Puisi Nida’Ul Farihah

 

Sebelum Mati

 

Sebelum mati..

Aku ingin melihat daun maple yang berguguran di musim semi

Menikmati buah persik berbulu yang tidak tumbuh di tanah tropis

Pasti anginnya akan kencang

Semoga saja aku tak jatuh terbawa angin

 

Sebelum mati..

Aku ingin melihat jajaran pohon tinggal batang yang terselimuti salju

Merasakan gemerisik tapak kaki masuk ke hamparan es

Secangkir coklat hangat seharga berapa dollar

Lambung ini sudah tak merasakan dopamine yang cukup

 

Setidaknya sekali saja. Sebelum aku mati..

Aku ingin menghirup sari bunga matahari

Lalu menemukan

Dari manakah datang kuaci yang terpajang di toko kelontong

 

Tapi, mungkin setidaknya sebelum aku mati

Kaki, tangan, kepala dan badan ini harus beristirahat

Karena aku akan pergi ke Yamanashi

 

 

Yamanashi

 

Aku akan pergi ke Jepang

Tepatnya ke Yamanashi

Tempat di mana bunuh diri adalah hal yang lumrah

 

Oh, dia bunuh diri?

Pasti hidupnya kelam sekali sampai dia merapel usianya

 

Aku akan pergi ke Yamanashi

Aku akan ke sana

Menyalahkan segala daya upaya yang sudah tercurah hebat

Pada hidupku yang terus kelabu menuju kegelapan

Tak ada sumber cahaya apapun

 

Tapi, aku selalu bertanya

Bagaimana akhirnya nanti?

Apakah nanti aku naik pesawat kembali bersama rohku?

Atau berakhir menggantung di pohon Hutan Aokigahara

 

 

Hierarki

 

Aku tak perlu uluran tangan siapapun

Aku tak perlu tangga yang kokoh kuat seperti baja untuk naik

Cukup berikan aku sebuah titian

Nanti juga aku bisa loncat sendiri

 

Ya, begitu yang mereka pikirkan

 

Anak baik tak perlu perhatian lebih

Hanya anak nakal yang perlu tenaga ekstra

Tapi, apakah itu berarti juga kasih sayang?

Kurasa kita tahu bagaimana akhirnya

 

Anak rajin tak perlu ocehan untuk bergerak

Hanya anak pemalas yang perlu diteriaki

Tapi, apakah itu juga termasuk keluhan?

Anak rajin juga akan tetap menerima keluhan

Meskipun itu bukan miliknya

Tak ada yang sempurna

Baik anak maupun orang tua

 

Orang tua akan selalu menjadi tameng

Tak peduli siapa yang baik atau nakal

Lantas, kenapa aku memegang perisaiku sendiri?

 

 

Asap Rokok Bapak

 

Asap rokok bapak mengantar pagi buta

Mobil tua terpaksa bangun subuh seperti manusia

Kemarin merah lalu ganti abu-abu

Belum sempat napas ditarik, petang sudah berganti jadi kelabu

 

Gerbang tiang besi berkarat menjanjikan mimpi

Mobil tua merangkak dengan sejarah inap di bengkel

Asap rokok bapak bergerak memunduti

Berharap nanti sang putri bisa menggelar tikar di kebun nikel

 

Ternyata kelulusan bukan ujung jalan beraspal

Formulir demi dokumen tergopoh-gopoh mengusap peluh

Kegiatan pagi hari bersahutan riuh

Jerih payah orangtua mesti dibayar penuh

 

1 tahun

2 tahun

3 tahun

Waktu berjalan menahun

 

Putrinya menyerah sambil mendempul

Dia berkata ingin jadi penyair

Asap rokok bapak tetap mengepul

Mobil tua mengeluh akinya kemasukan air

Nida’Ul Farihah
Latest posts by Nida’Ul Farihah (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!