mata kekasih
matamu, kekasih
adalah mata yang telah kubaca dan kumasuki bertahun lamanya
gerenek air dan cahayanya telah sangat kumengerti
maka, pakailah mataku juga,
untuk menjadi matamu
agar dunia yang luas ini dapat kita lihat bersama.
tidak memerlukan kata-kata
aku tidak akan mengatakan bahwa cintaku
terus bertambah kepadamu
tetapi, aku pasti mencintaimu
dengan debar yang kurawat
seperti bunga telang
menjalar di pekarangan
sarinya telah kuminum
mengalir pelan ke rahimku
tahun-tahun di kebun kita tak selalu rimbun bunga
pohon-pohon lama berbuah
badai langkisau dan limbubu mengempas-empaskan atap
tetapi, aku mengikatkan cintaku terus dengan segala tali
yang ada di dalam diriku
aku juga tidak akan bertanya, apa kau mencintaiku
seperti waktu yang sudah-sudah
selagi tanganmu masih menyelamatkanku dari celaka
selagi matamu mengawasi gerikku
selagi kau memarahiku dengan cemburu
aku tidak memerlukan kata-kata
2019
lelaki yang pandai menjahit
benang yang dulu kaupakai
untuk menjahit luka jantungku
kini sudah menyatu dengan daging
tusukan demi tusukan
tarian benang
lecitan darah
tak kuingat lagi irama ngilunya
2014-2018
mengantarmu berlayar
: yuniza
setelah meletakkan tanganmu ke genggaman
nahkoda
jemarimu dipenuhi cahaya
sauh lepas
ombak yang biasa kulihat di matamu
menjauh perlahan
laut bergemuruh lunak
sesuatu yang cair di dalam diriku
mengalir ke sana
menguntit kapalmu yang hendak berlayar
jika badai menerjang
dan kau tak berkabar
aku pasti mengetahuinya
berlayarlah hingga tua
hingga kapalmu menjadi surga
2019
teh bunga telang
lubang toples menganga
bunga telang kering mekar dalam cangkir pagi
terseduh rindu
dekat jendela
aroma melintasi dapur ke ruang makan
menuju kamar dalam dada
umpama pusaran biru air mukamu
mengaduk kenangan dengan riang
2019
anai-anai prawirotaman
aku ingin berlari dan menari di sepanjang jalan
prawirotaman
menjauh dari batu-batu yang mengurung
dari genteng yang memisahkanku dengan langit malam
dari dapur yang membakar masa muda
menjadi anai-anai
berburu cahaya di kafe-kafe
tergelincir di rambut basah
perempuan-perempuan blonde
berenang ke dalam gelegak kopi malam
aku ingin terus berlari dan tak pulang-pulang
tetapi, kakiku dikebat kenyataan
bahwa perempuan yang lari
akan membuat rumahnya sekarat
dongkelan, 2019
titik puisi
suatu saat aku akan berhenti
bukan pada tanda koma
tapi di sebuah titik
sebelum kuhabiskan usiaku
untuk menyelesaikan puisi ini.
2014-2018
rumpun tebu di bibirmu
:zw
air mata hujan, jatuh dekat jendela
aku dengar denyarnya serupa gelegak cemburu
deru tajam yang menyerbu atap rumah
kabut tenung membubung dari cerobong rindu
memasuki paru
mendesak, berbaris, dan berimpitan
barangkali, kematian sedang bersiap-siap
membawakan tandu biru untuk menjemput
ruhku
yang setengahnya akan kautanam
sebaris dengan rumpun tebu di bibirmu
2019
- Puisi-Puisi Fitra Yanti; Mata Kekasih - 3 September 2019