Di dalam Kitab Nafahat al-Unsi min Hadharat al-Qudsi karya Mulla ‘Abdurrahman al-Jami disebutkan bahwa pernah datang ke Syiraz seorang sahabat Syaikh Syihabuddin al-Suhrawardi yang bernama Syaikh Najibuddin Bazghisy. Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani senang sekali karena itu.
Kenapa? Karena apa yang telah disaksikan dan diketahui oleh beliau dari kedudukan para sufi dan kondisi-kondisi rohani mereka sudah nyata di dalam diri beliau. Jelas itu merupakan karunia yang agung dari Allah Ta’ala kepada beliau. Bahkan beliau ingin menambah lagi adanya karunia itu.
Beliau teringat apa yang dikatakan oleh bapaknya pada suatu hari: “Apa yang engkau inginkan dari Allah? Allah Ta’ala telah memberikan kepada ‘Abdullah segala sesuatu yang diinginkan oleh beliau. Allah Ta’ala telah menyingkapkan rahasia kebesaranNya kepadaku sebesar biji kismis.”
Dan, telah menyingkapkan pula rahasia kemahabesaran hadiratNya kepada Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani. Seberapa besar Allah Ta’ala menyingkapkan rahasia kemahabesaranNya kepada beliau? Sesuai dengan ukuran pintu. Berarti apa yang diberikan Allah Ta’ala kepada beliau jauh lebih besar daripada apa yang telah diberikan hadiratNya kepada orangtuanya.
Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani lantas bermaksud menuju Syiraz. Beliau bermaksud menuju kepada Syaikh Najibuddin Bazghisy. Di sana, beliau telah menyebutkan sebagian kondisi rohani dan martabat yang telah digapai oleh para sufi kepada Syaikh Najibuddin Bazghisy. Dia telah mendengarkan dengan khidmat.
Syaikh Najibuddin Bazghisy sangat menikmati mendengarkannya. Bahkan mendengarkan dengan tawajjuh yang sempurna. Tapi sama sekali dia tidak memberikan jawaban atau respons apa pun terhadap beliau. Murni hanya menyimak segala sesuatu yang telah disampaikan oleh beliau. Tidak ada yang lain.
Beliau duduk sejenak. Lantas beliau keluar dari sisinya. Setelah beberapa hari berlalu, beliau tidak boleh tidak harus kembali kepadanya. Kepada Syaikh Najibuddin Bazghisy itu, beliau berseru di dalam hatinya: “Aku telah mendatangi Syaikh Najibuddin Bazghisy, aku akan melihat apa yang dia katakan.”
Setelah sampai di pintunya, mereka mengatakan kepada Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani: “Sesungguhnya Syaikh Najibuddin Bazghisy berada di sisi keluarganya. Dan engkau hendaknya duduk di tempat yang biasanya ditempati oleh Syaikh sampai dia datang. Jangan ke mana-mana ya,” kata mereka yang di sana.
Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani duduk di situ sebagaimana perintah mereka. Dan di dekat sajadah Syaikh Najibuddin Bazghisy beliau melihat beberapa kertas. Dan, semua yang beliau katakan tentang martabat dan kondisi rohani para sufi telah ditulis oleh Syaikh Najibuddin Bazghisy di kertas-kertas itu.
Di saat itu, Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani menjadi tahu bahwa Syaikh Najibuddin Bazghisy adalah orang yang sangat dibutuhkan. Syaikh ‘Abdullah al-Bulyani menjadi tahu kedudukan rohaninya. Maka beliau tidak duduk dan tidak keluar. Dan, setelah sampai di Kazarun, beliau menjerit karena cemburu pada dimensi rohaninya. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Abu al-Husin al-Harawi - 17 January 2025
- Syaikh Ahmad Nassaj al-Khaisy - 10 January 2025
- Syaikh Muhammad as-Sakhiri - 3 January 2025