
Tidak begitu jauh dari tempat Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili, ada seseorang yang tidak saja miskin, tapi dia juga seorang yang faqir. Pekerjaan orang itu adalah menjahit baju. Jika baju-baju itu sudah selesai dijahit, maka dia membuka jahitan-jahitan itu. Setelah dilihat oleh Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili, beliau berkata: “Ini adalah sesembahanmu.”
Maksudnya adalah bahwa menjahit dan membuka jahitan itu merupakan sandaran baginya, bukan sesuatu yang lain. Juga bukan merupakan sesuatu yang disandarkan kepada Allah Ta’ala. Seandainya penghasilan itu disandarkan kepada hadiratNya, bukan kepada pekerjaan itu, tentu hasilnya akan lain.
Bukankah di dunia ini banyak yang mesti disandarkan kepada Allah Ta’ala? Banyak sekali dari pekerjaan yang demikian. Dan yang memberikan pekerjaan itu kepada setiap orang tak lain adalah hadiratNya, sama sekali bukanlah orang, walaupun kelihatannya secara lahiriah adalah orang.
Yang tidak disaksikan oleh banyak orang adalah bahwa Allah Ta’ala itu berlindung di balik segala sesuatu. Tidak ada apa pun yang terjadi di dunia ini selain segala sesuatu yang dikehendakiNya. Persis. Jadi, setiap saat kita bisa menyaksikan realitas kehendak Allah Ta’ala, bukan sesuatu yang lain.
Syaikh Abu Sa’id bin Abi al-Khair pernah menyatakan bahwa ada seseorang yang datang kepada beliau yang meminta berbagai macam karamah. Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili mengatakan bahwa bukankah ini semua adalah karamah? Bukankah aku adalah anak dari Syaikh al-Qashshab al-Amili?
Bapakku tidak mengajariku apa pun selain menguliti binatang yang sudah disembelih. Selain itu mutlak tidak ada. Tapi kemudian aku pergi ke Baghdad, ke Syaikh Abu Bakar asy-Syibli. Dari Baghdad aku pergi ke Mekkah. Dari Mekkah aku pergi ke Madinah. Dari Madinah aku pergi ke al-Quds.
Di al-Quds itu, aku melihat Nabi Khidhir. Dia meilhamkan sesuatu kepada saya. Aku menerimanya dengan senang hati. Bahkan aku bersahabat dengan dia dengan baik. Kemudian dia mengembalikanku ke sini dengan waktu yang betul-betul cepat, jauh lebih cepat ketimbang biasanya.
Para ulama kemudian datang kepadaku dengan membawa berbagai macam persoalan. Sedangkan orang-orang fasik, orang-orang yang banyak berdosa, mereka bertobat kepada Allah Ta’ala. Mereka keluar dari kegelapan menuju cahaya, dan mereka memberikan berbagai hadiah kepadaku.
Dari puncak alam semesta, para pecinta Ilahi, orang-orang yang jatuh cinta kepada hadiratNya, orang-orang yang berkehendak kepada wajah Allah Ta’ala, mereka yang akan sampai kepada Allah Ta’ala dari dirinya, adakah karamah yang lebih tinggi dari hal ini? Tidak ada karamah yang lebih tinggi dari hal itu.
Kedekatannya kepada Allah Ta’ala sangat berguna bagi orang-orang lain, bagi orang-orang di sekitarnya. Beliau berpegang kepada sabda Nabi Muhammad Saw bahwa orang yang terbaik adalah orang yang paling berguna bagi kehidupan sesama, bukan orang lain. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Ahmad bin Nashr - 16 May 2025
- SYAIKH ABU AL-‘ABBAS AL-AMILI #4 - 2 May 2025
- Syaikh Abu al-‘Abbas al-Amili #3 - 25 April 2025