UDARA
cinta mengenali dirimu
seirama tarikan napas
ketenangan yang sempurna
udara bersama cahaya
memenuhi jiwa
cinta mengenali dirimu
lewat tarikan napas
gelisah turunnaik paruparu
udara setengah hati
setengah mati
cinta mengenali dirimu
saatsaat tarikan napas
mulai memanas darah
udara resah dilepas
alamat hasrat
cinta mengenali dirimu
senapas tarian meronta
dalam daging darah
udara nyala fatamorgana
tubuh terkapar
kemana aroma udara kau cium?
yogyakarta, 4 november 2017
KETIKA LIMA PULUH TAHUN
ada yang mulai tertanggal
dari tanggal hariku, dan di hatimu
engkau cemaskan
gigiku yang tidak genap tinggal
kau merasakan saban bangun tidur
ada yang mulai pegal linu di persendian
kakiku, dan di urat tubuhmu, terasa asam urat
nadimu yang kadang berdentang kencang
seperti lonceng gereja yang
mengingatkan kepada ucapan “selamat tidur”
abadi, sungguh aku ingin selalu menidurkan
kepalaku yang penuh impian dan pertempuran
di pangkuan dan hatimu yang
maha lembut sekaligus maha kuat
aku sudah membuktikan tarikan demi tarikan
antara surga, dan neraka tidak mampu lantakkan
pangkuan dan hatimu yang
selalu ada cerita, lebih lima puluh tahun
akan banyak lagi “kau aku” yang tertanggal
tetapi akan semakin menjadi yang tertinggal
seperti setiap selesai salat
kurebahkan kepalaku
ke pangkuanmu, mengekal
hatimu mendenyutkan nadiku
di dalam pelukan
terasa kesakitan hidup
kau aku
saling menyembuhkan
yogyakarta, 18 maret 2018
TAMU PUISI
kubiarkan puisi tidak mampir
ke rumahku, aku tidak siap
melayaninya sebagai tamu yang
mulia
kata siapa, karena dia puisi
bukanlah orang lain
maka kau aku tak perlu
menjadi tuan rumah yang baik?
aku selalu bersiap diri bila tibatiba
dia hadir tanpa rencana
dia tanpa kutahu mengisi ruang
dan waktuku yang mana
bertambah hari, bertambah mencari
ataukah hanya menanti puisi?
seperti napas, bukan soal oksigen yang
habis, tetapi puisi tak bisa ditawar lagi
lempuyangan, 23 januari 2019
NAIK KERETA API LAGI
seperti senin yang
tergesa masuk ruang kerja
tertunda oleh rabu yang
janjian dengan teman
selasa terselip di antara
bangkubangku tunggu
aku berpikir apakah kekasihku
bosan menemaniku ke mana
aku pergi? sejak masa dan
anakanak berangkat dewasa
rumah adalah persinggahan
selebihnya stasiun ke stasiun
lebih tahu kau atas debu
di jendela loko kafe daripada
debu di jendela rumah
apakah kau pernah lelah
datang dan pergi bukan karena
sepasang kakimu yang indah?
aku masih berpikir
bayanganmu di jendela kaca
saling menimpa dengan bayanganku
dan sirna oleh cahaya
lempuyangan, 23 januari 2019
- Sajak-Sajak Abdul Wachid B.S. - 13 September 2022
- Sajak-Sajak Abdul Wachid B.S.; Cemburu - 28 April 2020
- Sajak-Sajak Abdul Wachid B.S. - 30 April 2019
Anonymous
puisinya keren banget. Tapi puisi yang berjudul Tamu kayaknya pernah terbit di Radar Malang edisi Minggu, 28 April 2019
Anonymous
Yang berjudul Tamu Puisi
Abdul Wachid B.S.
Terimakasih banget atas apresiasinya. Akan tetapi, mohon maaf saya belum pernah berkirim 1 x pun ke koran yang Panjenengan sebutkan. Tetapi, dimuat di sana pun saya alhamdulillaah. Saya pernah juga menulis sajak berjudul “Puisi Tamu”.
Anonymous
Akan tetapi semuanya sama kak. Diksi-diksi yang dipilih juga sama kak.
Abdul Wachid B.S.
Ya. Terimakasih informasinya. Saya belum pernah berkirim puisi ke koran yang Panjenengan sebut itu.
Tabrani Yunis
Salam kenal
Puisi yang menarik dan inspiratif. Saya ikut menikmati. Mohon izin
Tabrani Yunis
Banda Aceh
Abdul Wachid B.S.
Terimakasih banget atas atensinya njih. Monggo silahkan.
Santosa Warna Atmadja
Udah Doktor mbok nulis puisi yang naik montor mabur. Naik sepur kan dah sejak mahasiswa dulu Cak. Saya tunggu lhooo…
Abdul Wachid B.S.
Hahahaha…. sedulur lanang. Terimakasih atas persahabatan yang menjadi saudara ini, Mas Santosa Warna Atmadja. Puisi-puisi Panjenengan sempat dipuji di dalam surat sastra W.S. Rendra. Bagaimana kalau puisi Panjenengan diajukan penerbitannya ke suatu penerbit?
Ata
Keren
Abdul Wachid B.S.
Alhamdulillaah. Terimakasih.
sugiyanta
Selamat berjumpa kembali. Kalau tidak salah dulu pernah mempublikasikan puisi di rubrik INSANI hr. Masa Kini.
Abdul Wachid B.S.
Iya Mas. Sudah sangat lama banget Insania Harian Masa Kini. Pada saat saya luliah S1.
Fauzan Arrahman
Luar biasa puisi ny…,😉
Abdul Wachid B.S.
Nggih maturnuwun apresiasinya.
Anonymous
Puisi nya bagus sekali Pak. Dari Edy Kurniawan di Kalimantan yang dulu pernah jadi mahasiswa bapak waktu kuliah dulu di UAD.
Anonymous
Terimakasih apresiasinya, Mas Edy Kurniawan.
Abdul Wachid B.S.
Maturnuwun apresiasinya, Mas Edy Kurniawan.
Anonymous
Puisi keren..
Salam kenal
Saya Kholil dari pulau garam
Abdul Wachid B.S.
Terimakasih Mas Kholil dari Madura. Salam kenal.
Zulfatul Laily
Masya Allah.. Pusi nya syarat nilai sastra yang dengan gaya penyampaian yang ringan tapi makna nya mendalam
Abdul Wachid B.S.
Iya. Memang itulah keinginannya menulis puisi, sederhana, tetapi ada hikmah di dalamnya.
Novita
good:’)