TAK PERNAH KULIHAT KAU SESEPI ITU
kau membuatku bertanya-tanya
seberapa jauh kau datang sampai tak pulang
kuputar ulang ingatan saat kau merangkul
mata sayu yang beradu dengan peperangan masa lalu
saat kau mengelus rambutku
air matamu tumpah dari batas pandang
yang kupikir terlampau luas
perkiraanku selalu, kau tak mampu sesepi itu
kata-kata liar dan ungkapan panjang
tentang kampung yang sobek beratus halaman
ternak kurus dan ladang tandus
ingin kupecahkan sepi paling berani
tapi mungkin segala sesuatu yang pecah
bisa terluka lebih mudah
Oh, kesepian kita masing-masing
siapa lebih luka tak bisa diduga
Yogyakarta, September 2019
MERINGKUS INGATAN
Angin dingin kini tiba
Musim hujan lewat dengan isyarat
Aku ingin kata-kata yang kuyup itu
Tetap mengucur dari tubuh kurusmu
Jangan bimbang jika kemarau perlahan
Meranggas ke halaman, pada tanaman
Karena hati kita, pandangan kita, juga
Kecintaan kita pada gaib kata-kata
Ialah asal-muasal pertolongan
Atas hidup yang ganas dan cemas
Aku yakin bahwa
Kau harus jadi segala keberanian
Sekaligus ketakutan sepanjang tahun
Bisa saja esok tidak akan pernah ada
Kalender hancur tanpa meninggalkan tanggal
Ingatan berhenti diciptakan
Hingga kosong rongga dada dan hati kita
Adapun rumah ialah perjalanan panjang
Tanpa dinding dan ranjang
Hanya ada selimut cuaca
Dan tekad bahwa waktu
Mampu memotong
Setiap detak gairah dalam alir darah
Karena kaki kita tak lagi mampu
Memangkas jarak demi jarak
Yogyakarta, Agustus 2019
MEMILIH KESEDIHAN
Memilih kesedihan sebagai inang
Berarti memberi waktu bagi bahagia
Bertemu nasib yang terlanjur buruk
Pada masa kanak-kanak yang hilang
Ketakutan akan menjadi tua
Dan riuh penolakan dari hidup
Kita tidak bisa terus mendua
Dan pura-pura
Biar hati kita
Hidmat pada satu
Sedih yang liat dan hangat
O, kebahagiaan yang sulit dibentuk
Tapi mudah sekali remuk
Lagu-lagu sedih gemelepar
Dalam ketakutan yang lapar
Yogyakarta, Agustus 2019
MERANGKUM TUBUH
Ia jejalkan sekoper ingatan yang rontok
Getah puisi diperasnya dari kedua puting payudara
Ia menuduhku diam-diam sembunyikan kata-kata
dalam rimba hutan yang mudah luruh
Kau jadikan aku rahasia
Dapur siasat segala luka duka tampak erat
Seolah ketika berhadapan kita tak punya rupa
Yang kau terawang tidak mungkin bisa hilang
Saban hari kau telanjangi kulit keraguanku
Kancing baju kulepas satu demi satu
Hingga terlihat tubuhku marak cahaya
Kini kurangkum lagi, ibunda
Satu-satunya dunia yang kugenggam
Kini mematahkan sayap-sayapnya
Yogyakarta, Agustus 2019
MENGURAI RINDU
Ambu
Ambu
Ambu
setelah namamu kubaca ulang
nampak jalan setapak
di balik gerbang penuh semak
aroma rambutmu
terbelit pada udara yang kuhirup
senyum, marah, dan senandung
melengkung menyusuri punggung gunung
kini kangenku menggema
menabrak tebing semakin nyaring
sambil terus berjalan
kulihat dirimu di mana-mana
tubuh pepohonan
bunga liar
dan alir air
aku tentu tidak keberatan
terus menemuimu
saat cuaca cerah
atau amuk badai
penuh amarah
Ambu,
namamu itu
kebahagiaan hidup dan seisi dunia
ketakutan kematian akan kehilangan
