Beliau adalah Jamaluddin Muhammad Bakalinjar. Seorang syaikh yang fokus pandangannya kepada Allah Ta’ala. Beliau adalah seorang sufi yang perhatiannya begitu cemerlang kepada hadiratNya. Ketika beliau berbicara menyampaikan sesuatu kepada orang-orang, terasa bahwa sesuatu itu begitu indah dan benar.
Beliau memiliki sejumlah mujahadah yang ditekuni di dalam hidupnya, juga mempunyai berbagai macam khalwat yang dijalani sepanjang kehidupannya. Beliau juga memiliki sejumlah wirid yang banyak sekali. Menekuni sejumlah peribadatan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Berbagai macam ungkapan rohani yang dimiliki oleh beliau tersebar luas di masyarakat, dikenal oleh banyak orang, digemari oleh orang-orang tua dan anak-anak muda. Beliau juga mempunyai sejumlah isyarat yang menunjukkan bahwa beliau sangat penyayang kepada orang-orang lain.
Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani pernah menyatakan bahwa di zaman Syaikh Jamaluddin Bakalinjar sedang tenar-tenarnya beliau masih kecil. Syaikh Jamaluddin bersahabat dengan bapaknya Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani, yakni Syaikh Dhiyauddin Mas’ud. Waktu itu, kenang Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani, aku senantiasa berdzikir pada Allah tanpa putus.
Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani memiliki suara yang bagus dan indah. Pada sebagian waktunya, di tengah-tengah berdzikir, beliau membaca syair dengan suara yang sangat indah itu, sedangkan Syaikh Jamaluddin Bakalinjar mendengarkan suaranya yang merdu dan indah itu.
Syaikh Jamaluddin Bakalinjar senang sekali dengan suara merdunya itu. Waktu beliau menjadi jembar, sangat jembar. Sementara Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani lupa bahwa suaranya itu sedang dinikmati oleh Syaikh Jamaluddin Bakalinjar. Seketika Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani diam, dan ketika yang lain beliau fokus berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Pada suatu hari Syaikh Jamaluddin Bakalinjar datang di di sisi Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani. Beliau berkata: “Wahai Syaikh Abdullah, kenapa kau kerjakan hal itu? Di tengah-tengah dzikir, engkau membaca sesuatu dengan suara yang bagus. Aku bertawajjuh pada suaramu. Kemudian engkau diam.
Menjadikanku seperti hewan yang disembelih. Setelah ini, jangan kau kerjakan lagi hal itu. Belilah hati-hati mereka yang mencintaimu karena mereka telah membeli suaramu yang indah itu. Demikianlah bapakku telah menyuruhku, dan telah kuterima perkataan beliau itu.”
“Sembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu ajal,” menurut Syaikh Jamaluddin Bakalinjar berkontinyulah mengabdi kepada hadiratNya hingga engkau didatangi oleh ajal. Dan keyakinan itu tidak lain adalah menyaksikan realitas Yang Qadim. Hal itu tidak lain adalah Allah Ta’ala.
Beliau wafat pada tahun 750 Hijriah lebih sedikit. Kuburannya berada di Syiraz, Iran. Dengan wafatnya itu, berarti beliau telah menziarahi Yang Qadim yang tidak didahului oleh ketiadaan. Semoga kita mendapatkan manfaat dan barokah dari beliau, juga untuk orang-orang terdekat kita. Amin ya Mujibassailin. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Abu al-Hasan al-Hamadzani - 13 December 2024
- Syaikh Abu al-Husin as-Sirwani ash-Shaghir #3 - 6 December 2024
- Syaikh Abu al-Husin as-Sirwani ash-Shaghir #2 - 29 November 2024