Syaikh Abu al-Husin Bin Sam’un

Beliau adalah Muhammad bin Ahmad bin Isma’il Abu al-Husin bin Sam’un. Beliau dikenal sebagai seorang sufi yang sangat pakar di bidang hikmah. Beliau termasuk di antara sufi-sufi di Baghdad. Pembicaraan beliau tentang hikmah sedemikian memukau. Beliau senantiasa memberikan mau’izhah hasanah kepada umatnya.

Seorang khadim dari Syaikh Abubakar asy-Syibli, Syaikh Abubakar al-Ashfihani, menyatakan bahwa pada hari Jum’at dia berada di Masjid Jamik, duduk di dekat tuannya. Pada waktu itu, Syaikh Abu al-Husin bin Sam’un masih kecil. Di kepalanya, ada kopiah yang sepertinya terlalu berat untuk disunggi.

Beliau lewat di sebelah kami. Beliau tidak mengucap salam pada kami. Syaikh Abubakar asy-Syibli menatap punggungnya dari belakang. Beliau lantas berkata, seakan membaca sesuatu di hari depan beliau: “Wahai Abubakar, coba kau lihat ya, apa yang telah dititipkan oleh Allah Ta’ala untuk masa depan anak itu.”

Di kemudian hari, ternyata betul apa yang telah dibaca oleh Syaikh Abubakar asy-Syibli tentang masa depan anak itu. Sebagai seorang sufi, Syaikh Abu al-Husin bin Sam’un betul-betul piawai di bidang hikmah. Berbicara tentang hikmah, sungguh beliau tidak ada tandingannya di zaman itu.

Ketika mengisi pengajian tentang hikmah di majelisnya, ada seseorang yang duduk di dekat mimbar. Dia tertidur di situ. Syaikh Abu al-Husin bin Sam’un lalu diam. Berhenti dulu dari pengajiannya sampai orang yang tertidur itu bangun. Lalu, beliau berkata kepada orang yang tertidur tersebut.

“Kau bermimpi Nabi Muhammad Saw?” tanya beliau kepada orang yang tertidur tadi. “Iya,” jawab orang itu. “Itulah sebabnya kenapa aku tadi diam. Tidak lain agar engkau tak terganggu dengan mimpimu tadi.” Dan tahukah kita bahwa bermimpi Nabi Muhammad Saw itu merupakan karunia agung dari hadiratNya?

Mengetahui bahwa seseorang yang tidur sedang bermimpi ini atau itu sungguh merupakan tingkatan kasyaf yang sangat tinggi. Diberikan oleh Allah Ta’ala kepada orang yang hatinya memang bersih dari berbagai macam prasangka yang buruk dan segala penyakit hati yang lain. Apa pun hal itu.

Tidak hanya pandai berkata-kata, Syaikh Abu al-Husin bin Sam’un betul-betul membuktikan semua yang dikatakannya itu. Dengan konkret beliau pernah mengatakan bahwa setiap ungkapan yang kering dari dzikir adalah kesia-siaan. Setiap diam yang kosong dari renungan adalah kelalaian. Dan setiap pandangan yang jauh dari pelajaran adalah omong kosong belaka.

Kondisi rohani beliau senantiasa baik di hadapan Allah Ta’ala, senantiasa tangguh. Tidak berubah hanya karena sesuatu yang dipakai. Tidak berubah pula hanya karena sesuatu yang dimakan. Pakaian dan makanan justru semakin meneguhkan kekuatan rohani beliau. Sama sekali bukan sebaliknya.

Beliau wafat pada tahun 387 Hijriah. Setelah beliau wafat, oleh orang-orang beliau dikubur di rumahnya. Setelah tiga puluh tujuh tahun, mereka ingin memindahkan badannya ke pekuburan umum. Ternyata kain kafannya masih utuh, masih baru, seperti belum pernah dipakai oleh siapa pun. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!