Yogyakarta, Agustus 2019
MEMANGKAS JALAN
berjalanlah selangkah di depanku
rapatkan jari-jarimu yang kurus
jangan biarkan angin lebih cepat
melingkarkan dingin
tangan sibuk bermain-main sebatang rokok
kaki mengetuk-ngetuk lantai
dan ketakutan yang memburai
sepi sendiri telah mengisi
bagian yang longgar pada dada
lalu, apakah yang sia-sia
atas utuh dan remuk hidup kita
pada perjalanan berikutnya
ikutilah arah terbit matahari
mungkin akan kau temukan jalan pulang
dan rumah yang kau impikan
melebarkan bahunya yang hangat
bagian mana lagi yang perlu diisi
lamunan bekerja mengukir pandangan
jadi lika-liku angan-angan
hening merambat jadi gema di kepala
hidup ialah rangkaian waktu
napas ialah usia yang terbatas
dan maut, barangkali umpama jembatan
agar kita melanjutkan perjalanan
Yogyakarta, September 2019
MENAFSIR PERNYATAAN CINTA
Ke mana pun kau pergi
akan kubawa kau kembali
kegurat pernyataan cinta
yang tertulis di keningmu
di sanalah kekosongan
yang sering kali tanpa tanda bahaya
tapi bukankah karenanya
kita sering luput dari waspada
melawan ketiadaan
jika kemudian
tak kau temukan pernyataan cinta itu
maka carilah bunga paling liar
pinjam bentangan langit
malam, siang, juga gang paling sempit
ia yang kelopaknya kering
ia yang tertumpuk debu, ludahmu
juga kotoran anjing
mungkin di sana cinta yang asing
tumbuh lebih kuat dibanding bau pesing
jantungku memuntahkan gelombang
mata terpancang pada senja
yang tak kunjung pulang
kau mencatat jembatan kayu yang roboh
jadi bait sajak-sajak cinta
tanpa pernyataan tapi penuh pertanyaan
setelah itu, buatlah hujan pertama pada tahun
keseratus sekian ia pamit
jadi kuyup karena reda terlalu lama
Yogyakarta, Sepetember 2019
- Puisi Ng. Lilis Suryani - 19 November 2024
- Puisi-Puisi Ng. Lilis Suryani; Tak Pernah Kulihat Kau Sesepi Itu - 1 October 2019
Agus nuramal
Puisi dengan bahasa sederhana dan merasuki kalbu ku yang gelisah derita melihat indonesia hari hari ini.mari.merawat indinesia dengan puisi
Yuni Bint Saniro
Perumpamaannya ya, cinta yang asing dan bau pesing. Ntahlah, bagaimana yuni menafsirkannya. Hehehe
aa p
puisinya sangat mantap sekali sederhana namun mendalam
puisi saya banyak sainganya yah yang lebih bagus jadi saya sadar puisi saya masih belum terbit mungkin karena banyak kekuranganya. tetap semangat masih banyak ksempatan.
Fathir Achmad
Keren 👍👍
Zainal A. Hanafi
Sy menangkap ada Pablo Neruda dan Oktavio Paz dalam puisi ini. Melibatkan semesta dengan gaya bahasa sederhana. Sy suka..
Anonymous
Ocenhy Horosho!( Bagus sekali!).Puisi manis, liris bikin hati gerimis. Ya lyublyu Tebya! (Aku cinta padamu) pada puisimu yang manis, Lis!!!👍👍👍👍👍❤❤❤❤❤
M. Syahdan Keliat
Puisinya bagus teh, meski masih sederhana dalam menggunakan diksi. Mungkin bisa terus ditingkatkan terutama dalam penggunaan metafor dan majas lainnya. Saya melihat ada sedikit kesamaan imaginasi dengan Aan Mansyur dan sajak liris Faisal Syahreza di dalam diri teteh. Sukses terus ya teh.
Saya suka seluruh puisinya. Selamat teh, puisi ini berhasil menurut saya.