
Jangkar dan Kuaci
Ia menyalibkan kelahirannya
Pada sebelah kanan
Ia menyalibkan kematiannya
Pada sebelah kiri
Salib hidupnya, ia biarkan menjadi pusat
Lidahnya pandai mengolah kata
Puisinya terdengar lebih harum
Menjadi andalan para penguasa
Menghanyutkan milik orang lain
Tentu saja,
Sebab pelaut memiliki kisah
Yang dibagikannya bersama jangkar
Tentu saja,
Sebab pekebun memiliki kisah
Yang dibagikannya bersama kuaci
Pada mulanya, mereka bertunas
Dari biji yang sama
Walau selimut kami tidak cukup lebar
Walau obat kami tidak cukup manjur
Ia berhasil
Membawa bunga matahari dan bunga lili
Dalam sampannya yang sederhana
Dari kayu salibnya
Ke penjelajahan samudra
Menemukan Atlantis
Rumah dengan Tangga
Kita bangun rumah dengan tangga
Namun tak berlantai dua
Aku mencari cara untuk merawat hidup
Kau mencari cara untuk bertahan hidup
Tetangga berbagi kucing
Terkadang bulunya, terkadang pupuknya
Kita saja nikmati daging ayam
Membaginya sedikit pada kucing tetangga
Dalam tidurku di tengah malam
Angsa-angsa kita bernyanyi riang
Ah, kau juga tak terjaga
Esoknya, kita pungut telur emas mereka
Kita bangun dari panggangan topan
Setelah buah terjun menimpa sampah
Setelah air laut menawarkan roti
Setelah balon mengisi tas punggung kura-kura
Kita bangun rumah dengan tangga
Berwarna kuning satu lantainya
Berwarna hijau satu dindingnya
Dan berwarna merah satu atapnya
Kita buat ruang pengawasan
Satu kamera, satu rumah
Sanctum
Aku dirajut dari benang kelabu
Dari wol kasar berserabut
Yang tidak dikorbankan kepompong ulat sutra
Dan masih saja kausebut aku
Beludru hasil tenunan para leluhur
Di atas helai-helaiku yang harum
Tercorak bunga-bunga higanbana
Yang bersanding bersama burung-burung dara
Dan sedikit pasir pantai berwarna kekuningan
Mataku mewarisi mata perang ayahku
Mataku mewarisi mata mesra ibuku
Yang pernah kaulihat
Adalah mata air sanubariku
Kau dan aku adalah satu
Bila kacamu hancur
Maka kacaku pecah-pecah
Bila kainmu koyak
Maka kainku robek-robek
Sebab terlahir dari kerang
Tak menjadikan Aphrodite
Perawan yang suci
Orang-orang Athena
Orang lama,
Lahir dari buku-buku mantra
Sedikit berdebu
Bersampul merah tebal
Yang dijual Sang Penyihir
Orang lama,
Senang hatinya memeluk patung Demeter
Bermain kupu-kupu bersama Artemis
Dalam galeri seni
Yang menjaga masa mudanya
Orang lama,
Nyaman bersandar pada kursi goyangnya
Sembari menatap lampu antik buatan neneknya
Dan permainan wayang garapan kakeknya
Orang baru,
Menyerukan kalimat-kalimat
Begitu lantang, bahkan dalam surat-suratnya
Dari negeri antah berantah
Dengan aksara yang asing bagi mata
Orang baru,
Hobi berlutut, katanya
Juga membaca syair-syair
Yang lebih sering dinyanyikan burung merpati
Daripada burung gagak
Dalam upacara adat
Orang baru,
Serigala penyendiri mencuri hatinya
Kosong, bukan?
Sekarang ia serigala
Ah, cerita anak muda ini datang lagi
Aku memilih Athena
- Puisi Appero Christabel Ziwlis Tita - 22 October 2024
d4Lb0
Gen Z,
Anime dijadikan puisi
Nabhan Rasya
keren banget