Beliau adalah Syaikh Abu al-Hasan al-Kardawih, seorang sufi yang memiliki ilmu yang banyak dan cukup kredibel untuk berfatwa. Beliau memilih untuk beruzlah. Beliau tinggal di sebuah rumah di Syiraz sampai enam puluh tahun lamanya. Beliau tidak pernah keluar dari rumah tersebut kecuali untuk shalat Jum’at dan menunaikan hajat yang sangat jarang.
Pada sebagian waktunya, Nabi Khidhir sering kali menyambangi dirinya. Beliau begitu akrab dengan Nabi Lautan itu. Sehingga misteri-misteri Ilahi begitu dekat dengan beliau lantaran beliau cukup akrab dengan Nabi Hakikat itu. Beliau bersahabat dengan Sang Nabi tersebut.
Beliau wafat pada akhir Muharram tahun enam ratus enam. Konon penyebab kematian beliau ketika suatu saat datang seseorang yang menyatakan kepada beliau: “Sesungguhnya perumpamaan diriku adalah seperti Nabi ‘Isa. Nabi ‘Isa menghidupkan orang mati, sementara aku menghidupkan hati-hati yang lalai dan lupa pada Allah.”
Syaikh Abu al-Hasan al-Kardawih menjerit mendengarkan kalimat tersebut. “Ya Allah,” ungkapnya. “Engkau telah menganugerahkan kepadaku umur yang panjang sehingga aku menggapai sebuah zaman yang di dalamnya aku bisa mendengarkan kalimat itu.”
Setelah hal itu, rasanya sudah pindah beliau ke akhirat. Di dunia yang serba fana ini, tidak ada sesuatu yang menyenangkan, tidak ada sesuatu yang dirasa nikmat bagi dirinya. Segala sesuatu menjadi tidak enak bagi dirinya. Itulah kehidupan yang tidak dikehendaki. Beliau kemudian wafat di akhir Muharram itu.
Ketika Syaikh Ruzbihan al-Baqli sakit, Syaikh Abu al-Hasan al-Kardawih menunjukkan adanya perhatian dengan menjenguknya. Demikian juga Syaikh ‘Ali as-Siraj yang lebih tua dari Syaikh Ruzbihan. Anak-anak Syaikh Ruzbihan memanggil paman pada Syaikh ‘Ali as-Siraj.
Syaikh Ruzbihan al-Baqli menoleh kepada keduanya, kepada Syaikh Abu al-Hasan al-Kardawih dan Syaikh ‘Ali as-Siraj. Syaikh Ruzbihan berkata kepada keduanya: “Kalian ingin bebas dari belenggu jasmani yang fana? Kalian ingin pindah ke kehidupan yang abadi? Kalian ingin pindah ke kehidupan rohani yang murni?”
Keduanya menerima tawaran Syaikh Ruzbihan. Kemudian Syaikh Ruzbihan bilang kepada keduanya: “Aku lebih dulu pergi dari dunia ini ketimbang kalian berdua. Dan engkau wahai Syaikh Abu al-Hasan akan meninggalkan dunia ini lima belas hari kemudian. Dan engkau wahai Syaikh ‘Ali, akan pergi meninggalkan dunia ini sebulan lagi.”
Dan betul sekali. Syaikh Ruzbihan al-Baqli wafat pertengahan bulan Muharram. Syaikh Abu al-Hasan al-Kardawih pada akhir bulan Muharram. Sedangkan Syaikh ‘Ali wafat pada pertengahan bulan Shafar. Semuanya wafat dengan sempurna. Semuanya wafat di tahun enam ratus enam Hijriah.
Mereka bertiga meninggalkan kehidupan yang fana ini dengan sempurna. Mereka menuju ke kematian dengan sempurna pula. Semoga kita yang menjadikan mereka sebagai teladan, hidup dalam keadaan sempurna, mati dalam keadaan yang sempurna pula. Amin ya Mujibassailin. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Abu al-Hasan al-Hamadzani - 13 December 2024
- Syaikh Abu al-Husin as-Sirwani ash-Shaghir #3 - 6 December 2024
- Syaikh Abu al-Husin as-Sirwani ash-Shaghir #2 - 29 November 2024