Bagai Poconggg, Karin Novilda alias Awkarin tiba-tiba muncul di lini masa Twitter.
*panjat* *panjat* *panjat*
Karin bikin utas yang menghakimi masyarakat yang selama ini salah menyebutkan namanya: Akwarin dibaca “Owk Karin”.
Oke.
Lalu Awkarin juga mencuit,
Pengen ngerasain gimana susahnya ngelamar kerja. Diinterview. Sedihnya ditolak. Senengnya diterima. Dimarahin atasan. Dipraise atasan. Pengen deh nyoba kerja jd pegawai bbrp saat gitu buat nambah wawasan & pengalaman kerja.
— karin novilda (@awkarin) June 10, 2019
Fresh graduate & job seeker: “Am I a joke to you?”
Pernyataan ini bisa saja disalahartikan orang: Awkarin sedang meledek sekaligus membanggakan privilese yang didapatkannya sejak lahir. Walaupun maksud sebenarnya adalah ia ingin memiliki perspektif berbeda berdasarkan pengalaman baru. Awkarin ingin merasakan kepayahan sarjana muda cari kerja hanya untuk sebuah wawasan belaka, bukan betul-betul BU alias butuh uang.
Sementara orang yang benar-benar sedang mengalaminya pastilah ingin bertukar nasib dengan Awkarin: cepat kaya dengan main Instagram. Sebagai karyawan, saya ingin membalas cuitan Awkarin sang creativepreneur tersohor:
“Pengin ngerasain gimana gampangnya dapat duit. Dapat job endorsement bernilai ratusan juta di Instagram. Senangnya pas invoice cair. Bahagianya melihat komen julid netizen yang sirik. Girangnya melihat saldo di rekening. Dicari-cari brand. Diperebutkan klien. Dielu-elukan followers. Dijadikan role model di dunia fashion. Dipanggil Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Kemenkominfo. Pengin deh nyoba jadi selebgram gitu buat menambah kekayaan dan koleksi perhiasan.”
Awkarin pernah mengalami fase seperti anak milenial pada umumnya: menjadi fan boyband dan bikin akun parodi di Twitter. Namun, tidak semua anak milenial bisa melanjutkan ke jenjang yang sama dengan Awkarin: menjadi viral karena ‘diputusin pas sayang-sayangnya dan bikin konten YouTube pas mewek-meweknya’. Bayangin, Awkarin sedang berada di titik nadir saja masih sempat-sempatnya berkarya. Tidak semua orang bisa dan mau melakukan apa yang Awkarin lakoni tersebut.
Awkarin menjadi percontohan bad influencer yang sukses di negeri ini. Ia tak masalah dibenci warganet karena dari situlah lumbung uangnya berasal. Dengan cerdas, ia memanfaatkan kebencian netizen sebagai anak tangga yang ia pijak menuju kemerdekaan finansial.
Pada satu titik tertentu, Awkarin sama besarnya dengan Keanu Reeves, meski berbeda kutub. Saat ini Keanu Reeves menjadi buah bibir masyarakat. Bahkan ia dinobatkan sebagai pacar online-nya semua cewek di internet. Meski statusnya masih single, ia menjadi kesayangan banyak orang.
Sang pemeran “The Matrix” tersebut muncul di berbagai mim yang dipanen netizen. Ia termasyhur sebagai gentleman sejati. Setiap difoto dengan perempuan, ia tak pernah menyentuh lawan jenisnya. Bukan mahram. Pun ia pernah memberikan tempat duduknya kepada penumpang yang lebih membutuhkan saat naik transportasi umum. Sang pahlawan sehari-hari.
Bagaimana bisa Keanu Reeves sampai ke tahap makrifat seperti itu?
Ternyata ada cerita duka di balik itu semua. Keanu Reeves pernah menjalin hubungan percintaan dengan seorang wanita bernama Jennifer Syme. Namun, mereka memutuskan berpisah tak lama setelah anak perempuan mereka terlahir dan meninggal dunia.
Selanjutnya, Keanu Reeves harus kehilangan mantan kekasihnya itu karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Kematian Syme membuat Reeves merasa bersalah. Tragedi itulah yang mengubah caranya memandang dunia.
Setelah itu, Reeves menyendiri dan tak sungkan naik transportasi umum. Bisa dibilang plot cerita John Wick adalah kisah hidup Keanu Reeves di dunia nyata: sama-sama menjalani hari dalam sepi dengan mengenang memori mendiang orang terkasih.
Apa yang terjadi di hidup Keanu Reeves sungguh pedih. Namun, jangan lupa bahwa Awkarin pun pernah mengalami nasib serupa.
Lepas dari Gaga Muhammad yang membuatnya terkenal, Awkarin menjalani hubungan percintaan sekaligus hubungan kerja dengan Oka Mahendra Putra CEO Takis Management yang menaunginya. Lalu mereka putus. Setelah itu, Oka dikabarkan meninggal dunia. Ayahnya Oka menyebut penyebab kematian sang anak karena collapse by design.
Gara-gara pernyataan itu, Awkarin dirundung oleh warganet dan disalahkan sebagai penyebab kematian mantan kekasihnya itu. Kehilangan orang yang dicintai saja sudah perih, lantas dituduh sebagai “pembunuh”?
Namun, ini Awkarin. Orang yang biasa dikomentari negatif. Dan, kali ini Awkarin membela diri. Dengan hati hancur, ia melawan sangkaan tanpa dasar itu.
Sama seperti Keanu Reeves, hidup Awkarin ternyata tak mudah. Pun tak seindah feeds Instagram-nya. Tidak semua orang bisa tabah mengalaminya. Gegara pengalaman masa kecilnya yang penuh tekanan dari orang tua, Awkarin sendiri sempat mengaku punya masalah dengan kesehatan mentalnya. Sebagai influencer, Awkarin yang berani speak up membuat orang jadi lebih peduli dengan isu mental illness.
Dengan menjadi kubu negatif, Awkarin coba memberikan sudut pandang berbeda. Misalnya, saat ada kasus penganiayaan anak. Alih-alih sowan ke korban seperti Ria Ricis, Atta Halilintar, dan Ifan Seventeen, Awkarin justru bikin konten YouTube dengan mengajak bicara para tersangka. Awkarin membuka mata kita untuk melihat dua sisi secara utuh.
Ternyata para tersangka tidak melakukan apa yang seperti dituduhkan oleh kabar burung Twitter. Namun, yang pasti, mereka jadi korban cyberbullying.
Orang seperti Keanu Reeves dan Awkarin memang harus ada sebagai penyeimbang di alam internet. Sebagai teladan, Akwarin tetap berdiri meski banyak dibenci dan Keanu Reeves tetap setia meski banyak dicintai.