Syaikh Jahm ar-Raqi

Beliau adalah seorang sufi mutakhir. Beliau termasuk seorang sufi yang fakir yang sangat jujur dengan kefakirannya. Beliau terkenal dengan kegemarannya yang sangat kuat terhadap sema, sebuah musik rohani yang cukup dikenal di dalam dunia tasawuf. Beliau sering kali terhuyung-huyung di tengah sema.

Beliau termasuk seorang sufi yang sangat beruntung. Betapa tidak, beliau menghembuskan napasnya yang terakhir di antara dua sujud, di saat beliau sedang shalat, di saat beliau menghadapkan dirinya kepada Tuhan semesta alam. Sebuah kematian yang sangat indah dan diharapkan banyak orang.

Tentang reputasi spiritual beliau, Syaikh al-Islam menuturkan kisah berikut ini. Pada suatu hari, Syaikh Jahm ar-Raqi berada di dalam sebuah kamar mandi. Beliau keluar dari kamar mandi. Beliau kemudian bilang kepada semua orang lain yang sedang berada di dalam kamar mandi itu:

“Kepada semua saudaraku yang ada di dalam kamar mandi, tolong semuanya segera keluar, segera keluar.” Mereka kemudian semuanya berhamburan keluar. Setelah semuanya berada di luar kamar mandi, kemudian “bruk”, kamar mandi itu lalu roboh. Orang-orang itu pada heran, terkejut dengan kejadian tersebut.

Pelajaran apa saja yang bisa kita ambil dari kisah tersebut? Pertama, betapa pentingnya kita berada di dekat kekasih Allah Ta’ala. Dengan berada di dekatnya, kita bisa menghindar dari berbagai macam bencana yang kemungkinan akan menimpa diri kita seandainya kita tidak dekat dengan beliau.

Kedua, dekat dengan keberuntungan. Seorang kekasih Allah Ta’ala tidak lain adalah pembawa keberuntungan apa pun wujudnya. Dekat dengan beliau, berarti kita mesti mempersiapkan diri untuk menerima keberuntungan. Tentu yang dimaksud dekat di sini tidak saja secara fisik, tapi lebih dari itu pastilah secara rohani.

Dalam konteks pelajaran spiritual, kedekatan secara fisik tidaklah begitu menguntungkan. Karena kesiapan manusia itu sesungguhnya terletak pada kegagahan hati dan rohaninya. Bukan pada tampang dan performance lahiriahnya. Maka, siapa pun yang gagah hati dan rohaninya, dialah orang yang telah siap untuk beruntung.

Ketiga, dekat kepada Allah Ta’ala. Seorang yang menjadi kekasih hadiratNya tidak mungkin mengajak siapa saja kepada apa pun yang lain, apalagi yang sama sekali tidak menguntungkan bagi dirinya secara hakiki. Yang menjadi tujuan sang kekasih itu, baik untuk tujuan pribadi maupun untuk tujuan orang lain, pastilah Dia semata, bukan segala sesuatu yang lain.

Di dalam kehidupan yang hanya sejenak ini, sungguh betapa penting kita berdekatan dengan kekasih Allah Ta’ala. Kedekatan kita secara spiritual dengannya adalah kedekatan kita dengan hadiratNya. Sungguh. Camkan itu baik-baik. Di dalam hidup ini kita bisa mendapatkan apa saja dan di mana saja.

Akan tetapi kalau kita tidak mendapatkan hadiratNya, sebenarnya kita berarti tidak mendapatkan apa saja, sama sekali. Dunia ini penuh dengan tipu daya. Jangan tertipu olehnya. Tembuslah dunia ini dengan pandangan yang tajam sampai kita menjadi sadar bahwa lahiriah dunia ini tidak lain adalah pelajaran yang sangat berharga. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!