
Beliau adalah Abu al-Husin Salibah bin Ibrahim. Beliau adalah sufinya sufi yang ada di Syiraz, Iran. Beliau adalah orang agung, satu-satunya sufi yang paling cemerlang di zamannya. Tidak ada sufi lain yang setara dengan beliau di masanya. Beliau adalah guru rohani bagi Syaikh Abu al-‘Abbas al-Harawi.
Khaniqah beliau, tempat persinggahan para sufi, paling banyak disinggahi para sufi dari berbagai wilayah. Beliau termasuk sahabat Syaikh Abu Muslim an-Nasawi. Di Syiraz, Iran, beliau juga punya khaniqah yang disinggahi oleh banyak sufi. Selama tiga puluh tahun, beliau berkhidmat kepada para fakir-miskin.
Selama beliau berkhidmat kepada mereka, beliau memberikan makanan dan minuman pada mereka. Beliau juga tidak lupa memberikan pakaian kepada mereka. Kasih sayang beliau yang sangat besar tumpah kepada mereka. Kebanyakan ulama di sana melewati hidup mereka di khaniqah beliau.
Beliau wafat pada tahun empat ratus tujuh puluh tiga Hijriah. Dunia menangis, dunia berduka dengan kematian beliau. Betul sekali sebuah ungkapan bahwa kematian seorang yang alim adalah kematian alam. Artinya adalah bahwa kematian seseorang yang alim adalah duka cita bagi alam raya.
Menjelang wafatnya, beliau masih memerintahkan khadimnya, ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman, ke pasar. Dia diperintahkan untuk membeli kafan dan keperluan janazah lainnya. Dia membeli kain kafan sebanyak dua biji. Juga membeli keperluan janazah lainnya dua juga. Untuk keperluan siapa?
Setelah dia pulang dari pasar, Syaikh Salibah bin Ibrahim telah wafat, telah kembali kepada rahmat Allah Ta’ala dengan sangat tenang. Khadimnya itu memeluk tuannya dengan khusuk sekali. Seolah-olah dia mau ikut ke alam barzakh, ingin terus mengabdi kepada beliau walaupun di sana.
Ketika memeluk gurunya, khadim itu menyebut “Allah” begitu dalam. Selesai menyebut Allah, khadim itu wafat juga. Dua sufi wafat pada waktu yang bersamaan. Begitu indah, begitu mesra secara rohani. Dua burung Ilahi telah pindah ke alam barzakh. Meninggalkan tangis dan duka cita di hati masyarakatnya.
Mereka berdua dikubur bersebelahan. Sebagaimana mereka akrab ketika masih di dunia, mereka pun di alam kubur begitu akrab. Sebagaimana hubungan mereka di dunia antara tuan dan khadim, di alam kubur mereka pun insyaallah tetap begitu. Betapa mesra secara spiritual hubungan mereka berdua.
Kata Syaikh Salibah bin Ibrahim pada suatu hari bahwa patuh pada perintah seorang guru jauh lebih utama ketimbang mengikuti hawa nafsunya sendiri. Kenapa? Karena persahabatan dengan selain Allah tapi semata karena Allah, itu jauh lebih bagus ketimbang persahabatan karena diri kita sendiri.
Betapa senang mereka yang bisa menikmati patuh di dunia ini kepada Allah Ta’ala. Hidup di dunia ini, bagi mereka, serasa dihembus oleh angin surgawi. Damai. Tentram. Betapa bahagia mereka. Kebahagiaan mereka dirasa secara lahir batin. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Abu Nashr as-Sarraj - 14 March 2025
- Syaikh Bab al-Farghani - 7 March 2025
- Syaikh Abu Hamid al-Muhib - 28 February 2025