Syaikh Khalawi an-Nisaburi

Beliau adalah Ahmad Khalawi an-Nisaburi. Beliau berasal-usul dari Sarkhas dan wafat juga di sana. Beliau memiliki banyak sekali karamah, kejadian luar biasa yang terjadi pada para wali, pada kekasih-kekasih Allah Ta’ala. Di dalam dunia kesufian, beliau terkenal dengan kewaliannya yang sangat nyata.

Beliau memiliki seorang murid yang bernama Syaikh Muhammad bin Hasan. Yang sangat aneh adalah beliau memberikan semua harta yang dimiliki kepada gurunya, Syaikh Khalawi an-Nisaburi. Tanpa dia berpikir bahwa besok dan lusa apa yang akan dia makan dan keluarganya.

Sama seperti sahabat Nabi Muhammad Saw, Abubakar as-Shiddiq, menjelang Perang Hunain, yang memberikan semua harta yang dimilikinya kepada kemajuan Islam, kecuali yang dipakai. Ketika Rasulullah Saw bertanya kepada beliau tentang istrinya dan orang-orang yang ditanggungnya, beliau menyerahkan kepada Allah dan RasulNya.

Betul-betul merupakan kepasrahan yang luar biasa kepada takdir Allah Ta’ala, kepasrahan yang tidak dimiliki oleh para sahabat yang lain di waktu itu, kepasrahan yang betul-betul pungkasan kepada hadiratNya. Tidak ada lagi kepasrahan yang ada di atasnya, itu adalah kepasrahan yang paling puncak di hadapanNya.

Perbedaannya adalah terletak pada kepasrahannya kepada siapa? Dalam konteks keterhubungannya dengan Abubakar ash-Shiddiq adalah kepasrahan beliau kepada Allah Ta’ala lewat pintu Rasulullah Saw, sementara dalam kepasrahan Syaikh Muhammad bin Hasan adalah kepasrahannya kepada hadiratNya lewat pintu gurunya.

Yaitu, Syaikh Ahmad Khalawi an-Nisaburi, seorang sufi yang merupakan waliyullah, kekasih Allah Ta’ala yang senantiasa fokus kepada hadiratNya, tidak kepada apa pun yang lain. Apa atau siapa pun yang lain yang masuk dalam kategori mumkinat al-wujud, seluruh isi bumi dan isi langit, beliau hitung sebagai tidak ada.

Syaikh Khalawi an-Nisaburi bilang kepada Muhammad bin Hasan, santrinya sendiri bahwa apa yang Allah Ta’ala tuangkan ke dalam dadanya sebagai sesuatu yang baru, akan aku tuangkan pula di dadamu sebagai sesuatu yang baru pula. Beliau tidak lebih hanya sebagai sarana, tidak lebih dan tidak kurang.

Syaikh al-Islam memberikan tafsir terhadap hal tersebut dengan mengatakan bahwa orang yang mengalami dimensi keilahian, yang mendapatkan sesuatu yang baru di dadanya, akan dituangkan pula hal tersebut di dada-dada para santrinya sebagai sesuatu yang baru.

Beliau adalah sarana yang paling transparan antara dirinya dengan muridnya. Apa yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada dirinya, diberikan pula oleh beliau kepada santrinya. Sepanjang santri itu bisa menerimanya, semua yang diterima oleh guru rohani itu, Syaikh Khalawi an-Nisaburi, diberikan kepada santrinya.

Dengan demikian, beliau betul-betul mengamalkan ilmunya secara hakiki. Dengan demikian pula, Allah Ta’ala sungguh memberikan ilmu yang baru kepada beliau, ilmu yang tidak akan terputus-putus diberikan kepada beliau, ilmu yang senantiasa baru. Semoga kita mendapatkan barokahnya. Amin. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!