Beliau adalah seorang sufi yang sangat “heroik” dan “spektakuler.” Sependek pembacaan saya terhadap kitab-kitab thabaqat yang berisi tentang biografi para sufi, tidak ada siapa pun yang seperti beliau. Seorang sufi yang begitu tandas dan sedemikian tegas “menyatakan” siapa dirinya kepada dunia.
Syaikh Abu ‘Abdillah bin al-Khafif menceritakan bahwa salah seorang di antara para murid pernah memberitahukan kepada beliau bahwa sesungguhnya Syaikh Abubakar al-Usynani melompat dari bubungan sebuah rumah. Kakinya patah. Dan beliau menjadi wafat karenanya.
Kisahnya adalah sebagaimana berikut ini. Pada suatu hari, ada seorang pemuda yang datang ke sisinya. Syaikh Abu ‘Abdillah bin al-Khafif minta tolong kepada sang pemuda itu untuk membacakan sesuatu secara perlahan-lahan saja. Syaikh Abubakar al-Usynani ternyata mendengar bacaan itu.
Apa yang telah dibaca oleh sang pemuda itu? Kita tidak tahu, setidaknya saya pribadi tidak tahu. Karena di dalam kitab-kitab thabaqat tidak pernah dijelaskan tentang apa yang dibaca oleh pemuda tersebut. Tapi jelas bahwa Syaikh Abubakar al-Usynani sangat terkesan karenanya. Muncullah kondisi rohani yang kuat di dalam dirinya.
Begitu kuat. Sangat kuat. Sehingga kondisi rohani itu meliputi seluruh dirinya. Menguasai semua sistem kesadarannya. Beliau terbungkus oleh kondisi keilahian itu. Murni. Sampai beliau melompat dari bubungan rumah tersebut. Kakinya patah. Dan seketika itu juga beliau wafat. Meninggalkan segala yang fana. Mengucap sayonara kepada semua yang ada.
Dapat dipastikan bahwa dengan demikian hati beliau berarti sangat mudah tergetar oleh segala sesuatu yang sebenarnya sepele. Hati yang seperti itu adalah sebuah energi rohani yang ketika menyaksikan apa pun pastilah yang disaksikan itu berkelindan dengan Allah Ta’ala. Tidak mungkin tidak tersambung atau terhalang dengan hadiratNya.
Sungguh dapat dipastikan bahwa sang pemilik hati seperti itu pastilah sudah sedemikian dekat dengan Allah Ta’ala, sudah terbiasa terhubung dengan hadiratNya, sudah tidak pernah merasa terpisah lagi sehingga semua kesadaran dirinya betul-betul telah diback up oleh Dia semata. Jadilah beliau sebagai orangNya.
Dituturkan bahwa Syaikh Abu ‘Abdillah bin al-Khafif pernah datang ke rumah Syaikh Abubakar al-Usynani. Yang didatangi tidak menoleh kepada yang datang. Tapi betul-betul suntuk membaca sesuatu, seolah gila terhadap sesuatu yang dibaca itu. “Apa yang sedang beliau baca?” tanya tamu yang datang.
Mereka yang ada di sekitarnya menjawab: “Beliau senantiasa membaca dua bait berikut ini. Orang sakit itu senantiasa merasakan sakitnya. Sedang kematian bukanlah bencana baginya. Jika ia tetap hidup, pastilah ia dalam keadaan susah. Dan jika ia mati, ia akan membawa penyakitnya.”
Tapi bagi Syaikh Abubakar al-Usynani, apa yang disebut sebagai sakit itu mungkin sudah lewat, digerus oleh kerinduan yang paling purba kepada Allah Ta’ala, oleh cinta yang tiada tara kepada hadiratNya. Di saat itu, keinginan untuk segera berjumpa dengan Dia akan mengalahkan segalanya, menundukkan semuanya. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Mayyirah an-Nisaburi - 6 September 2024
- Syaikh ‘Ali Bin Hasan al-Kirmani - 30 August 2024
- Syaikh Musa al-Jirufti - 23 August 2024