
PEREMPUAN PANCALI
Seorang Pancali akan digagahi
Selendangnya merah kirmizi
Di belakangnya kesatria-kesatria-
suami-suaminya
Tepekur
kalah judi adu catur
Seorang Pancali bakal ternoda
Yudhistira menjualnya
Lima kesatria tak bisa apa-apa
Drupadi, Puan Pancali
Diam-diam berdoa agar
langit runtuh di kepala Dursasana, Duryodhana dan
Pandawa lima
Perempuan Pancali, rambutnya alangkah panjang
Selendangnya membungkus garang
Untuk kesatria-kesatria durja
Sebaris doa di bibirnya: seribu kutuk dan mantra!
KESATRIA – KESATRIA DRUPADI
Ah ya, Kesatria-kesatriaku
Baratayuda telah sampai di mataku
Gurun-gurun lengang
Aroma cadas dan ganggang
Duh Kakek Bisma,
Dengan janji apa kuikat diriku
Pada lima kesatria
Busung dada pada regang nyawa
Dan bau darah Dursasana
Bima! Bima! Remukkan paha Duryodhana
Yang telah lancang memintaku dipangkunya
Sungguh, tak kan kalian lihat rambutku bergelung lagi
Bila bukan dengan darahnya kucuci
Oh Duh, Kesatria-kesatriaku
Baratayuda melebarkan lengannya memelukku
dan di jantungku ia menggaruki paku-paku
LABA-LABA BETINA
Lantaran tak percaya asmara,
Seorang pemuda merobek kertas
bertuliskan janji seorang dara:
berjalan di sampingnya
Seorang pemuda merobek hati dara
Hati dara, hati dara
Hati dara betina hitam dan berbulu renda
dan seperti laba-laba betina
Seorang dara mengunyah kertas janjinya
Sebelum menelan jantung si pemuda
di dalam jaringnya
INGATAN
Pemuda yang bersandar di dinding
Ujung rokoknya bara
Saga
Dia jadikan tanya sebagai sapa
Kelak, untuk gadisnya
Pemuda yang lain, duduk di rumput malam-malam
Mengundang embun
Tatapnya, pohon rimbun
Kopi dingin
Puntung dingin
Dia jadikan sapa sebagai tanya
Kelak, untuk gadisnya
Lalu gadis itu,
Rambutnya tergerai, matanya ngarai
Bisu ia,
Hatinya terpateri di dinding
Lantas menjalar bersama rumput
dipatuk angsa-angsa: dua pemuda
Dua lelaki muda,
Kehilangan daya,
Di hari itu juga
kehilangan
gadis yang sama.
Lombok, 2020-2021
- Puisi-Puisi Julia F. Gerhani Arungan - 20 September 2022
Iche maria
Senang sekali membacanya kebetulan saya pencinta cerita Baratayudha tentang kelicikan Duryudana dan para kurawa lainnya
Terima kasih,
Salam
Ary Juliyant
Puisi karya Julia memang begitu soulful bagi saya. Salut !. Tetap ditunggu tulisan tulisan lainnya