Instalasi Bapak, Sobek
Mempelai terapung
Derap berkabung
Pelupuk menjadi relung
Mabuk
Tebakan
Wewangian
Kepayang
Alang-alang?
Calang?
Galangan?
Dalang?
Potret tua, jebakan tertua, oper
Ditemukan pada koper kuno, oper
Direkatkan pada roh penasaran, oper
Dihayatkan pada halaman seratus lima puluh dua, oper
Sekonyong-konyong mereka
Ketipak-ketipak berburu
Dibuang sebab ada yang cemburu
Titawaai
Kepulangan sebuah palung terakhir
Aku tidak pernah pulang
Pulas tanpa ulasan kepurbaan
Selama waktu merobek alam
Menjajal mantra burung-burung keunguan
Terbanglah
Tenggelamlah
Kepala-kepala itu bergelinding
Paruh-paruh itu meraba kaki anak-anak mereka
Kepakan-kepakan itu seperti abu yang disulut sekali pandang
Opera lonceng-lonceng pesisir
Opera pusara dari negeri air berjalan
Pelupuk kendur
Aku tidak pernah tidur
Rasid
Kunjungan kampung badani
Menampung suratan
Senandung Ambu
Baki beralaskan sehelai tisu dibagi dua
Mengisap keringat darah setiap anak merebah
Kursi goyang bekas kembali hidup
Menyapu kolam, priyayi tak kunjung datang
Pada roda yang melamun
Datuk ranum mengangkat titisan jiwa
Mempersembah kepada yang tertulis
Diberi makan kepompong
Bermain tumpak kaki
Bedongan Ambu
Pelataran berbenah
Dicabut kebas kerongkongan itu
Badai datang, Rasid menghilang
Deru I
Siapkah kau menjadi apa saja yang berbudi, yang di udara, yang diberi arus, yang berkaki, yang dikuliti, yang berdenyut cahaya. Yang hening semerbak kematian, yang paling dalam dari terselubung, dan yang tidak bagimu sebuah pertanyaan dan jawaban?
Mengapa hanya dalam ruang bermega mekar teratai yang alim, merah, dan apakah ada marah bersahaja kukecup? Oleh api yang setidaknya suci?
Ya, Govinda
- Puisi Zaskia Putri Hafshah - 10 September 2024