
9 Fragmen Koan
/1/
kilau pisau seterang cahaya
kicau beo membawa petanda
memendam nasib pada cuaca
/2/
mengalami siklus hidup
kokok ayam bersahutan
henti di tikungan jam
/3/
koi berenang di permukaan kolam
musim kemarau datang terlalu cepat
aroma dapur menyajikan bahagia
/4/
kucing di atas papan catur
burung hantu terbang tak kira hujan
pada semangkuk sup, mati melaju pelan
/5/
di cawan basah, ada haiku mengambang
kata-kata setenang bayangan
jejak Ryokan meninggalkan kusut sedih
/6/
malam beranjak terang lagi
kau seduh teh hijau di akhir hari
kegembiraan tak lebih dari mungkin
/7/
lalat mengkhayalkan makanan
sepasang insan kamil saling menyisi
keteduhan koan mengantar diam
/8/
satu garis panjang panorama
sembunyi di ngungun jendela
tak bertanya apa-apa
/9/
srigunting melayang di atas ladang
dan kita bersajak seramah rumah
menggambar sembilan jalan kecil
Pada Kaligrafi Qi Baishi
/a/
lelaki Qi bertualang menyusur jauh
tapi pulang jua pada batu kuburan
dingin, sesepi ornamen-ornamen abadi
pada puncak-puncak istana
/b/
ajari kami menyesap tegak lurus vertikal
dari kenangan beragam hiasan
“dari sini bayang-bayang hantu
berkerumun membangun surga-surga palsu”
/c/
ajari kami menidurkan baris horizon
pada mata patung kim tong dan giok li
tenang, cinta sejati pulang lebih awal
/d/
masa muda sembunyi dalam semangkuk sup kepiting
kesedihan kerap datang tanpa dipesan
satu meter garis terpotong kedalam ingatan
/e/
di awal musim semi
sekelompok udang berdendang
Qi, ia tahu kapan memulangkan garis sepi
sepasang burung hong yang terbang
dalam rawi keheningan
/f/
rambut Qi putih salju
menaungi pualam terang
yang memandang
semi peoni
sebagai perkabungan
Proyek Zen Urban
—bersama carl taylor
meditasi telah berjalan
di balik bunyi arloji
membawa ia terbenam
dalam kristal-kristal
sunyi
“gantilah bohlam itu
seperti nama-nama
penghuni bangsal terapi
yang silih berganti”
2/
ia jatuhkan jubah
di atas permainan
tv kabel menayangkan harapan
kekerasan berpulang pada ruang
keluarga yang tenang
kotak surel dijejali panduan
menyusun hidup lebih bahagia
ilusi rekam rupa memori-memori
sepanjang jembatan emas San Fransisco
apa yang ia lalui dari kemarin
satu per satu digerus waktu
salju luruh, langit bias, cat apartemen
mengelupas, manusia berpapasan
merunut jalaran masa
penuh sekian tanya
3/
ia buka memori 1.
proyektor vidio di hadapannya
plus coke, dan keripik kentang
dan doa berdengung 2500 tahun silam
gambar pertama
suara dari keluarga soka gakkai
iringan suara kembang plumeria
melarung ada, menghangus ke udara
“doa kami, agar tak lupa Buddha”
jam dinding berbunyi
ia menutup memori itu
dan sebuah dusta melesat seperti cahaya
4/
burung-burung terbang
terbelit kabel baja
ia gemetar, meninggalkan segelas air campur
sirup, dengan es batu di atasnya seperti porselen
rapuh yang mengalun tenggelam di lautan
lonceng rumah Zen laguna Honda berdentang
gemanya melesap ke udara
kini ia tak lagi dihantui bayang kepedihan
vipassama
vipassama San Fransisco
catatan:
Soka Gakkai: salah satu sekte dari ajaran Siddharta Gautama di Washington D.C.
Vipassama: melihat sesuatu dengan apa adanya.
Carl Taylor: pengelola pusat terapi Zen Hospice di Laguna Honda, San Fransisco.
Bersama Allen di Lower East Side, 1960
1/
halo Allen,
kenangan apa yang kupunya tentang dirimu
East Village beku
supermarket redup lampu
membawa sisa kehangatan
serombongan imigran berjalan
ke dalam tilas hujan yang panjang
malam glamor mengantar kau tidur
di kamar apartemen bersama warna sprei pudar
aku menyelinap ke bilik apartemenmu
menyentuh rasa asing
di antara balutan kabel telepon
dan bunyi klakson mobil di luar sana
“di sini segalanya akan abadi”
gerutumu sok serius
kau lelah Allen?
2/
akankah kita bermimpi seperti Aime Cesaire
Amerika di abad mendatang akan gelap
bagaikan cambangnya dan kau tampak bisu
amnesia menuntunmu ke arah jalanan
ke samar kulit rembulan
dan persimpangan jalan itu dipenuhi jejak kaki
orang-orang Hippie dalam keramaian
adalah kisah-kisah yang pernah kau miliki
apa yang membuatmu ragu mendirikan tenda
membeli daging beku dan bir yang biasa kau
simpan dalam kulkas
pada setengah malam yang silir bunyi blues
kesepian kita temui umpama masa lalu meninggalkan
jalur kereta api berasap di musim dingin
sepanjang mendung melewati sungai-sungai Missisipi
3/
di kamar apartemenmu aku merindukan masalalu
menyalakan cerutu, mengambil alih sejumlah buku
dan menikmati gerak tubuhmu yang menyorotkan
samar cahaya dari luar jendela setengah terbuka
pada waktu ketika keheningan benar-benar terasa
yang sekiranya bisa kuselipkan di telapak tanganmu
hanyalah suara sekadar dari mikropon masa lalumu itu
dan pagi sebentar lagi tiba
dan kita berhenti mengayuh diri sendiri
2017
- Puisi Puji Pistols - 12 March 2024
- Puisi-Puisi Puji Pistols; LIMA MUSIM UNTUK KIM - 22 February 2022
- Puisi Puji Pistols - 6 April 2021