Sigmund Freud Versus Kekolotan Profesi Dokter dan Adidaya Cenayang

Sumber gambar: reelgood.com

 

Sigismund Schlomo Freud, atau lebih dikenal Sigmund Freud, pada awal abad ke-19 namanya ditahbiskan sebagai salah satu orang berpengaruh dalam pengembangan bidang kajian ilmiah psikologi modern. Ia dikenal sebagai pendiri aliran psikoanalisis yang menyatakan keterusterangannya dalam memandang sisi gelap pada manusia. Melalui serial Freud besutan Marvin Kren yang rilis pada bulan Maret 2020 di Netflix Original, kita akan diperkenalkan narasi perlawanan Freud terhadap kekolotan profesi dokter dan adidaya cenayang pada masa itu, sekaligus diperlihatkan metode konkret atas sebagian sedikit dari bangunan teori psikoanalisis yang disampaikan dengan memukau.

Marvin Kren dengan dibantu Benjamin Hessler dan Stefan Brunner dalam kepenulisan skripnya, telah mampu meruntuhkan stigma Freud yang dikenal sebagai tukang membual—sebab terlalu banyak mengonsumsi kokain itu—menjadi Freud yang cerdas, penuh siasat, dan pemberani. Film yang dikonsepkan membedah sedikitnya satu grand theory psikoanalisis menjadi satu episode, juga membantu kita mengetahui sejauh mana Freud melakukan kajian mendalam sepanjang perjalanannya membangun kerangka alirannya itu sendiri.

Serial delapan episode ini berkisah tentang Freud muda yang bekerja di bawah naungan Profesor Meynert di sebuah rumah sakit jiwa. Kasus pertamanya berkaitan dengan Fleur Salome, seorang cenayang di keluarga besar Szapary. Perlu kita tahu, keluarga Szapary dikenal karena kemampuan mistiknya.

Pada suatu waktu, Freud diajak oleh Ely Bernays, calon iparnya, ke sebuah pesta keluarga Szapary. Menjelang malam, pesta tersebut dihentikan dan pihak tuan rumah menawarkan kepada tamunya untuk menjadi relawan dalam sebuah ritual. Ya, ritual pemanggilan arwah. Pada masa itu, ritual cenayang dianggap praktik mewah yang tidak semua orang mampu melakukannya. Perklenikan dianggap sebagai kekuatan yang jauh melampaui kemampuan manusia.

Freud yang turut menjadi relawan, melihat Fleur mengalami trans (kesurupan) dan mendapatkan informasi rumpang. Bermula dari kejadian ini, Freud melakukan kajian penuh risiko. Ia berupaya memperjelas bahwa praktik semacam itu bukanlah semata pengetahuan yang tak bisa dijangkau oleh manusia. Praktik itu pasti dapat bisa dirasionalisasikan, pikirnya.

Freud sejak awal diperlihatkan sebagai seseorang yang terobsesi dengan kekuatan hipnosis diri. Bersama Fleur, ia mencoba menggunakan metode yang sama untuk menggali informasi lebih lengkap lagi ketika Fleur mengalami kesurupan. Saat itu, Fleur mendapatkan informasi dalam keadaan tidak sadar penuh, bahwa Clara, gadis kecil yang juga turut hadir dalam prosesi pemanggilan arwah tempo lalu, menguntit seseorang menuju lorong Jembatan Wina.

Dengan bantuan hipnosis Freud, informasi tersebut menjadi lebih lengkap. Informasi yang menyatakan kejadian buruk sedang menimpa Clara. Informasi tersebut bukanlah pengalaman gelap yang dimiliki Fleur, namun informasi yang datang entah dari mana asalnya hingga pada akhirnya, Freud memahami bahwa Fleur mengalami disosiasi kepribadian.

Clara ditemukan. Dan memang benar, ia berada di sebuah ruang di kolong Jembatan Wina dengan keadaan terikat serta kehilangan jari kakinya. Clara dibawa ke rumah sakit dan tak bergerak sama sekali. Ia masih hidup dan matanya masih terbuka. Freud mengatakan kepada Profesor Meynert bahwa Clara tidak mengalami patofisiologis yang membuatnya seperti lumpuh, namun keadaan Clara adalah persoalan gangguan mental. Jiwanya sakit sebab trauma.

