Karena Koma, Hilang Abang Selamanya

koma

Kemungkinan terjadi kesalahpahaman komunikasi melalui media tulis lebih besar daripada komunikasi langsung. Kita sudah sering menjumpainya dalam penulisan judul berita greget di medsos yang ngejar ceklikan mouse. Tapi, saya bukan akan membahas masalah itu. Saya juga bukan mau membahas masalah typo “memenin temen” jadi “nenenin temen” yang lagi nge-hits itu, tapi cuma masalah koma.

Jangan anggap remeh tanda koma, lho. Sebab, tanda koma bisa jadi penentu berlanjut atau tidaknya sebuah hubungan. Nggak percaya? Saya beri contoh dari kisah dua insan manusia, Rudi dan Tuti.

Rudi sudah lama pedekate dengan Tuti. Walaupun Tuti sudah berkali-kali menolak diajak jalan bareng, Rudi nggak menyerah. Suatu ketika, ada kalimat penentu hubungan mereka. Tapi, karena sebuah koma, rusak isi pesan seluruhnya. Dan, Rudi masih belum menyerah.

Ini cuplikan chat mereka.

R: Tut, jalan sama aku, yuk?

T: Ogah.

R: Ayolah, Tut.

T: Ih! Aku perjelas, ya. Kita nggak mungkin jalan. Aku nggak mau sama, Abang.

R: Sama? Sama apanya? Kita beda, kok. Aku laki-laki, kamu perempuan.

Tuh, kan? Gara-gara pakai tanda koma, jadinya timbul kesalahpahaman komunikasi. Padahal, maksud Tuti, dia nggak mau sama Rudi. Tapi, Rudi yang mengerti ketepatan penggunaan tanda baca malah ngeles dengan sukses. Bandingkan jika Tuti memakai tanda baca dengan benar, yaitu menghilangkan tanda koma. Percakapannya akan menjadi seperti berikut.

R: Tut, jalan sama aku, yuk?

T: Ogah.

R: Ayolah, Tut.

T: Ih! Aku perjelas, ya. Kita nggak mungkin jalan. Aku nggak mau sama Abang.

R: ….

T: ….

R: (kunci pintu kamar, setel lagu “Aku yang Tersakiti” kuat-kuat, tidur sambil nutup muka dengan bantal, sesenggukan)

Kasihan Rudi. Tapi, setidaknya kan jadi jelas maksud Tuti, dan Rudi pun bisa lebih cepat pulih dari luka. *uhuk

Oke, agak serius dulu sebentar.

Huruf kapital salah satunya digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Silakan cek buku EYD masing-masing.

Pada kedua kalimat tersebut, kata “abang” sama-sama ditulis kapital. Pembedanya hanya tanda koma. Jika tidak didahului tanda koma, fungsinya adalah acuan. “Aku nggak mau sama Abang.” Artinya, penolakan langsung terhadap seseorang yang dipanggil “abang”. Lain hal jika didahului tanda koma. Fungsinya adalah sebagai sapaan. “Aku nggak mau sama, Abang.” Artinya, yang diajak ngomong adalah Abang dan penolakan itu bukan terhadap Abang. Masih ada kesempatan, Bang. *eaaa

Kalimat kedua ini (“Aku nggak mau sama, Abang.”) bisa jadi benar jika digunakan dalam konteks situasi yang tepat.

R: Tut, jadinya kita sama-sama beli jaket yang putih, ya.

T: Nggak.

R: Loh?

T: Aku nggak mau sama, Abang.

Pada contoh di atas, penggunaan tanda koma sudah tepat, karena maksud Tuti adalah dirinya tidak ingin warna yang sama dengan Rudi.

Saya rasa, hampir semua sudah membaca tentang lelucon tentang tanda koma yang bisa menyelamatkan nyawa. Kalau belum, saya kasih contoh versi bahasa Indonesia-nya.

“Ayo makan Abang.”

“Ayo makan, Abang.”

Tanda koma dapat menyelamatkan nyawa.

Biasanya orang-orang akan tertawa setelah membacanya. Merasa bodoh sekali jika sampai ada yang salah menuliskan kata sapaan seperti itu. Menyimpulkan bahwa semua kata kekerabatan di belakang kalimat itu harus pakai tanda koma agar tidak menimbulkan kesalahpahaman memalukan.

Padahal, kalimat pertama bisa jadi lebih tepat. Tergantung konteks situasi. Misalnya, kalimat tersebut ada dalam naskah tentang kanibal kelaparan yang tidak punya pilihan lain selain memakan salah satu anggota keluarga, bagaimana? Bisa saja, kan, muncul kalimat “Ayo makan Abang.”

Tapi, bisa jadi juga yang terjadi antara Rudi dan Tuti sebenarnya adalah seperti ini.

R: Tut, jalan sama aku, yuk?

T: Ogah.

R: Ayolah, Tut.

T: Ih! Aku perjelas, ya. Aku nggak mau sama, Abang.

R: Sama? Sama apanya? Kita beda, kok. Aku laki-laki, kamu perempuan.

T: Aku…, sebenarnya laki-laki, Bang.

Tuh, kan? Tergantung konteks situasi. Hohoho….

Sumber Gambar: graphics8.nytimes.com

Comments

  1. Nisrina Lubis Reply

    Knapa ini ga ada potonya?

  2. Ika Tusiana Reply

    Ayo, Abang makan…
    Ayo Abang, makan…

  3. Maulani Al amin Reply

    jeniussss hahaha… makasih, Abang.

Leave a Reply to Maulani Al amin Cancel Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!