Puisi Appero Christabel Ziwlis Tita

 

Jangkar dan Kuaci

 

Ia menyalibkan kelahirannya

Pada sebelah kanan

Ia menyalibkan kematiannya

Pada sebelah kiri

Salib hidupnya, ia biarkan menjadi pusat

 

Lidahnya pandai mengolah kata

Puisinya terdengar lebih harum

Menjadi andalan para penguasa

Menghanyutkan milik orang lain

 

Tentu saja,

Sebab pelaut memiliki kisah

Yang dibagikannya bersama jangkar

 

Tentu saja,

Sebab pekebun memiliki kisah

Yang dibagikannya bersama kuaci

 

Pada mulanya, mereka bertunas

Dari biji yang sama

 

Walau selimut kami tidak cukup lebar

Walau obat kami tidak cukup manjur

Ia berhasil

Membawa bunga matahari dan bunga lili

Dalam sampannya yang sederhana

Dari kayu salibnya

Ke penjelajahan samudra

Menemukan Atlantis

 

Rumah dengan Tangga

 

Kita bangun rumah dengan tangga

Namun tak berlantai dua

Aku mencari cara untuk merawat hidup

Kau mencari cara untuk bertahan hidup

 

Tetangga berbagi kucing

Terkadang bulunya, terkadang pupuknya

Kita saja nikmati daging ayam

Membaginya sedikit pada kucing tetangga

 

Dalam tidurku di tengah malam

Angsa-angsa kita bernyanyi riang

Ah, kau juga tak terjaga

Esoknya, kita pungut telur emas mereka

 

Kita bangun dari panggangan topan

Setelah buah terjun menimpa sampah

Setelah air laut menawarkan roti

Setelah balon mengisi tas punggung kura-kura

 

Kita bangun rumah dengan tangga

Berwarna kuning satu lantainya

Berwarna hijau satu dindingnya

Dan berwarna merah satu atapnya

 

Kita buat ruang pengawasan

Satu kamera, satu rumah

 

 

Sanctum

 

Aku dirajut dari benang kelabu

Dari wol kasar berserabut

Yang tidak dikorbankan kepompong ulat sutra

Dan masih saja kausebut aku

Beludru hasil tenunan para leluhur

 

Di atas helai-helaiku yang harum

Tercorak bunga-bunga higanbana

Yang bersanding bersama burung-burung dara

Dan sedikit pasir pantai berwarna kekuningan

 

Mataku mewarisi mata perang ayahku

Mataku mewarisi mata mesra ibuku

Yang pernah kaulihat

Adalah mata air sanubariku

 

Kau dan aku adalah satu

Bila kacamu hancur

Maka kacaku pecah-pecah

Bila kainmu koyak

Maka kainku robek-robek

 

Sebab terlahir dari kerang

Tak menjadikan Aphrodite

Perawan yang suci

 

 

Orang-orang Athena

 

Orang lama,

Lahir dari buku-buku mantra

Sedikit berdebu

Bersampul merah tebal

Yang dijual Sang Penyihir

 

Orang lama,

Senang hatinya memeluk patung Demeter

Bermain kupu-kupu bersama Artemis

Dalam galeri seni

Yang menjaga masa mudanya

 

Orang lama,

Nyaman bersandar pada kursi goyangnya

Sembari menatap lampu antik buatan neneknya

Dan permainan wayang garapan kakeknya

 

Orang baru,

Menyerukan kalimat-kalimat

Begitu lantang, bahkan dalam surat-suratnya

Dari negeri antah berantah

Dengan aksara yang asing bagi mata

 

Orang baru,

Hobi berlutut, katanya

Juga membaca syair-syair

Yang lebih sering dinyanyikan burung merpati

Daripada burung gagak

Dalam upacara adat

 

Orang baru,

Serigala penyendiri mencuri hatinya

Kosong, bukan?

Sekarang ia serigala

 

Ah, cerita anak muda ini datang lagi

Aku memilih Athena

 

 

Appero Christabel Ziwlis Tita
Latest posts by Appero Christabel Ziwlis Tita (see all)

Comments

  1. d4Lb0 Reply

    Gen Z,
    Anime dijadikan puisi

  2. Nabhan Rasya Reply

    keren banget

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!