Mayyirah an-Nisaburi

Beliau termasuk sufi agung dari kelompok Mulamatiyyah, sebuah kelompok yang tidak memperlihatkan diri kepada manusia bahwa mereka adalah sebuah kelompok yang pantas untuk senantiasa disanjung. Kenapa demikian? Karena mereka memperlihatkan diri sebagai orang-orang yang berbuat jahat.

Bahkan orang seperti Syaikh ‘Abdirrahim al-Istakhri, dari kelompok Mulamatiyyah juga, memperlihatkan kepada khalayak bahwa pakaian beliau adalah pakaian orang yang jahat. Tidak saja perilaku yang menunjukkan sebagai orang yang jahat, bahkan termasuk pakaiannya juga.

Beliau pergi ke Nisabur untuk berziarah atau untuk keperluan yang lain. Entahlah. Beliau bersama dengan seorang khadim. Beliau disambut oleh sebuah penerimaan yang agung, juga oleh murid-murid yang sangat banyak. Betapa sangat menakjubkan bagi beliau adanya penyambutan dan murid yang sangat banyak itu.

Hati beliau semakin bertambah sibuk. Setelah beliau pulang, beliau pulang dengan orang yang sangat banyak. Beliau bertanya pada khadimnya: siapa mereka itu? Khadimnya menjawab bahwa mereka semua menghendakimu dan bermaksud untuk berkhidmat kepadamu.

Beliau diam seribu bahasa, tidak berkata-kata apa pun. Hingga beliau dan khadimnya itu sampai ke dataran yang tinggi. Beliau menatap ke sekelilingnya. Angin di waktu itu bertiup kencang. Hingga merobek sarungnya. Di waktu itu beliau kencing hingga membuat najis baju-baju banyak orang-orang.

Mereka berkata: “Batapa baiknya dia” dengan bahasa sindiran. Semua orang yang ada di situ mengingkari beliau, tidak ada yang percaya kepada beliau. Bahkan, khadimnya sekali pun, berjalan di belakangnya sambil mengingkari dan marah kepada beliau. Betapa rasa marah dan jengkel serasa mencapai puncaknya.

Mereka berdua terus berjalan dengan rasa marah dan jengkel pada diri seorang khadim. Mereka berdua terus berjalan hingga keduanya sampai di sebuah sumber mata air. Syaikh Mayyirah an-Nisaburi masuk ke dalam air itu bersama dengan bajunya yang ditambal dan pakaiannya. Semuanya.

Beliau mencuci pakaian-pakaian itu, juga mencuci badannya hingga bersih. Beliau kemudian menghadapkan diri ke khadimnya dan berkata: “Tidak pantas engkau marah dan merasa jengkel terhadap perbuatanku. Karena bencana yang sangat besar dan fitnah yang sangat agung telah kutolak dengan kencingku itu.”

Bagi mereka yang bajunya najis karena kencingnya itu, boleh jadi Syaikh Mayyirah an-Nisaburi dan khadimnya itu sama sekali tidak berguna apa-apa, bahkan cendrung mudharat. Tapi kalau kita menggunakan mata batin, boleh jadi apa yang dikatakannya itu benar bahwa fitnah yang sangat besar dan bencana yang sangat agung telah ditolak dengan kencingnya itu.

Dunia sekarang sangat membutuhkan orang yang seperti itu. Orang yang sepenuhnya memandang segala sesuatu dengan mata batin. Dengan pandangan mata batin itu, orang terlebih dahulu akan sampai kepada Allah Ta’ala sebelum sampai pada segala sesuatu yang dilihatnya. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!