Ironis ketika seluruh pernyataan Freud tentang keadaan Clara, dibantah mentah-mentah. Profesor Meynert merupakan dokter senior yang kolot terhadap kajian pembaharu. Ia mengatakan bahwa tidak setiap gejala patofisiologis butuh penanganan obat-obatan, sebab satu-satunya yang bisa menyentuh terkadang justru terapi pikiran. Tentu kita ingat, Freud sedang dan masih tergila-gila untuk mengembangkan teorinya tentang hipnosis diri.

Perjalanan Freud sungguh terjal untuk membawa kajian terapi psikologi ini berada di atas kepercayaan kebanyakan masyarakat dan otoritas. Mereka lebih suka menyebut untuk hal-hal yang tak terlihat adalah mistis, dan menyebut hal-hal yang bersifat patofisiologis sebagai urusan medis. Mereka tak menganggap satu hal yang patologis dan sekaligus tak terlihat, yaitu psikologis.

Orang pertama yang meyakini metode hipnosis Freud ini berhasil tidak lain adalah Fleur, disusul oleh Inspektur Kiss yang telah ditolongnya karena mengalami gejala psikosomatik yang disebabkan trauma di masa lalu. Bersama dua orang tersebut, Freud mengungkap tujuan buruk keluarga Szapary yang menginginkan kekacauan di dalam Kerajaan Austria melalui praktik cenayang dengan memengaruhi banyak orang.

Menuju babak akhir pengetahuan Freud tentang pengalamannya menghadapi kekolotan profesi dokter dan adidaya cenayang, ia mendapatkan insight bahwa yang dilakukan keluarga Szapary kepada orang-orang di ritualnya hanyalah memanfaatkan hasrat gelap di dalam diri manusia untuk dilepaskan. Freud mengemukakan bahwa setiap manusia memiliki hasrat gelap yang disebut Thanatos (insting destruktif) sebagai upaya dendam terhadap norma-norma yang membatasi ego manusia. Melalui sugesti pasca-hipnosis, yaitu menanamkan sugesti saat berada dalam kondisi hipnosis, dapat membuat manusia memegang teguh sugesti tersebut seteguh ia melindungi egonya sendiri.

Freud benar-benar di ambang kekalahan saat melawan otoritas kekaisaran, sejumlah koleganya, gurunya, sekaligus kebanyakan orang awam. Namun kedisiplinan belajar serta konsitensinya dalam membawa perubahan besar tak pernah padam. Perlahan, ia membuktikan kepada orang-orang yang sempat menentangnya, bahwa kekuatan hipnosis dan terapi pikiran tak lagi bisa diremehkan. Pikiran adalah satu-satunya pilot bagi perilaku manusia.

Tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Marvin Kren, dkk., serial Freud hanya akan menjadi seonggok dokumentasi belaka bila tak dilanjutkan. Masih terlalu banyak yang belum digali tentang Freud, apalagi season satu baru menceritakan masa muda Freud. Usai menikah dengan Martha, penemuan-penemuan “gila” antara lain seperti Oedipus Complex dan Teori Mimpi agaknya juga menarik apabila diangkat menjadi salah satu bagian dari kisah Freud. Kelak, para Freudian di masa mendatang dapat belajar teori sekaligus sejarah tentang siapa itu Sigismund Schlomo Freud.

Dan terakhir, saya tidak mau melewatkan kutipan kalimat Freud, yang secara pribadi saya menyukainya. Antaranya adalah sebagai berikut: Setiap manusia, di kedalaman dirinya, terdapat hewan yang bisa dilepaskan. Dan ketika hewan itu lepas, ia akan susah untuk dikurung kembali.

Aku adalah rumah. Kesadaranku adalah cahaya yang berpendar di dalamnya. Lilin yang tertiup angin ke sana kemari. Di dalamnya terdapat banyak kegelapan, di kolong meja, dipan, kursi, dan di bawah tangga. Mereka utuh dan menetap di sana. Tak pernah kurang, tak pernah lebih.

Kukuh S. Aji

Comments

  1. Sayono Reply

    Kutipan kalimat Freud sebagai closing, sepertinya tidak asing dengan analogi Al Ghazali ketika berbicara akal, nafsu, ruh dan kalbu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!