Syaikh Abubakar ath-Thamastani

Beliau berasal dari Persia. Salah seorang murid dari Syaikh Abubakar asy-Syibli dan Syaikh Ibrahim ad-Dabbagh asy-Syirazi. Beliau termasuk seorang sufi yang agung, memiliki berbagai macam keunggulan di bidang ayat-ayat Qur’an dan kehebatan karomah.

Beliau merupakan satu-satunya seorang sufi yang sedemikian hebat di zamannya. Syaikh Abubakar asy-Syibli sangat mengagungkannya. Bahkan di berbagai majelis, beliau malah mendahulukan sang sufi ketimbang dirinya sendiri. Sang sufi bersahabat dengan para sufi Persia dan mereka mengagungkannya.

Beliau senantiasa mengalami mabuk rohani yang menjadikannya memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa. Melebihi kecerdasan para sufi yang lain. Cinta sering kali menguasainya, bukan malah beliau yang dengan berkacak pinggang sanggup menguasai cinta. Betapa dahsyatnya.

Di dalam berbagai macam ungkapannya, beliau memiliki sandi atau kode rahasia yang sangat tinggi sehingga tidak ada seorang pun yang mempunyai kesanggupan untuk mendengarkan dan memahami kata-katanya. Para sufi yang lain waktu itu melihat bahwa kebenaran akan pergi ke Nisapur dengan perginya sang sufi ke sana.

Beliau pun akhirnya sampai di Nisapur. Dan di sana, di tahun 340, beliau betul-betul meninggalkan dunia yang begitu fana ini, beliau meninggalkan kehidupan yang sering kali gaduh dan ribet, memasuki alam kesunyian yang paling hakiki dan bestari. Sebuah kehidupan yang mutlak merdeka dari segala sorak-sorai dan tepuk tangan yang membahana.

Syaikh Abubakar ath-Thamastani, seorang sufi yang betul-betul penuh penghayatan, pernah pada suatu waktu mengatakan bahwa tidak adalah kehidupan itu kecuali di dalam kematian. Sebuah ungkapan yang tidak saja mengandung kedalaman makna tekstual, tapi juga arti filosofis yang sangat panjang.

Artinya adalah bahwa tidak adalah kehidupan hati itu kecuali di dalam kematian nafsu ammarah. Atau sebagaimana ungkapan Syaikh Abu Isma’il ‘Abdullah al-Anshari al-Harawi bahwa seseorang tidak bisa dikatakan hidup secara hakiki kecuali dia telah mengalami mati nafsu ammarahnya.

Dan sungguh dapat dipastikan bahwa mengalahkan nafsu ammarah itu sama sekali tidaklah mudah. Ada banyak sekali jurus nafsu ammarah yang sangat tidak mudah untuk kita tekuk. Suatu kali mungkin roh kita mengalami kemenangan di dalam bertempur dengan nafsu ammarah, tapi di waktu yang lain kita mesti mengakui kekalahan itu.

Rangkaian hidup ini tidak lain adalah kalah dan menangnya nafsu ammarah itu sendiri. Kalau kita sanggup mendeteksi secara detail, roh dan nafsu ammarah adalah “keabadian” peperangan yang tidak bertepi. Begitu sunyi. Tidak ada bunyi kelewang dan pedang. Tidak ada mayat bersimbah darah. Yang ada hanyalah kekalahan yang nyata dan kemenangan yang membahana.

Seandainya kita masih merasakan ada dengan berbagai macam karunia yang kita nikmati di dalam kehidupan ini, betapa masih sangat tidak mudah untuk bisa mengalahkan nafsu ammarah. Hanya ketika kita berpasrah diri kepada Allah Ta’ala dan Dia bersedia mem-backup kita dengan sempurna, maka kita akan selamat dari taring dan cengkeramannya. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!