Syaikh Abu al-Hasan al-Hamadzani

Beliau adalah ‘Ali bin ‘Abdillah bin al-Hasan bin Jahdham al-Hamadzani. Beliau memiliki potensi rohani yang sangat agung. Beliau adalah salah seorang murid dari Syaikh al-Kaukabi dan Ja’far al-Khuldi. Belajar apa kepada mereka berdua? Belajar jalan keilahian, jalan ketuhanan yang steril berbagai macam pamrih.

Di dalam Kitab “Tarikh al-Yafi’ie” disebutkan bahwa beliau wafat pada tahun 414 Hijriah. Umat Islam kehilangan orang yang sangat berpengaruh dan berjasa di dalam kehidupan. Seorang yang ahli di bidang keilahian telah berjumpa menemui Tuhannya melalui pintu kematian.

Beliau dikenal dengan sufi Tanah Haram Mekkah yang terkenal dengan salah satu kitabnya, “Bahjah al-Asrar”, yang di dalamnya mengulas kondisi-kondisi para sufi, kedudukan-kedudukan mereka secara rohani, serta berbagai hikayat tentang mereka. Semua itu diungkapkan dengan sangat menarik.

Syaikh Abu Isma’il ‘Abdullah al-Anshari al-Harawi yang dikenal dengan sebutan Syaikh al-Islam mengatakan bahwa dia mengetahui orang-orang yang berziarah kepada Syaikh Abu al-Hasan bin Jahdham al-Hamadzani di Mekkah dan mereka tidak melaksanakan ibadah haji semata karena keagungan Syaikh Abu al-Hasan bin Jahdham al-Hamadzani tersebut.

Mereka mengatakan: “Aku datang ke Mekkah semata untuk berziarah kepada Syaikh Abu al-Hasan bin Jahdham al-Hamadzani.” Untuk mendapatkan kemanfaatan dan keberkahan beliau, bukan untuk mendapatkan apa pun yang lain. Sehingga berziarah lebih diutamakan ketimbang naik haji.

Karena menurut para sufi, berziarah kepada orang yang lebih tinggi derajat rohaninya merupakan sesuatu yang wajib bagi mereka, bahkan lebih wajib ketimbang melaksanakan ibadah haji. Kenapa? Karena berziarah kepada orang yang lebih tinggi akan menjadikan mereka juga mengalami pendakian secara rohani.

Tentu yang dimaksud dengan ibadah haji itu bukan merupakan pelaksanaan rukun Islam yang kelima, tapi merupakan ibadah haji yang sunnah untuk dikerjakan. Kalau belum pernah melaksanakan ibadah haji, tentu ibadah haji itu yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu, bukan ziarah kepada para sufi.

Menurut Syaikh al-Islam, ziarah kepada para sufi, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, itu tak lain merupakan suatu keharusan. Dan berkhidmat kepada mereka juga merupakan suatu keharusan. Kenapa? Dengan mengabdi kepada mereka, orang-orang itu akan menerima luberan manfaat dan berkah yang banyak sekali sesuai dengan kesungguhan mereka.

Berziarah kepada Nabi Muhammad Saw yang merupakan puncak dari kaum sufi adalah suatu kewajiban. Bagaimana mungkin tidak, beliau adalah aqrobul wasail ilaLlah, paling dekatnya perantara kepada hadiratNya. Mendekat kepada Nabi Muhammad Saw adalah sama dengan mendekat kepada Allah Ta’ala.

Sebaliknya, berpaling dari Nabi Muhammad Saw adalah sama dengan berpaling dari hadiratNya. Dalam hal ini, syahadat itu betul-betul ada dua, bersyahadat kepada Allah Ta’ala dan bersyahadat kepada Nabi Muhammad Saw. Tidak boleh bersyahadat itu hanya kepada Allah Ta’ala. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!