Puisi Beni Satria

Subjek yang Terhapus Sebelum Verba

 

Pada awalnya, bukan kata.
bukan pula subjek.
tapi kekosongan yang mencoba menyusun dirinya menjadi kalimat.

 

di sana, aku seharusnya muncul—
tapi sang penulis
menghapusku
dengan penghapus yang tidak percaya pada keberadaan.

 

setiap kali aku hendak disebut,
kalimat itu memilih metafora.
aku menjadi “bayangan,”
“penanda,”
“seorang yang entah.”

 

aku tidak pernah menjadi aku
dalam baris pertama.  
selalu ditunda,
ditimpakan ke baris berikutnya,
atau dibuang ke catatan kaki yang tak pernah dibaca.

 

di dunia bahasa,
aku bukan pelaku.
aku adalah selisih
antara yang ingin disebut dan
yang telanjur dibisukan.

 

dan verba—
verba selalu berjalan sendiri,
meninggalkan subjek di belakang seperti nama
yang tak diundang ke pesta makna.

 

2025

 

 

Kata yang Menolak Menjadi Kalimat

 

“Tidak ada yang menyimpang dari teks.”
—Jacques Derrida

 

Ada kata yang menolak dilahirkan.
Ia mengambang seperti fosil suara dalam liang kerongkongan metafisika.
Ia tahu: menjadi kalimat berarti tunduk—pada tata bahasa, pada urutan, pada

Tuhan-Tanda-Baca.

 

Maka ia melarikan diri ke dalam jejak (trace)—sisa yang tersisa dari makna yang

tidak pernah utuh.
Ia tidak hadir, tapi menunda hadirnya.
Différance: bukan perbedaan, bukan penundaan—tetapi keduanya sekaligus.
Kata itu menolak selesai.

 

Barthes menulis: “Kelahiran pembaca harus dibayar oleh kematian pengarang.”
Dan si kata pun membunuh pengarangnya—mencoret tangan, menggagalkan maksud.
Ia hanya ingin dibaca oleh pembaca yang gagal
—gagal memahami, gagal menjinakkan.

 

Kata itu tahu:
bahasa adalah reruntuhan yang masih dicat ulang.
Tiap kalimat adalah museum dari yang sudah mati.
Maka ia memilih hidup dalam jeda.
Dalam spasi.
Dalam kesalahan cetak yang tak disadari editor.

 

Ia berkata,
“Jangan ubah aku menjadi kalimat.”
“Kalimat adalah sarkofagus bagi segala kemungkinan.”

 

2025

 

 

 

Kata yang Menolak Menjadi Kalimat

 

ia tumbuh di tenggorokan mesin tik
dengan suara serak karbon.
tak punya ibu fonem,
tak punya rumah sintaksis.

 

dalam rapat rahasia para huruf,
ia keluar lebih dulu,
menyobek dirinya dari morfem,
menggantung diri di antara dua tanda koma.

 

seseorang ingin menulisnya.
pena disiapkan, kertas dibentang,
tapi kata itu mengeras jadi batu
dan melempar balik tangan si penulis.

 

“aku tidak mau menjadi kalimat,” katanya,
“karena kalimat adalah barisan tentara
yang berjalan menuju makna
tanpa bertanya mengapa.”

 

maka ia hidup dalam gugur:
di pinggir dialog yang batal,
di catatan kaki yang disensor,
di napas terakhir seorang penyair
yang lupa cara membaca dirinya sendiri.

 

dan saat kau mengeja dunia,
jangan lupa:
ada satu kata
yang menolak jadi pengertian.
ia tinggal di sana—
di jeda,
di gemetar,
di halaman yang tak pernah selesai diketik.

 

2025

 

 

Kata yang Menolak Menjadi Kalimat II

Aku adalah kata
yang tak punya asal.
tak lahir dari mulut,
tak tumbuh dari makna—
hanya jejak:
bekas suara yang tak pernah lengkap,
bekas niat yang tertinggal di margin.

 

Tubuhku
bukan fonem, bukan grafem,
melainkan bayangan dari sesuatu
yang belum pernah terjadi.

 

Aku menolak menjadi kalimat
karena kalimat adalah tirani linearitas.
Urutan.
Subjek.
Predikat.
Seolah dunia ini bisa dijelaskan
dengan titik dan kapital pertama.

 

Penulis memanggilku.
Tapi aku adalah pembangkang.
Aku tidak datang.
Aku adalah perbedaan
—penundaan, pelarian,
kesalahan dalam kamus yang tidak pernah dicetak.

 

Lalu datang pembaca,
membuka tubuhku seperti kitab tua,
mencium debu dari halaman yang tak sempat ditulis.
Mereka mencari makna.
Aku beri mereka gema.
Cacat.
Retak.
Dan kemungkinan.

 

Karena makna tidak hadir.
Ia hanya bermain petak umpet
dengan kata-kata
yang terlalu sombong untuk diam.

 

Aku adalah kata
yang lebih suka gugur
daripada selesai.
Lebih suka melawan
daripada menjelaskan.

 

2025

Beni Satria
Latest posts by Beni Satria (see all)

Comments

  1. rangga Reply

    so good

  2. rangga Reply

    improve

  3. feri Irawan Reply

    sebuah karya yang sangat baguss

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!