Syaikh Abubakar at-Tirmidzi

Beliau adalah Muhammad bin ‘Umar al-Hakim Abubakar al-Warraq at-Tirmidzi. Beliau berasal dari Tirmidz. Dan kuburan beliau di sana. Tapi beliau tinggal di Balkh, Afghanistan. Beliau adalah paman dari Syaikh Abu ‘Isa at-Tirmidzi, penyusun antologi hadis yang berjudul al-Jami’ ash-Shahih atau yang juga dikenal dengan al-Musnad.

Beliau bersahabat dengan para sufi. Di antaranya adalah Syaikh Ahmad bin Khadhrawih. Beliau telah membaca kitab Taurat, kitab Injil, kitab Zabur dan berbagai kitab samawi lainnya. Beliau memiliki banyak karya yang berupa kitab-kitab. Juga mempunyai kitab antologi puisi.

Ada ungkapan yang sangat menarik dari sang sufi ini. Ungkapan yang betul-betul penting untuk tidak saja diamalkan, tapi juga sekaligus dihayati dan diselami dengan sepenuh hati. Dengan derai-derai ketulusan dan kesungguhan.

Beliau menyatakan bahwa jika ketamakan itu ditanya tentang siapa bapaknya, maka ia akan menjawab: “Bapakku adalah keraguan terhadap ketentuan Allah Ta’ala.” Jika ditanya tentang usahanya, ia akan menjawab: “Usahaku adalah memungut kehinaan dan segala perbuatan memalukan.” Dan jika ditanya tentang puncak tujuannya, ia akan menjawab: “Puncak tujuanku adalah keterlemparan dari hadapan hadiratNya.”

Di zaman sekarang, di mana banyak orang begitu antusias merayakan hawa nafsu, ketamakan menjadi semakin merajalela. Hal itu disebabkan oleh semakin kalisnya keyakinan bahwa rezeki seluruh makhluk, utamanya manusia, sesungguhnya sudah diatur dan ditentukan. Dan ketentuan Allah Ta’ala tidak mungkin berubah kecuali perubahan itu dikehendaki oleh hadiratNya sendiri.

Adapun kalau kita bekerja atau berikhtiar, itu semata merupakan cara kita untuk bergembira dengan melaksanakan salah satu perintah Allah Ta’ala, sama sekali bukanlah merupakan cara kita dalam menentukan nominal rezeki kita. Toh, hal itu bersemayam di luar kapasitas kita.

Karena itu, jangan sesekali kita bersahabat atau bergandeng tangan dengan rasa tamak. Karena profesinya itu sudah jelas: memungut kehinaan dan segala perbuatan memalukan. Siapa orang yang hidupnya disetir oleh rasa tamak, maka bersiap-siaplah untuk tertimbun oleh berbagai jelaga kehinaan yang sangat memalukan.

Bukan hanya kehinaan di dunia di mana para pelaku ketamakan belum tentu merasa terhina, karena boleh jadi, rasa malu mereka sudah sepenuhnya pupus dan lenyap, tapi terutama rasa malu yang nyaris tidak tertanggungkan di akhirat kelak. Di hari itu, seluruh bukti dari perbuatan hina sama sekali tidak bisa disembunyikan.

Dan puncak tergetir dari akibat kelam ketamakan itu tak lain adalah keterlemparan dari hadapan Tuhan semesta alam pada hari kebangkitan. Dia sepenuhnya menjadi tidak berkenan terhadap orang-orang yang diringkus ketamakan. Itulah neraka yang sesungguhnya. Itulah kepedihan yang sebenarnya.

Semoga hidup kita sebagaimana kehidupan sang sufi yang tidak saja selamat dari terkaman taring-taring ketamakan, tapi juga mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan dari adanya kemenangan di dalam pertarungan dengannya. Amin. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Comments

  1. Ayu Wediya Reply

    Cerpen ga publish hr ini min ?

    • Toyuk Reply

      Kaga ada yg bagus mungkin

    • Ervina Reply

      Saya tunggu-tunggu belum muncul juga

  2. Nur Reply

    Menghemat pengeluaran kayaknya. Makanya sering gak ada cerpen.

  3. Anonim Reply

    Barangkali ada yang pernah publish cerpen disini dan diterima?
    Kira-kira nanti ada pemberitahuan tidak ya? Dan waktunya berapa lama?

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!