Beliau adalah al-Qasim bin al-Qasim bin Mahdi. Berasal dari Merv, Alexandria, dan merupakan guru rohani bagi penduduk di situ. Beliau adalah salah satu murid dari Syaikh Abu Bakar al-Wasithi. Beliau adalah seorang sufi yang menyelami dunia hakikat, seorang ahli fikih, sekaligus seorang ahli hadis. Beliau wafat pada tahun 342 Hijriah.
Beliau mewarisi harta kekayaan yang berlimpah dari ayahnya. Kekayaan itu sama sekali tidak disia-siakan di jalan nafsu dan berbagai kesenangan yang muspra dan kosong makna sebagaimana yang telah dilakukan oleh banyak pewaris kekayaan di dunia ini. Dengan seluruh kekayaan itu, beliau membeli dua helai rambut Nabi Muhammad Saw, sebuah “jimat” yang sangat bermakna secara spiritual di dalam hidup beliau.
Dengan barokah hadirat-Nya melalui dua helai rambut Kanjeng Rasulullah Saw itu, beliau mendapatkan anugerah agung yang berupa pertaubatan yang hakiki terhadap Allah Ta’ala. Pertaubatan yang tidak saja formal secara lisan, tapi lebih dari itu menyelusup ke jantung kesadaran rohani beliau yang terdalam.
Tidak tanggung-tanggung, melalui pintu sakral pertaubatan itu, beliau dianugerahi keterhubungan secara spiritual dengan salah seorang sufi agung, Syaikh Abu Bakar al-Wasithi, seorang alim dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah yang sangat cemerlang di antara kaum sufi yang hidup di abad keempat Hijriah.
Tentang pencapaian puncak rohani yang digapai oleh Syaikh Abu Bakar al-Wasithi itu, sampai-sampai Syaikh ‘Abdurrahman as-Sullami menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di zamannya yang berbicara tentang berbagai tema tasawuf secemerlang beliau. Beliau betul-betul menyelami dengan sempurna baik ilmu lahir maupun ilmu batin.
Keterhubungan yang akrab secara spiritual dengan orang suci tidak lain merupakan sebuah karunia rohani yang nilainya tentu sangat besar. Bagaimana mungkin tidak, lewat keterhubungan yang spesifik itu seseorang bisa terangkat derajatnya menjadi sangat tinggi, mengikuti derajat rohani orang suci yang mempengaruhinya.
Lewat keterhubungan spiritual yang istimewa dengan Syaikh Abu Bakar al-Wasithi itu, Syaikh Abu al-‘Abbas as-Sayyari benar-benar mencapai puncak kesempurnaan secara rohani sehingga beliau menjadi imam bagi segolongan kaum sufi: sebuah “ketertularan” yang sedemikian sempurna dalam dunia spiritualitas.
Di puncak spiritualitas itu, beliau menyelami dunia ketauhidan yang paling brilian. Yaitu, tidak terlintas apa atau siapa pun yang selain hadirat-Nya di dalam hati dan benak beliau. Bukan lantaran apa atau siapa yang disebut sebagai yang selain Allah Ta’ala itu telah dianggap tidak penting, tapi bagi beliau sudah dipandang tidak ada.
Menjelang waktu kewafatannya, beliau berpesan kepada murid-muridnya agar meletakkan dua helai rambut Nabi Muhammad Saw yang telah dibelinya di mulut beliau saat akan dikuburkan: sebuah pesan yang sangat sakral yang tentu saja dipatuhi oleh murid-murid beliau.
Kuburan beliau ada di Merv, Alexandria. Banyak orang yang berziarah ke kuburan beliau untuk memohon berbagai keperluan kepada hadirat-Nya melalui perantara beliau. Dan terbukti bahwa doa-doa mereka terkabul. Tentu semata karena kemurahan Allah Ta’ala, bukan ketergantungan kepada makhluk-Nya. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Abu ‘Abdillah at-Turughbadzi - 13 September 2024
- Mayyirah an-Nisaburi - 6 September 2024
- Syaikh ‘Ali Bin Hasan al-Kirmani - 30 August 2024