Puisi-Puisi Julaiha S; Teras Rumah, Pohon-Pohon Telah Besar

avifahve

Lakon Kopi

 

pahit kita, nasib peracik masa

hujan hijau biji-biji dan pucuk

hendak panen di masa

 

tangan-tangan pemetik

yang diracik dari anak-anak

terbiasa berkebun,

menanam upah keinginan

 

derita kita lakon pekat

tertuang dalam ceruk

sangrai aku, aroma bagi waktu

di meja kelam tubuhmu

mengendap berhari-hari

ampas yang hanyut di dasar gelasmu.
air menggelegak melepaskan anak panasnya
selaksa ngarai panjang tanpa batas

 

sebab perasaan kita berbuah nasib

yang tak lepas dari ribuan kara-kara manis

meneguk kopi tak lepas dari

lakon sepanjang hari

 

Medan, 2018

 

 

 

Teras Rumah, Pohon-Pohon Telah Besar

 

tak ada lupa pada mata layar

yang membaca gelombang laut

terbata-bata angin mengeret kapal

agar pulang segera menuju akar

 

sepi ini bagian dari gemelut

hubungan waktu dan denyut kerinduan

 

pohon-pohon telah besar

setelah masa kini lebih wangi

dengan tanah di jari-jari

menjelma keriput wajah

seperti ikan-ikan yang melompat

mencari cahaya

 

rupa yang asing

menyelinap di rupa langit

wajahku

teras rumah

 

Medan, 2018

 

 

Menjaga Rumah, Pandangan Kita

 

/1/

potret matamu, mulai luntur bahagia

babak demi babak menghilangkan bayang

adakah riwayat menakar kening kita

dari asap kesibukan dan huru-hara gelisah

 

masa silam, detik tak selesai menjaganya

 

Bapak ibu tak lagi melagukan nada sama

pagi hanya menyisakan malam tanpa ramuan

penyembuh luka yang ranum di hati

 

Bapak ibu taat pada pengobatan

tak mampu dihela usia

sedang kaki kecilmu, masih ramai kota

 

/2/

di antara esok dan kini
pelukan dari tepi pintu,

kucuran angin dari daun jendela

menjelma kau

bapak ibu menunggu selayar kabar

 

kau bentuk rona kebisingan

yang memberatkan kaki-kaki pulang pada sangkar

 

rumah telah melabuhkan benderang sepi

pulang pergi, pagi petang

berangsur cepat menjadi abad-abad yang mulia

setelah sia kini mengakar

pulang, menjadi pelabuhan bayi-bayi mati

 

Medan, 2018

 

 

Matamu, Adakah Jalan Pulang

 

kau sendiri mengukur jarak

sepanjang hari,

bilik air hanya mengairi tikus-tikus mati

selokan tumpat

dan sampah-sampah yang selalu

meributkan kenangan

 

setelah kisah sewa rumah yang tak habis-habis

kiriman rutin menjadi dialog masa kini

yang mengisi kehampaan

 

adakah jalan pulang sebersih kau pergi

atau kau masih memanggul tulang bapak

di sepanjang usia

 

Medan, 2018

Julaiha S.
Latest posts by Julaiha S. (see all)

Comments

  1. Anonymous Reply

    mantull kak

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!