Puisi Titan Sadewo

 

undangan

 

sudah kuhidangkan semuanya:

lambung yang busuk,

nanah paling kental

& jari-jari tangan (maaf, masih ada kukunya).

 

datanglah, 23.45, sewaktu langit segelap dendam

pintu tak dikunci, tapi ketuklah seangka ganjil,

supaya aku tahu itu kau.

 

jangan takut, aku hanya mengundang makan malam

& tak ada apa pun setelahnya.

 

sudah kuhidangkan kesukaanmu:

lambung yang busuk,

nanah paling kental

& “aku ingin lehermu, maaf, pisau ini tumpul…”

 

hampir semua & semaunya.

 

2024

 

 

 

beberapa

 

sejelek apa kau malam itu?

lebih jelek dari ikan abisal.

 

wajahku seperti anjing penuh kurap

nanahku masih menetes

tidak berhenti.

 

luka yang tak pernah kucerita padamu

jangan tampung atau jilat nanah itu,

walau aku tahu itu favoritmu.

 

tapi kau ikan abisal

tinggal di kedalaman tubuhku.

 

tinggal di beberapa prasangkamu.

 

2024

 

 

 

mimpi

 

kehilangan mengajarkan tentang pentingnya:

anjing bernanah di bawah ranjang,

tangan terblender sewaktu senja

& mereka yang sarapan bom serta darah saudara.

 

aku terbangun tepat ketika ibu memblender jus untuk adik (padahal adik tak suka).

sepasang mataku terbuka & mengingat sesuatu:

ada yang datang tadi malam, seorang perempuan berbadan rusa

& mengucapkan:

 

“aku ibu untukmu, di masa depan…”

 

lalu terdengar teriakan adik yang tak ingin minum jus buatan ibu.

 

kehilangan mengajarkan tentang indahnya hal-hal yang tak keburu diucapkan.

 

2024

 

 

daily life in rafah

 

mungkinkah kalian minum kencing sendiri

ketika bosan meneguk jus darah.

adakah doa dari bahasa yang tak kami kenali

tapi manjur hingga ke Sana.

bagaimanakah kalian membuang PTSD

ketika para psikiater juga sama deritanya.

 

mungkinkah kami menjalani apa yang kalian pijaki

(tak pakai apa-apa & bukan berduri, tapi beranjau)

dengan sneakers buatan ‘mereka’.

 

malukah kami ketika semua mata tertuju pada kalian

sedangkan jangankan buta, mata saja kami tak punya.

 

2024

Titan Sadewo
Latest posts by Titan Sadewo (see all)

Comments

  1. christiaan Reply

    Buku puisinya,.. kenapa buku puisinya? Ahahaha.

  2. Nirdawat Anusapati Reply

    Puisi-Puisi Titan, seperti biasa, masih merangkum segala yang nyeri dan ngeri, dan kengerian ini bagi saya masihlah sebatas bermain-main belaka, belum sampai mengguncangkan jagat kesadaran pembaca

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!