Puisi Zaskia Putri Hafshah

 

Instalasi Bapak, Sobek

 

Mempelai terapung

Derap berkabung

Pelupuk menjadi relung

 

Mabuk

Tebakan

Wewangian

Kepayang

 

Alang-alang?

Calang?

Galangan?

Dalang?

 

Potret tua, jebakan tertua, oper

Ditemukan pada koper kuno, oper

Direkatkan pada roh penasaran, oper

Dihayatkan pada halaman seratus lima puluh dua, oper

 

Sekonyong-konyong mereka

Ketipak-ketipak berburu

Dibuang sebab ada yang cemburu

 

 

 

 

Titawaai

 

Kepulangan sebuah palung terakhir

Aku tidak pernah pulang

Pulas tanpa ulasan kepurbaan

 

Selama waktu merobek alam

Menjajal mantra burung-burung keunguan

Terbanglah

Tenggelamlah

 

Kepala-kepala itu bergelinding

Paruh-paruh itu meraba kaki anak-anak mereka

Kepakan-kepakan itu seperti abu yang disulut sekali pandang

 

Opera lonceng-lonceng pesisir

Opera pusara dari negeri air berjalan

Pelupuk kendur

Aku tidak pernah tidur

 

 

 

Rasid

 

Kunjungan kampung badani

Menampung suratan

 

Senandung Ambu

Baki beralaskan sehelai tisu dibagi dua

Mengisap keringat darah setiap anak merebah

 

Kursi goyang bekas kembali hidup

Menyapu kolam, priyayi tak kunjung datang

 

Pada roda yang melamun

Datuk ranum mengangkat titisan jiwa

Mempersembah kepada yang tertulis

Diberi makan kepompong

Bermain tumpak kaki

 

Bedongan Ambu

Pelataran berbenah

Dicabut kebas kerongkongan itu

 

Badai datang, Rasid menghilang

 

 

 

Deru I

 

Siapkah kau menjadi apa saja yang berbudi, yang di udara, yang diberi arus, yang berkaki, yang dikuliti, yang berdenyut cahaya. Yang hening semerbak kematian, yang paling dalam dari terselubung, dan yang tidak bagimu sebuah pertanyaan dan jawaban?

 

Mengapa hanya dalam ruang bermega mekar teratai yang alim, merah, dan apakah ada marah bersahaja kukecup? Oleh api yang setidaknya suci?

 

Ya, Govinda

 

Zaskia Putri Hafshah
Latest posts by Zaskia Putri Hafshah (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!