan menengadah kepada bumi
jari-jari panjang dan kering mereka mengeja angka.
buka kardigan, sambut hawa dingin
peluk sajak-sajak yang dilafalkan anjing-anjing.
pada hari minggu, bulan Januari, di tengah kerumunan palsu
dalam suara gesekan mobil-mobil beku.
air liur yang berubah jadi genangan kotor
memercikkan muka-muka
yang tak pernah mengecap gula
“Ambil semua Senin. Kemudian kalungkan
kepada orang-orang miskin itu. Satu-satu.”
Kairo, 2025
Laki-Laki yang Hanya Mengamati di Garis Akhir
-untuk Firdaus yang menderita
rumah sakit jiwa dan penjara
apa bedanya, tanyamu
jendela adalah kanvas kosong
yang tepiannya kau lukis garis hitam
hiduplah sampai kau mati, Putri
sembilan hari tiga jam sebelas menit tiga detik lagi
setiap waktu adalah gravitasi
yang selalu menarikmu jatuh; namun kau berkukuh berdiri
di panggung tali gantungmu
ceritakan padaku tentang jerami kering Muhammadain
germo yang kaubunuh
dan jari-jari panjang pamanmu
matahari adalah pupil
yang dilingkari cahaya putih
menguntit para pelacur
memanaskan Haram Avenue
sungai Nil, pepohonan dan langit
tak dapat berubah jadi putih
sebagaimana dingin pojok kamarmu yang paling dingin
atau ranjang berdecit pasangan itu
dan cermin mereka
memunculkan hidung besarmu
dan dagu dan dada dan perut
dan paha; mereka tempat pelesiran
tali gantungmu adalah pupil
yang dilingkari ingatan abu-abu
tak selesai, kah, sebuah akhir?
tubuhmu penuh dengan angka –
jumlah mata yang penasaran denganmu
saat kau mengambil pisau itu dari dada
dan menanamkannya pada tikus –germo itu
semudah udara yang masuk paru-paru
kau terus hidup, melewati mati.
Kairo, 2025
- Puisi Achmad Ibnu Ibad - 11 March 2025
Azkantara
Lelaki penuh misteri
Azkantara
Lelaki penuh misteri dengan suasana baru
Fauzi
baguss
fita
keren semua
Riska
Menceritakan seorang laki laki yang penuh misteri