
Beliau adalah sebagaimana judul di atas, tidak lebih dan tidak kurang. Saya tidak menemukan referensi yang lain yang menyebutkan tentang beliau. Satu-satunya kitab yang menyebut nama beliau di dalamnya adalah Kitab Nafahat al-Unsi min Hadharat al-Qudsi karya Mulla ‘Abdurrahman al-Jami, seorang sufi dari Persia Barat Laut.
Menurut Syaikh Abu Isma’il ‘Abdullah al-Anshari al-Harawi yang terkenal dengan sebutan Syaikh al-Islam, bapaknya pernah mengatakan bahwa Syaikh Amirjah Bayya’ al-Fikhar tidak pernah membunuh binatang apa pun. Bahkan beliau melihat kalajengking, cukup mengambilnya dan melemparkannya di sumur.
Menurut Syaikh al-Islam, bapak beliau juga demikian, bapak beliau termasuk wali abdal yang tidak pernah membunuh binatang apa pun. Bapak beliau termasuk seorang wali yang memperlihatkan banyak sekali karamah, yaitu kejadian luar biasa yang biasa terjadi pada para wali.
Pada waktu yang senggang, pernah seseorang melihat malaikat. Orang itu lalu bertanya kepada Syaikh Amirjah Bayya’ al-Fikhar: “Apa yang dikerjakan seseorang hingga dia bisa menyaksikan malaikat?” Yang ditanya itu menjawab: “Dia tidak boleh menyakiti hewan-hewan.”
Maka, dia tidak pernah membunuh hewan-hewan hingga menyaksikan malaikat. Pada suatu hari, dia digigit oleh seekor semut. Lalu, dia bunuh semut itu. Setelah kejadian itu, dia tidak pernah lagi menyaksikan malaikat. Tidak pernah. Padahal setelah itu, ingin sekali dia menyaksikan malaikat.
Pada suatu hari, Syaikh Amirjah Bayya’ al-Fikhar berada di tokonya. Di sisi beliau, ada seorang laki-laki yang sedang duduk. Lalu, datang seorang perempuan tua dan memberitahukan: “Wahai pembohong, fulan bin fulan telah meninggal, tidakkah engkau akan datang untuk menyolatinya?”
Terus perempuan itu lalu pergi. Laki-laki yang duduk di dekat Syaikh Amirjah Bayya’ al-Fikhar lalu masuk ke dalam toko. Di dalam, dia tidak menyaksikan beliau. Setelah beberapa lama, Syaikh Amirjah Bayya’ al-Fikhar keluar dari tokonya. Laki-laki yang semula duduk di dekat beliau, lalu bertanya:
“Di mana kau? Tadi aku masuk ke dalam tokomu, kau tidak ada.” Beliau berkata bahwa beliau ada di dalam. Beliau bertanya pada laki-laki itu: “Kau melihat perempuan yang berkata bahwa fulan bin fulan telah wafat?” Beliau yang wafat itu berada di Yaman. Dan Syaikh Amirjah Bayya’ al-Fikhar telah datang ke sana untuk menyolatinya.
Bayangkan, orang menyangka beliau masuk ke dalam tokonya. Padahal beliau telah mendatangi seorang temannya yang telah wafat di Yaman. Bahkan beliau menyolatinya. Bagaimana mungkin seseorang bisa menempuh jarak yang jauh dalam hitungan waktu yang sangat sebentar?
Bisa sekali. Bukankah seseorang yang akrab dengan Allah Ta’ala, akrab sekali, bisa melakukan tajassud? Yakni, menjadikan pikirannya, di mana pun di dunia ini, menjelma sebagai jasadnya yang nyata. Tentu saja perbuatan tajassud itu adalah Allah Ta’ala Pelakunya, bukan sesuatu yang lain. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Abu Sa’id bin Abi Al-Khair #10 - 7 November 2025
- Syaikh Abu Sa’id bin Abi Al-Khair #9 - 31 October 2025
- Syaikh Abu Sa’id bin Abi Al-Khair #8 - 24 October 2025

